“Wahai, Thufail. Kami sangat gembira Anda datang ke negeri kami walaupun negeri kami sedang dilanda kemelut, kata seorang pemimpin Quraisy. Ada apa sesungguhnya? tanya Thufail keheranan.
“Orang yang mendakwahkan diri sebagai nabi itu, Muhammad, telah merusak agama kita, kerukunan, dan persatuan di tengah-tengah kita. Kami sangat cemas bila dia juga akan merusak Anda. Karena Anda seorang pemimpin, pengaruhnya pun dapat sampai ke kaum Anda. Bisa-bisa terjadilah apa yang kami alami sekarang ini,”jawab orang itu.
“Oleh karena itu, Anda jangan mendekati Muhammad. Jangan berbicara dengan nya. Jangan pernah mendengarkan kata-katanya. Kalau dia berbicara, kata-katanya itu bagaikan sihir yang memperdaya. Kata-katanya dapat membuat seorang anak benci kepada bapaknya, seorang suami menceraikan istrinya, atau merenggangkan hubungan saudara,” sambung tokoh Quraisy yang lain.
Mereka pun mengarang cerita-cerita buruk mengenai Nabi Muhammad di hadapan Thufail bin Amr ad-Dausy. Bahkan, mereka memutarbalikkan fakta sehing ga tampak kaum Muslim sebagai ancaman dan para pemuka musyrikin bagaikan korban. Tujuannya jelas agar sosok yang berpengaruh besar seperti Thufail menjauh dari dakwah Rasulullah.
Thufail menganggap anjuran para tokoh Quraisy itu tidak begitu serius. Dia memang sudah mengetahui siapa itu Muhammad. Namun, baginya, dakwah Muhammad hanyalah urusan dalam negeri Makkah.
Keesokan harinya, Thufail berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan thawaf. Begitu ia memasuki masjid, dia mendapati Nabi Muhammad sedang melaksanakan shalat. Gerakan-gerakan shalat Nabi itu mengherankannya. Sebab, Thufail belum pernah menyaksikan ibadah semacam itu sebelumnya. Rasa heran menjadi takjub ketika Thufail mendengarkan bacaan, ayat-ayat suci Alquran, dari lisan Rasulullah SAW.
Thufail bin Amr ad-Dausy tidak dapat memadamkan rasa ingin tahu. Dalam benaknya, Thufail bersumpah untuk dapat memilah. Apa-apa yang menurutnya buruk dari Muhammad akan diambil, sedangkan yang buruk akan ditolaknya. Setelah Rasulullah usai dengan shalatnya dan pergi, Thufail membuntuti hingga ke kediamannya. Dia kemudian mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW.
Salamnya berbalas suara Rasulullah yang ramah dan memintanya untuk masuk. “Wahai, Muhammad. Sesungguhnya kaum Anda berkata tentang Anda sebagai orang yang ini-itu. Mereka menakut-nakutiku, menyebut buruk agama Anda. Aku sempat memalingkan diri dari Anda, tidak mau mendengar apa pun dari lisan Anda. Tetapi, Allah ternyata berkehendak lain. Aku menilai kata-kata Anda dalam ibadah tadi bagus dan baik. Ajarkanlah kepadaku agama Anda itu, kata Thufail membuka perbincangan.
Rasulullah pun menjabarkan Islam dan Alquran. Beliau juga membacakan kepada Thufail surah al-Ikhlas dan al- Falaq, serta menjelaskan makna keduanya. Tidak membutuhkan waktu lama, pe mimpin suku ad-Dausy itu pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak saat itu, Thufail menjadi seorang Muslim.
Dia pun menunda kepulangannya ke Tihamah untuk beberapa hari lamanya. Dia ingin menghafal ayat-ayat Alquran yang Rasulullah ajarkan kepadanya. Selain itu, ia ingin memperlancar ibadah shalat dan mendalami pengetahuan tentang Islam.
Syahid di Medan Perang
Ketaatan Thufail bin Amr ad-Dausy terhadap Islam masih menguat meskipun Rasulullah sudah wafat. Hal ini dibuktikan dengan kontribusinya dalam memerangi kaum murtad. Di bawah pimpinan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Thufail dan pasukannya bergabung dengan kekuatan Muslim untuk menumpaskan sang nabi palsu, Musailamah al-Kadzdzab.
Takdir Allah atas diri Thufail bin Amr ad- Dausy. Sebelum sampai di Yamamah, lokasi pusat kekuasaan Musailamah, Thufail mengalami mimpi saat tidur malam. Dia merasa, mimpinya ini penuh tanda-tanda yang dapat ditafsirkan.
Dalam mimpinya, Thufail melihat kepalanya dicukur. Seekor burung keluar melalui mulutnya. Kemudian, seorang perempuan datang dan memasukkan Thufail ke dalam perutnya. Amr bin Thufail, anaknya, meminta agar dapat ikut masuk ke dalam perut perempuan itu. Namun, dia tidak dapat berbuat apa-apa karena ada dinding pembatas yang muncul.
Tafsir mimpi ini adalah bahwa tidak lama lagi Thufail bin Amr akan menemui ajalnya dalam peperangan. Burung ibaratnya nyawa yang keluar dari tubuh Thufail. Perempuan yang memasukkan Thufail ke dalam perutnya adalah tanah yang akan mengandung jasad Thufail sebagai syahid. Adapun anaknya, Amr, berharap juga dapat mati syahid, tetapi harapan ini tidak terwujud di peperangan yang sama.
Pada faktanya, Thufail bin Amr gugur sebagai pahlawan Muslim dalam perang melawan pasukan Musailamah sang nabi palsu. Adapun putranya, Amr, mengalami luka-luka yang cukup parah, yakni tangannya putus karena ditebas pedang. Jasad Thufail bin Amr dimakamkan di lokasi pertempuran.
Sejarah mencatat, anaknya Thu fail bin Amr juga ikut menjadi syuhada di ajang yang terjadi kemudian, Perang Yarmuk. Allah telah memberikan rahmat-Nya kepa da bapak dan anak itu.