Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,
Dua Tujuan Penciptaan Manusia
Pertama, makrifatullah (mengenal Allah), yaitu agar kita mengenal siapa Rabb kita, dapat melalui mempelajari nama, sifat, dan perbuatan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
”Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah (berulangkali) turun pada keduanya agar kalian mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS.Ath-Thalaaq: 12)
Pada ayat ini, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menciptakan langit, bumi, serta apa yang terdapat pada keduanya dan apa yang ada di antara keduanya. Allah Ta’ala pun menurunkan perintah-Nya, baik perintah yang syar’i, yaitu agama-Nya, maupun perintah yang kauni qodari, yaitu takdir-Nya yang dengan itu Allah Ta’ala mengatur hamba-hamba-Nya.
Sungguh semua itu tujuannya adalah agar kita mengetahui tentang-Nya, mengetahui bahwa kekuasaan dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk mengenal Rabb kita, mengenal nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Inilah salah satu tujuan hidup kita terlahir di dunia ini, yaitu makrifatullah (mengenal Allah Ta’ala melalui mengenal nama, sifat, dan perbuatan-Nya).
Kedua, ‘ibadatullah semata (tauhid), yaitu agar kita bisa beribadah hanya kepada-Nya saja dengan benar.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
”Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (saja).” (QS. Az-Zariyat: 56)
Adapun pada ayat ini, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar mereka beribadah kepada-Nya saja, atau dengan kata lain mentauhidkan Allah Ta’ala dalam peribadatan yang kemudian dikenal dengan istilah tauhidul uluhiyyah.
Kesimpulan:
Dari kedua ayat ini menunjukkan bahwa tujuan hidup kita di muka bumi ini untuk mengenal Allah Ta’ala dan beribadah serta taat kepada-Nya semata, dengan jenis peribadatan yang terbangun atas makrifatullah. Tidak masuk akal sehat orang menyembah Allah semata, namun tidak mau mengenal siapa Allah dengan baik.
Definisi Makrifatullah (Mengenal Allah) dan Macam-Macamnya
Definisi makrifatullah adalah mengenal Allah Ta’ala dengan cara mengenal nama, sifat, maupun perbuatan-Nya.
Terdapat dua macam makrifatullah, yaitu:
Pertama, makrifatullah global, yaitu mengenal Allah Ta’ala yang merupakan dasar iman sehingga menyebabkan selamat dari kekufuran akbar dan kesyirikan akbar, serta terjaga kesahan keimanan. Makrifatullah jenis ini diketahui oleh kaum muslimin secara umum. Tidak hanya diketahui oleh ulama dan muslim yang taat saja, bahkan muslim yang awam dan pelaku maksiat pun tahu.
Contoh makrifatullah global diantaranya mengenal bahwa Allah Ta’ala itu Esa, tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Wajib beribadah kepada Allah Ta’ala semata, tidak boleh beribadah kepada selain-Nya. Mengenal bahwa tauhid itu wajib dan syirik itu haram sebagaimana dalam surah Al-Ikhlas.
Kedua, makrifatullah terperinci, yaitu mempelajari nama, sifat, maupun perbuatan Allah Ta’ala secara rinci berdasarkan dalil-dalilnya dari Al-Qur’an dan Al-Hadis disertai penjelasannya sehingga terbangun keyakinan tentang Allah Ta’ala atas dasar dalil dan membuahkan cinta dan iman kepada Allah yang semakin meningkat.
Makrifatullah jenis ini biasanya hanya dipelajari oleh orang-orang yang benar-benar dan bersungguh-sunguh dalam mencintai Allah Ta’ala. Mereka membuktikan bahwa dengan berusaha mengenal Allah Ta’ala dengan terperinci. Bukan hanya mempelajari tiap nama, sifat, maupun perbuatan Allah Ta’ala beserta dengan dalilnya, tetapi juga mempelajari penjelasan ulama tentang dalil-dalil sehingga ia mendapatkan kaidah ilmiah maupun faedah keimanan yang menambah rasa takut, harap, dan cintanya kepada Allah Ta’ala. Semua ini membuahkan ketakwaan yang meningkat sehingga bertambah baik keyakinannya, ucapannya, perbuatannya baik zahir maupun batin. Begitu pula bertambah baik akidah, ibadah, muamalah, maupun akhlaknya. Mudah untuk husnuzan kepada Allah Ta’ala. Bertambah kuat kepercayaannya kepada Allah. Tidak berputus asa dari rahmat Allah. Hatinya tawakal hanya kepada Allah. Merasakan kelezatan iman dan kemanisan ibadah kepada Allah semata. Mengagungkan Allah dan syariat-Nya. Serta rindu berjumpa dengan Allah Ta’ala.
[Bersambung]
***
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Sumber: https://muslim.or.id/73252-marifatullah-dan-urgensinya-bag-1.html