Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara yang barangsiapa terdapat (ketiga-tiga perkara itu) padanya niscaya dia memperoleh kemanisan iman. Yaitu, Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selainnya, dia mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan dia membenci kekufuran (maksiat) sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam api neraka.” (Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim)
Ketiga kondisi itu harus senantiasa kita tanamkan dalam hati agar kenikmatan dan kemanisan iman bisa benar-benar kita rasakan.
Mengapa kita memerlukan nikmat dan manisnya iman? Dengan merasakan nikmat dan manisnya iman, kita tidak pernah lagi mengeluhkan letih, penat dan kesulitan dalam berdakwah. Dengan kemanisan Iman, kita akan senantiasa rida dan tawakal dengan semua ujian yang Allah berikan. Dengan nikmat dan manisnya iman, kita senantiasa bersiap siaga untuk Islam.
Kadang kala, kita merasakan penat dan lemah dalam berdakwah. Kadang kala kita merasakan dalam klaim kita, kita telah menyumbang cukup banyak untuk Islam, tetapi yang kita peroleh hanyalah keletihan, kesedihan dan sebagainya. Kadang pula para sahabat, ikhwan kita tampaknya tidak menghargai apa yang kita lakukan bersama. Kadang kala pula para sahabat itu seolah tak peduli akan pekerjaan dan bakti kita.
Saat itulah manis dan nikmatnya iman akan menjaga kita untuk senantiasa bersemangat berjuang di jalan Allah. Bersemangat menapaki hidup, yang memang tak lebih dari ujian dari-Nya.
“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan” [Alquran: 32:17]. [iluvIslam]