Dalam sebuah riwayat An-Nasa’i, Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bulan dan malam apa yang yang paling baik, wahai Rasulullah?” Lalu Rasul menjawab, “Malam terbaik adalah pertengahan malam, dan bulan terbaik adalah bulan Allah yang kamu sebut Muharram.”
Rasulullah SAW dalam riwayat itu menyebut Muharram dengan bulan Allah.Lantas mengapa disebut demikian?
Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali menjelaskan, Nabi Muhammad SAW menyebut bulan Muharram dengan sebutan bulan Allah karena untuk menunjukkan keagungan dan karunia-Nya. Allah yang menghubungkan Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yakub dan Nabi-Nabi lainnya sebagai hamba-Nya.
“Dan bulan ini (bulan Muharram/bulan Allah), adalah bulan yang khusus untuk disandarkan kepada Allah ta’ala,” demikian penjelasan Ibnu Rajab.
Imam As-Suyuti, dalam kitab syarah Shahih Muslim, menjelaskan, bulan Muharram memiliki perbedaan dengan bulan lain. Nama bulan-bulan yang lain sudah ada pada masa jahiliyah, sedangkan nama bulan Muharram baru ada saat Islam datang.
Orang-orang pada masa jahiliyah menyebutnya dengan bulan Safar Awal, lalu Allah SWT mengganti nama tersebut dengan Muharram, sehingga kemudian bulan ini juga sering disebut dengan bulan Allah.
Hal itu menjadi petunjuk bahwa bulan Muharram itu adalah milik Allah yang Mahaperkasa dan Mahaagung. Tidak ada seorang pun yang berhak merubah nama bulan tersebut sebagaimana nama yang digunakan pada masa jahiliyah terdahulu.
Amalan yang diutamakan pada bulan Muharram adalah puasa. Hal ini merujuk pada riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama di luar bulan Ramadhan adalah di bulan Muharram. Dan sebaik-baik sholat setelah sholat wajib adalah sholat malam.” (HR Muslim)
Karena itu, sudah sepantasnya pula bahwa puasa termasuk di antara amalan-amalan yang khusus disematkan kepada Allah SWT pada bulan Muharram. Dan kita sebagai seorang Muslim tentu harus melaksanakan ibadah puasa tersebut di bulan Muharram dengan penuh khidmat.