Aktivitas Nabi Muhammad dan Sahabat Setelah Sholat Jumat

Ada sejumlah aktivitas Nabi Muhammad dan sahabat usai Sholat Jumat.

Setelah mengerjakan sholat Jumat hendaknya mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat. Di antara beberapa aktivitas yang biasa dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya setelah melaksanakan sholat Jumat adalah sebagai berikut:

1). Melaksanakan sholat sunah dua rakaat di rumah

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ وَبَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ وَبَعْدَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ وَبَعْدَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ وَكَانَ لَا يُصَلِّي بَعْدَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَنْصَرِفَ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwa Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah Magrib di rumahnya, dan dua rakaat sesudah Isya. Dan beliau tidak mengerjakan sholat setelah Jumat hingga beliau pulang, lalu solat dua rakaat.” (HR. Bukhari)

2). Bersilaturahmi dan menerima suguhan tuan rumah

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كَانَتْ فِينَا امْرَأَةٌ تَجْعَلُ عَلَى أَرْبِعَاءَ فِي مَزْرَعَةٍ لَهَا سِلْقًا فَكَانَتْ إِذَا كَانَ يَوْمُ جُمُعَةٍ تَنْزِعُ أُصُولَ السِّلْقِ فَتَجْعَلُهُ فِي قِدْرٍ ثُمَّ تَجْعَلُ عَلَيْهِ قَبْضَةً مِنْ شَعِيرٍ تَطْحَنُهَا فَتَكُونُ أُصُولُ السِّلْقِ عَرْقَهُ وَكُنَّا نَنْصَرِفُ مِنْ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ فَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَرِّبُ ذَلِكَ الطَّعَامَ إِلَيْنَا فَنَلْعَقُهُ وَكُنَّا نَتَمَنَّى يَوْمَ الْجُمُعَةِ لِطَعَامِهَا ذَلِكَ

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim dari Sahl bin Sa’d berkata, “Di tempat kami ada seorang wanita yang menanam ubi di sela-sela selokan kebunnya. Jika hari Jumat tiba, dia mencabut pohon ubinya lalu direbusnya dalam periuk yang dicampur dengan segenggam gandum. Rebusan ubi dijadikan sebagai makanan pengganti sepotong daging. Setelah kami selesai melaksanakan salat Jumat, kami datang ke rumah wanita itu. Kami masuk mengucapkan salam lalu dia menyuguhkan makanan ubinya itu kepada kami, maka kami pun memakannya. Kami selalu mengharapkan kehadiran hari Jumat karena ada makanan yang disuguhkannya itu.” (HR. Bukhari)

3). Tidur atau makan siang

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَهْلٍ بِهَذَا وَقَالَ مَا كُنَّا نَقِيلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim dari Bapaknya dari Sahl dengan riwayat seperti di atas, lalu dia berkata, “Kami tidaklah beristirahat siang maupun makan siang kecuali setelah salat Jumat. (HR. Bukhari)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُقْبَةَ الشَّيْبَانِيُّ الْكُوفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْفَزَارِيُّ عَنْ حُمَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ كُنَّا نُبَكِّرُ إِلَى الْجُمُعَةِ ثُمَّ نَقِيلُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Uqbah ‘Asy Syaibani Al Kufi berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al Fazari dari Humaid berkata, Aku mendengar Anas berkata, “Kami lebih awal mendatangi salat Jumat lalu beristirahat siang (qailulah) setelahnya.” (HR. Bukhari).

ISLAMDIGEST

Agungnya Nikmat Keamanan

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. 

أَمَّا بَعْدُ: 

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala, baik itu dengan menaati seluruh perintah-Nya dan dengan meninggalkan seluruh kemaksiatan kepada-Nya. Karena dengan ketakwaan inilah, Allah Ta’ala menghapus kesalahan-kesalahan kita. Dengannya pula, pahala kebaikan kita akan dilipatgandakan. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗٓ اَجْرًا

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.(QS. At-Talaq: 5)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pada kesempatan kali ini, marilah kita mengingat kembali salah satu nikmat terbesar dan paling agung yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita semua. Nikmat yang menjadi dambaan setiap bangsa dan negara. Demi menggapainya, semua tentara dikerahkan. Harta benda dikeluarkan dan peperangan-peperangan datang silih berganti.

Jemaah Jumat yang berbahagia.

Ketahuilah, nikmat tersebut adalah nikmat rasa aman. Begitu agungnya nikmat ini, sampai-sampai Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdoa memintakan nikmat ini untuk penduduk Makkah. Beliau ‘alaihis salam berdoa,

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini sebagai negeri yang aman sentosa. Dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara mereka.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Beliau dahulukan doa meminta keamanan tersebut sebelum meminta rezeki lainnya. Karena rasa aman sejatinya merupakan kebutuhan mutlak. Seluruh manusia yang hidup di dunia ini tidak dapat menikmati rezeki yang ada di hadapannya jika rasa takut masih menyelimuti hatinya. Selezat apapun makanan yang kita makan, seenak apapun buah yang kita makan, tidak akan bisa kita nikmati dengan maksimal, kecuali dengan adanya rasa aman dan ketenangan di dalam jiwanya.

Wahai kaum muslimin sekalian.

Nikmat aman adalah karunia dan pemberian dari Allah Ta’ala. Dengannya seorang hamba akan diuji. Akankah ia termasuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur ketika mendapatkan nikmat rasa aman ini, serta bersabar ketika kehilangannya, ataukah ia termasuk orang-orang yang mengingkari nikmat aman ini dan tidak bisa bersabar ketika dicabut dari dirinya. Allah Ta’ala di dalam banyak ayat Al-Qur’an mengingatkan para manusia akan agungnya nikmat aman ini. Di antaranya, Allah Ta’ala berfirman,

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu, Allah membuat mereka merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl: 112)

Tatkala menceritakan kaum Saba’, Allah Ta’ala mengingatkan mereka tentang nikmat aman yang membuat mereka dapat berjalan dengan bebas dan aman baik di siang hari maupun di malam hari. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَٰهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا ٱلسَّيْرَ ۖ سِيرُوا۟ فِيهَا لَيَالِىَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ

”Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS. Saba’: 18)

Allah Ta’ala juga mengingatkan kaum Quraisy perihal nikmat rasa aman ini. Allah Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 4)

Jemaah yang dirahmati Allah Ta’ala.

Agungnya nikmat rasa aman ini sampai-sampai Allah jadikan rasa aman sebagai salah satu keutamaan dan kekhususan kota Madinah di kala Dajjal mendatangkan kepanikan dan rasa takut di kota-kota lainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا يَدْخُلُ المَدِينَةَ رُعْبُ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، لَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ، عَلَى كُلِّ بَابٍ مَلَكَانِ

“Al-Masih Ad-Dajjal yang ditakuti tidak akan dapat memasuki kota Madinah. Pada hari itu, Madinah memiliki tujuh pintu yang setiap pintunya akan ada dua malaikat (yang menjaganya).” (HR. Bukhari no. 1879)

Lihatlah juga bagaimana luasnya hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala memberikan dan menawarkan rasa aman kepada penduduk Makkah tatkala beliau menaklukkannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِي سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ، وَمَنْ أَلْقَى السِّلَاحَ فَهُوَ آمِنٌ

“Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman. Barangsiapa meletakkan senjatanya, maka dia aman.” (HR. Muslim no. 1780)

Ma’asyiral mukminin, saudaraku yang dirahmati Allah Ta’ala.

Begitu pentingnya rasa aman ini, sampai-sampai Allah Ta’ala janjikan kepada kaum mukminin rasa aman dan ketenangan sebagai ganti dari rasa takut jika mereka mau menyembah Allah Ta’ala satu-satu-Nya serta beristikamah di dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Nikmat keamanan juga merupakan salah satu nikmat yang Allah janjikan kepada penghuni surga. Tidak ada rasa takut, panik, dan rasa kehilangan bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman,

اُدْخُلُوْهَا بِسَلٰمٍ اٰمِنِيْنَ

“Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman.” (QS. Al-Hijr: 46)

Di ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

وَهُمْ فِى ٱلْغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ

“Dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (QS. Saba’: 37)

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Ma’asyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Seorang mukmin dituntut untuk mencari dan mewujudkan keamanan bagi dirinya, keluarganya, dan negaranya. Berikut ini adalah sebab-sebab yang akan membantu kita mewujudkannya:

Yang pertama: Beriman dan mengesakan Allah Ta’ala serta menegakkan syiar-syiar ajaran Islam yang mulia ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Kedua: Mensyukuri semua nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan, tak terkecuali nikmat keamanan yang sudah kita peroleh ini. Dengan rasa syukurlah sebuah nikmat akan bertahan dan bertambah. Allah Ta’ala berfirman,

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Sebaliknya, mengingkari sebuah kenikmatan, maka akan memusnahkan kenikmatan tersebut dan menggantinya dengan hukuman berupa rasa takut dan azab. Di ayat yang selanjutnya Allah Ta’ala mengingatkan,

وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 6)

Ketiga: Mengamalkan kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan. Karena dosa dan maksiat menandakan kesialan dan mendatangkan keburukan, menghilangkan rasa aman, dan menggantinya dengan rasa takut. Adapun beramal saleh dan beribadah, maka akan menimbulkan rasa aman dari segala ketakutan dan kekhawatiran di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَهُمْ مِّنْ فَزَعٍ يَّوْمَىِٕذٍ اٰمِنُوْنَ

“Barangsiapa membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada hari itu.” (QS. An-Naml: 89)

Yang keempat dan yang terakhir: Senantiasa berdoa dan meminta kepada Allah Ta’ala agar diberikan stabilitas keamanan dan ketenangan. Di awal khotbah tadi sudah kita dengarkan bersama bagaimana doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Saudaraku, marilah kita berdoa bersama-sama untuk negeri kita, keluarga kita, rumah-rumah kita, hati kita, dan jiwa kita. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan ketenangan dan keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan. Karena sungguh hal-hal tersebut merupakan kunci untuk kebahagiaan-kebahagiaan lainnya.

Amin Ya Rabbal ‘alamin.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87431-agungnya-nikmat-keamanan.html

Bagaimana Memilih Guru yang Tepat?

Menuntut ilmu adalah ibadah yang agung di dalam Islam. Seorang hamba dapat beribadah dengan tenang tanpa disertai kekhawatiran akan keabsahannya ketika ia membangun ibadahnya dengan ilmu. Terlebih lagi bahwa Allah ‘Azza Wajalla mengganjar surga bagi mereka yang menuntut ilmu merupakan motivasi utama yang hendaknya dimiliki oleh setiap muslim.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

وَمَن سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ له به طَرِيقًا إلى الجَنَّةِ

Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju surga-Nya.” (HR Muslim no. 2699)

Syekh Ibn Baz rahimahullahu mengomentari hadis ini dengan mengatakan,

فهذا يبين أن طلب العلم من أسباب دخول الجنة والنجاة من النار

Hadis ini menjelaskan bahwa belajar atau menuntut ilmu adalah di antara faktor yang memasukkan seseorang ke surga dan menyelamatkan dari api neraka.”[1]

Allah ‘Azza Wajalla berfirman tentang keutamaan orang-orang yang memiliki ilmu, yaitu dengan diangkatnya derajatnya di sisi-Nya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis!’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, ‘Berdirilah!’, maka (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Berapa derajat? Tergantung seberapa teguh keimanannya dan seberapa meresap ilmu dalam amalnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh As-Sa’diy rahimahullahu,

والله تعالى يرفع أهل العلم والإيمان درجات بحسب ما خصهم الله به، من العلم والإيمان

Allah Ta’ala mengangkat derajat orang-orang berilmu dan beriman beberapa derajat sesuai dengan karunia Allah pada diri mereka, berupa ilmu dan iman.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 846)

Namun, tentu saja ketika mempelajari agama Islam harus di bawah bimbingan seorang yang memiliki kepakaran, yaitu para ulama. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya. Maka, bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)

Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

وعموم هذه الآية فيها مدح أهل العلم، وأن أعلى أنواعه العلم بكتاب الله المنزل. فإن الله أمر من لا يعلم بالرجوع إليهم في جميع الحوادث

Secara umum, ayat ini menjelaskan tentang pujian kepada para ulama. Seutama ilmu adalah ilmu tentang kitabullah. Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang tidak paham untuk merujuk kepada ulama dalam setiap perkara.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 441)

Dan barangsiapa yang mencukupkan diri dengan buku tanpa penjelasan para ulama yang kredibel, maka ia akan mudah sekali tersesat. Sebagaimana masyhur kita dengar dari perkataan para ulama,

من كان شيخه كتابه فخطؤه أكثر من صوابه

Barangsiapa yang hanya mencukupkan diri dengan belajar dari buku, maka ia akan lebih banyak salah paham dibandingkan benarnya.”

Kenapa demikian bisa terjadi? Syekh Ibn Baz rahimahullahu mengatakan,

أن من لم يدرس على أهل العلم ولم يأخذ عنهم ولا عرف الطرق التي سلكوها في طلب العلم، فإنه يخطئ كثيرا، ويلتبس عليه الحق بالباطل لعدم معرفته بالأدلة الشرعية والأحوال المرعية التي درج عليها أهل العلم وحققوها وعملوا بها.

Siapa saja yang tidak belajar di bawah bimbingan ahli ilmu dan tidak tahu bagaimana metode belajar mereka, maka orang seperti ini akan banyak salah. Mereka akan sulit memilah mana yang benar dan mana yang salah, karena tidak pahamnya mereka dengan dalil-dalil syar’i dan metodologi yang ditempuh para ulama dalam belajar.[2]

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah

Bagaimana kriteria yang disebut sebagai guru?

Secara umum, sifat-sifat kebaikan yang hendaknya dimiliki seorang mukmin juga harus ada di dalam diri seorang guru. Secara khusus Syekh Az-Zarnuji rahimahullahu menyebutkan tiga kriteria guru ideal:

Pertama: Pilihlah seorang guru yang paling alim.

Kedua: Pilihlah seorang guru yang paling wara’.

Ketiga: Pilihlah seorang guru yang lebih tua dari sisi umur.

Yang dimaksud dengan alim adalah memiliki kredibilitas dalam masalah hukum-hukum syar’i. Tidaklah seorang dijadikan seorang guru, melainkan ia telah mengetahui hal yang akan diajarkannya terlebih yang berkaitan dengan hukum Allah yang seseorang diharamkan berkata tanpa ilmu.

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)

Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

ولا تتبع ما ليس لك به علم، بل تثبت في كل ما تقوله وتفعله

Hendaknya engkau tidak mengikuti sesuatu yang engkau tidak ada ilmu tentangnya. Akan tetapi, pastikan terlebih dahulu apa yang kau ucapkan dan perbuat.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 457)

Yang dimaksud dengan memiliki sikap wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah ‘Azza Wajalla dan perkara yang berpotensi menjadikan seseorang terjatuh ke dalam keharaman. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

إنَّ من حُسْنِ إسلامِ المرءِ تَركَهُ ما لا يَعْنِيهِ

Di antara indikasi kebaikan agama seseorang adalah kala ia mampu meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untuknya.” (HR. At-Tirmidzi 2318 dan dilemahkan oleh sebagian ulama)

Juga dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ؛ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَالْكَذِبَ رِيبَةٌ

Tinggalkan apa yang meragukanmu dan kerjakan apa yang engkau yakin. Kejujuran akan melahirkan ketenangan dan kedustaan akan melahirkan keraguan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2518)

Al-Khattabi rahimahullahu mengatakan,

كل ما شككت فيه فالورع اجتنابه

Jika ada hal yang meragukanku, maka aku segera meninggalkannya.

Bagaimana memilih guru yang tepat?

Lantas setelah mengetahui kriteria guru yang baik, bagaimana cara memilihnya? Ada beberapa cara, di antaranya:

Pertama: Rekomendasi dari sesama ahli ilmu.

Karena yang mengetahui kadar keilmuan seseorang adalah mereka yang juga berada pada tingkatan yang sama.

Kedua: Pengamatan selama beberapa waktu.

Di antara kebiasaan para salaf kita dulu ketika hendak mengambil ilmu dari seorang guru, maka mereka berdiam di daerah yang sama selama beberapa waktu untuk mengamati bagaimana keilmuan dan akhlak guru yang ingin mereka belajar dengannya.

‘Ala kulli hal, semoga Allah karuniakan taufik kepada kita untuk mendapatkan guru yang berilmu dan berakhlak mulia. Karena tidak ada kenikmatan yang lebih baik dalam proses belajar melebihi mendapatkan guru yang bertakwa kepada Allah, berilmu, dan berperangai mulia.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87702-bagaimana-memilih-guru-yang-tepat.html

Mengapa Doa Kita Belum Dikabulkan?

Mengapa doa kita belum dikabulkan? Jangan berputus asa, jika telah sungguh-sungguh berdoa namun belum dikabulkan, karena Allah menjamin doa kita  

MUNGKIN ada dari kita yang pernah bertanya-tanya dalam hati, mengapa doa yang kita panjatkan belum juga dikabulkan Allah? Atau mengapa pertolongan Allah belum datang juga, untuk mengatasi kesulitan yang sedang kita alami, padahal kita telah sungguh-sungguh berdoa.

Ada beberapa sebab mengapa doa tidak segera dikabulkan dan ada hikmah yang terkandung di dalamnya:

Allah SWT berfirman: 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al Baqarah [2] : 186).

Dalam firman Allah  SWT diatas, jelas sekali disebutkan, bahwa Aku mengabulkan permohonan oran gyang berdoa kepada-Ku, maka hendaklah ia memenuhi (segala perintah-Ku)….. Perhatikan ayat ini dengan seksama, dan tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudahkan kita memenuhi segala perintah-Nya? Atau kita hanya berdoa dan mendatanginya saat kita sedang mengalami kesusahan saja?

Tanyakan juga dengan jujur pada diri sendiri, kapankah kita terakhir kali berdoa dengan penuh kekhusu’an dan benar-benar mendekatkan diri pada-Nya?

Tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, apakah saat kita dalam keadaan senang dan saat kita tidak ada masalah/kesulitan, kita berdoa dan menghadap pada-Nya, sebaik dan sesering saat kita ditimpa kesulitan?

Tanyakan dengan jujur pada diri kita, seberapa banyak kita mengingat-Nya disaat kita berada dalam kelapangan/kemudahan? Sudahkah kita mengutamakan-Nya, diatas urusan dunia kita, baikd alam keadaan kita lapang atau sempit?

Tertundanya pengabulan doa kita adalah karena kita belum memenuhi syarat-syarat diterimanya doa. Mungkin kurang khusyu’ dalam berdoa, atau dalam berdoa,  kita kurang merendahkan diri dan sikap pasrah secara total kepada Allah dan mungkin waktu kita berdoa bukan waktu dikabulkannya doa atau kita

Mungkin karena kita belum bertobat, bertobat yang sungguh-sungguh tobat (nasuha). Atau mungkin ada makanan kita mengandung syubhat atau ada hak milik orang lain pada diri kita dan kita belum mengembalikannya.

Karena itu, kita harus bertobat dengan taubat nasuha, dengan melengkapi syrat-syaratnya dan mengembalikan hak orang lain yang mungkin masih ada pada kita.

Perhatikan Sabda Rasulullah ﷺ berikut ini: 

يَا سَعد، أَطِبْ مَطعَمَكَ، تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّ عوَة

Artinya,“Wahai Sa’ad, perbaiki makananmu (pilihlah yang halal), niscaya doamu mustajab (dikabulkan).”
Dalam hadits sahih lainnya disebutkan:  

 ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .

“Kemudian beliau (Rasulullah) menyebutkan ada seseorang yang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berseru ‘Ya Rabbi ya Rabbi (Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’), padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR: Muslim, Tirmizi dan Ahmad).

Penyebab lainnya mungkin Allah SWT sengaja menyimpan pahala dan balasan doa kita di akhirat kelak atau Allah menghilangkan keburukan dari kita. Telah ada ketetapan dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda:

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا . قَالُوا: إذا   نكثر. قال :  الله أكثر.

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan tidak memutus persaudaraan melainkan Allah akan berikan salah satu dari tiga hal, (Allah) akan kabulkan doanya atau disimpan baginya di hari akhirat atau dipalingkan dari kejelekan semisal darinya. (Para shahabat) mengatakan, “Kalau begitu kita perbanyak (doa). Nabi menjawab, “Allah (akan memberikan) lebih banyak lagi.” (HR: Ahmad, di Musnad, (17/213)).

Allah SWT tidak segera mengabulkan doa kita, untuk kebaikan kita sendiri. Adakalanya jika seseorang dikabulkan doanya dengan segera, mungkin dia akan lupa diri sehingga Allah menunda terkabulnya doa.

Tidak sedikit orang yang di saat miskin ia seorang hamba yang takwa kepada Allah, rajin ibadahnya, namun setelah kaya ia lupa Allah dan jauh dari Allah. Ingatlah, Allah Maha mengetahui, sedangkan kita tidak. Dan Pilihan Allah untuk kita adalah pilihan yang terbaik.

Berikut Beberapa Firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran tentang Doa:

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS: Al-A’raf [7] :55).

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari  menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS: Al Mu’min [40] : 60).

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS: Al-Isra’ [17] :110).

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS: Al-Anbiya [21] :90).

Berikut Hadits Rasulullah ﷺ tentang Doa :

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: 

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” (HR: Tirmidzi no. 3479.

Rasulullah ﷺ  mengajarkan dan mengingatkan orang-orang beriman, apa-apa yang mesti mereka perhatikan dalam pelaksanaan ibadah, baik berupa ketaatan maupun sikap ikhlas, juga bersimpuh hanya kepada-Nya dengan doa.

Doa yang mengantarkan mereka pada petunjuk dan jalan kebaikan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah doa.

Bahkan ada tiga kelompok yang doanya tidak akan tertolak. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَتُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir.” (Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa’ 3/345).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya.“ (Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menerangkan bahwa Baginda Nabi ﷺ pernah bersabda,

لا يزَالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَم يدعُ بإِثمٍ، أَوْ قَطِيعةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتعْجِلْ قِيلَ: يَا رسُولَ اللَّهِ مَا الاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: قَدْ دعَوْتُ، وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيبُ لي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْد ذَلِكَ، ويَدَعُ الدُّعَاءَ

“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR: Muslim, no. 2735).

Jangan berputus asa, apabila kita telah sungguh-sungguh berdoa namun belum dikabulkan juga, karena Allah telah menjamin menerima dan mengabulkan doa yang kita mohonkan sesuai dengan pilihan-Nya, bukan menurut keinginan/pilihan kita, dan mengabulkan doa pada saat/waktu yang Dia kehendaki/ tentukan, bukan pada waktu/saat yang kita kehendaki/tentukan. (Kitab Al Hikam, Ibn Athaillah)

Mudah-mudahan sekarang ini kita bisa mengetahui dan memperkirakan apa penyebab doa kita tidak segera dikabulkan oleh Allah SWT. Cari tahu penyebabnya, dan apabila ada yang salah, segera perbaiki disertai dengan keyakinan, tetap baiksangka kepada Allah SWT dan tawakal.*

HIDAYATULLAH

11 Amalan Hari Jumat yang Menambah Keberkahan & Kecintaan Terhadap Rasulullah

Amalan hari Jumat apa yang seringkali sahabat lakukan? Semoga amalan-amalan kebaikan dari Rasulullah sudah diterapkan oleh sahabat. Sayang sekali jika sahabat melewatkan sunnah Rasulullah di hari Jumat yang banyak sekali keberkahannya. Allah SWT pun menjadikan hari Jumat sebagai hari yang penuh keberkahan dan perintah shalat Jumat menunjukkan luar biasanya hari Jumat. Agar sahabat semakin mendalami amalan-amalan hari Jumat, yuk simak ulasan artikel berikut ini: 

Amalan Hari Jumat yang Perlu Umat Islam Terapkan

1. Amalan hari Jumat dengan melaksanakan mandi sebelum shalat Jumat 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘’Jika salah seorang di antara kalian menghadiri shalat Jumat, maka hendaklah ia mandi’’ (HR. Bukhari)

Amalan hari Jumat yang dianjurkan Rasulullah yaitu mandi sebelum melaksanakan shalat Jumat. Hal ini menjadi ciri khas dari Rasulullah yang selalu menjaga kebersihan. Sehingga, alangkah baiknya kita mencontoh amalan dari Rasulullah tersebut.

2. Memperbanyak memakai wewangian 

Amalan hari jumat yang dilakukan oleh Rasulullah adalah memakai minyak wangi dan siwak, serta menjaga kebersihannya saat hendak shalat Jumat. Hal ini perlu dijadikan catatan agar kita senantiasa memakai parfum yang sewajarnya dan tidak berlebihan. 

“Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah SWT untuk umat Islam. Bagi siapa yang ingin melaksanakan shalat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau ada, dan menggosok gigi (siwak)’’ (HR. Ibnu Majah).

3. Menerapkan amalan hari Jumat dengan bersiwak 

Dari Abu Hurairah R.A, Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya tidak memberatkan atas umatku atau tidak memberatkan manusia, aku pasti memerintahkan mereka untuk bersiwak bersamaan dengan setiap kali shalat.” (HR. Bukhari, no. 887)

Rasulullah sangat menganjurkan untuk bersiwak. Senantiasa kita mencontoh amalan hari Jumat ini dengan konsisten yaitu bersiwak sebelum melakukan ibadah.

4. Menggunakan pakaian yang sewajarnya 

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-Araf:31)

Selain Rasulullah mengajarkan amalan untuk membersihkan diri dengan mandi, bersiwak, dan menggunakan wangi-wangian, Rasul juga senantiasa menggunakan pakaian yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Hal ini selaras dengan Surah Al-Araf ayat 31 yang menegaskan juga bahwa Allah SWT menyukai hamba-Nya yang tidak berlebih-lebihan. 

5. Bergegas berangkat shalat Jumat 

‘’Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.’’ (QS. Al-Jumuah: 9)

Allah telah berfirman agar kita melaksanakan shalat Jumat dan bergegas melaksanakannya. Sebagaimana Rasulullah yang seringkali mencontohkan agar bergegas lebih awal mendatangi masjid sebelum shalat Jumat. Semoga kita senantiasa konsisten menerapkan amalan hari Jumat ini.

6. Meninggalkan atau menunda jual beli terlebih dahulu

Rasulullah SAW mengajarkan agar umat Muslim menjauhi segala jenis aktivitas dunia yang sifatnya mengganggu dan menghalangi ibadah pada hari Jumat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk meninggalkan pekerjaan atau urusan dunia sejenak agar fokus melaksanakan ibadah shalat Jumat. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah SWT  pada surah Al-Jumuah ayat 9 sebagai pengingat kita agar lebih fokus beribadah. 

7. Memperbanyak membaca shalawat di hari Jumat

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56)

Allah SWT menganjurkan umat-Nya agar bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai hamba yang taat kepada Allah, senantiasa kita menjalankan perintah dari Allah SWT agar terus membaca shalawat kepada Rasulullah. 

Sebagaimana hadits yang menjelaskan pentingnya bershalawat di hari Jumat: “Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada setiap hari Jumat, karena shalawat umatku disampaikan kepadaku setiap hari Jumat. Barang siapa dari kalian paling banyak membaca shalawat kepadaku, ia adalah orang yang dekat kedudukannya denganku.”

8. Amalan hari jumat dengan melakukan shalat sunnah ba’diyah Jumat

Rasulullah seringkali melaksanakan shalat sunnah dua rakaat setelah shalat Jumat. Sahabat muslim bisa menerapkannya agar senantiasa mengikuti sunnah dari Rasul dan mendapatkan keberkahan. 

Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW biasa melaksanakan dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah Maghrib di rumahnya, dan dua rakaat sesudah Isya. Dan beliau tidak mengerjakan sholat setelah pelaksanaan shalat Jumat hingga beliau pulang, lalu shalat dua rakaat.”  

9. Amalan hari Jumat dengan membaca surah Al-Kahfi 

“Barang siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR. Abu Bakr bin Mardawaih).

Membaca surah Al-Kahfi merupakan amalan hari Jumat yang seringkali kita dengar sebagai sunnah Rasulullah. Sahabat muslim bisa mengamalkannya di hari Jumat. Selain itu, membaca Surah Al-Kahfi jika dimaknai mendalam bisa menjadi reminder untuk mengingat betapa dahsyatnya hari kiamat yang akan menimpa manusia (QS. Al-Kahfi: 7). Sehingga, membaca Surah Al-Kahfi akan bermanfaat sebagai perenungan diri dan semakin mencontoh suri tauladan Rasul yang senantiasa membacanya. 

10. Membaca doa dan dzikir 

Rasulullah adalah sosok yang seringkali berdoa dan berdzikir. Amalan hari Jumat yang dilakukan oleh Rasulullah sudah pasti adalah menyibukkan diri dengan berdoa dan berdzikir. Kita sebagai manusia hendaknya senantiasa meminta ampun kepada Allah SWT, meminta perlindungan, dan mohon diberikan petunjuk kebenaran oleh Allah SWT. 

11. Bersedekah di hari Jumat

Artinya, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah:261)

Rasulullah senantiasa bersedekah di hari Jumat dan mengajarkan umatnya agar senantiasa ringan tangan. Selain memperoleh pahala di sisi Allah SWT, bersedekah akan membantu fakir miskin dan membuat ketakwaan kita semakin meningkat. Kita juga akan senantiasa diberikan kelapangan dada ketika bersedekah dan menerapkan apa itu keikhlasan. Banyaknya keutamaan bersedekah sebagaimana disebutkan di atas membuat kita tidak heran jika Rasulullah gemar bersedekah.

Amalan Hari Jumat yang Tidak Boleh Dilewatkan

Berbagai amalan hari Jumat benar-benar memberikan contoh kepada kita agar mengikuti suri tauladan Rasul. Agar hidup kita senantiasa dilimpahi keberkahan, salah satu amalan hari Jumat yang sayang jika dilewatkan adalah bersedekah. Bahkan Allah SWT senantiasa akan melipatgandakan pahala jika kita bersedekah. 

‘’Dan sedekah pada hari itu (Jumat) lebih mulia dibanding hari-hari selainnya’’ 

(H.R. Ibnu Huzaimah). 

Bismillah, semoga kita senantiasa menyalurkan sedekah kita kepada orang-orang yang membutuhkan dan menyalurkannya kepada lembaga yang terpercaya seperti Dompet Dhuafa. Sahabat tidak perlu ragu untuk berdonasi sedekah Jumat melalui Dompet Dhuafa yang sudah bertahun-tahun menyalurkan dana secara amanah dan terpercaya. Klik di bawah ini untuk menyalurkan sedekah. 

sumber: DOMPET DHUAFA

Jaga Fisik Agar Ibadah Umroh Berjalan Lancar

Jamaah umroh dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan.

Sejak dimulainya musim umroh 1445 H, umat Muslim dari seluruh dunia pun berduyun-duyun memenuhi Tanah Suci. Agar ibadah bisa terlaksana dengan baik dan sempurna, pihak berwenang Saudi memperingatkan agar menyiapkan fisik dengan baik.

Umat beriman disebut harus mempersiapkan diri untuk melaksanakan ritual di Masjidil Haram, tempat paling suci umat Islam di Makkah. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan serangkaian usaha, yang menjadikan mereka dalam kondisi fisik yang prima.

“Langkah-langkah tersebut antara lain menghindari makanan berat, menjaga asupan cairan, berjalan-jalan di hari-hari sebelum ibadah, minum obat tepat waktu, serta melembabkan tubuh untuk menghindari lecet pada kulit,” kata Kementerian Haji dan Umrah Saudi dikutip di Gulf News, Rabu (13/9/2023).

Selain itu, setiap jamaah umroh juga disarankan untuk mandi menggunakan air hangat sebelum menuju Masjidil Haram. Menjelang umroh, mereka juga disarankan agar istirahat dan tidur yang cukup pada malam harinya.

Kerajaan Arab Saudi memperkirakan sekitar 10 juta Muslim dari luar negeri akan melakukan ibadah selama musim umroh saat ini. Musim baru tersebut diketahui telah berlangsung lebih dari sebulan yang lalu.

Musim haji dimulai setelah berakhirnya ibadah haji tahunan, yang dihadiri sekitar 1,8 juta umat Islam. Jumlah ini dicapai untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, setelah pembatasan terkait pandemi dicabut.

Bagi umat Muslim yang tidak mampu secara fisik atau finansial untuk melaksanakan ibadah haji, rata-rata memilih pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umroh.

Dalam beberapa bulan terakhir, Arab Saudi telah meluncurkan sejumlah fasilitas bagi umat Islam dari luar negeri yang ingin datang ke negara tersebut untuk melakukan umrah.

Bagi mereka yang memegang berbagai jenis visa masuk, seperti visa pribadi, visa kunjungan dan turis, diperbolehkan untuk melakukan umrah dan mengunjungi Al Rawda Al Sharifa, di mana makam Nabi Muhammad SAW terletak di Masjid Nabawi Madinah. Kunjungan ini bisa dilakukan dengan memesan janji temu elektronik sebelumnya.

Pemerintah Arab Saudi juga telah mengubah kebijakan dengan memperpanjang masa berlaku visa umroh, dari semula 30 hari menjadi 90 hari. Saudi lantas mengizinkan pemegang visa umroh memasuki Kerajaan melalui semua jalur darat, udara dan laut, serta berangkat dari bandara mana pun.

Tidak hanya itu, Kerajaan Saudi saat ini telah mengizinkan jamaah umroh perempuan melaksanakan ibadah tidak lagi harus diantar oleh wali laki-lakinya.

Kerajaan juga mengatakan ekspatriat yang tinggal di negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) berhak mengajukan visa turis, apa pun profesinya. Visa ini juga bisa digunakan untuk menunaikan umroh.

Bulan lalu, Arab Saudi mengumumkan penambahan delapan negara dalam sistem e-visa kunjungannya. Jenis visa ini memungkinkan warga negara tersebut datang ke Kerajaan untuk umrah dan pariwisata, sehingga menambah jumlah total negara yang warganya memiliki akses ke sistem ini menjadi 57.

Pemegang visa Schengen, AS dan Inggris juga dapat membuat janji temu umroh dan mengunjungi Al Rawda Al Sharifa, melalui aplikasi Nusuk sebelum tiba di Arab Saudi.  //  Zahrotul Oktaviani

https://gulfnews.com/world/gulf/saudi/get-physically-prepared-and-stay-fit-saudi-arabia-tells-umrah-pilgrims-1.97967418

IHRAM

Inilah Tata Cara Shalat Istisqa Saat Musim Kemarau

Berikut Inil adalah tata cara shalat istisqa saat musim kemarau. Sesuai dengan namanya, al-istisqa’ ialah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya).  Shalat istisqa hukumnya adalah sunnah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.

Sebagaimana Rasulullah Saw. dalam hadis bersumber dari Abu Hurairah , Nabi dan sahabat shalat meminta hujan karena musim kemarau yang berkepanjangan. Nabi bersabda:

خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن

Artinya: Nabi Muhammad Saw keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rekaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad).

Terkait waktu  pelaksanaan salat istisqa, maka ulama memberikan keterangan seyogianya dikerjakan di siang hari layaknya shalat Idul Fitri atau Adha. Simak penjelasan Aisyah Ra berikut ini:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس

Dalam hadits ini Rasulullah Saw mengerjakan salat istisqa’ setelah matahari muncul di atas permukaan bumi, seperti waktu dimulainya salat Idul Fitri atau idul Adha. Para ulama berpendapat salat istisqa’ dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu pas matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari.

Tata Cara Shalat Istisqa

Adapun  tata cara melaksanakan shalat Istisqa sebagai berikut;

Pertama: imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan shalat secara berjamaah.

Kedua: imam dan makmum tanpa didahului azdan dan iqamat berniat membaca niat salat istisqa’

أصلي سنة الاستسقاء ركعتين مستقبل القبلة اماما/ماموما لله تعالى

Ketiga: sesudah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7 kali pada rekaat pertama, dan 5 kali takbir pada rekaat kedua.

Keempat: pada tiap-tiap rakaatnya imam membaca surat al-fatihah dan satu surat pendek secara jelas yang dapat didengarkan oleh para makmum. Dilanjutkan dengan rujuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.

Kelima: pada rekaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam salat wajib. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.

Keenam: imam menyampaikan khutbah dan didengarkan oleh jamaah yang hadir. Khutbah salat istisqa’ terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah.

Rukun khutbah dan tatacaranya dalam salat istisqa’ sama dengan yang dilakukan khatib sesudah salat Id. Diantaranya membaca takbir 9 kali pada khutbah pertama dan takbir 7 kali pada khutbah kedua.

Dalam materi khutbah dianjurkan khatib mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.

Tiap-tiap mengakhiri khutbah pertama dan khutbah kedua, khatib disunnahkan membaca doa dengan cara dirinya membalikkan badan dan membelakangi jamaaah untuk menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangannya.

Ketujuh, doa shalat istisqa sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim,juz II, halaman 366;

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ. اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ. اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ. اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ. اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا

Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī’an marī‘an (lan riwayat murī‘an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā’iman. Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj‘alnā minal qānithīn. Allāhumma inna bil ‘ibādi wal bilādi wal bahā’imi wal khalqi minal balā’i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.

Allāhumma anbit lanaz zar‘a, wa adirra lanad dhar‘a, wasqinā min barakātis samā’i, wa anbit lanā min barakātil ardhi. Allāhummarfa‘ ‘annal jahda wal jū‘a wal ‘urā, waksyif ‘annal balā’a mā lā yaksyifuhū ghairuka. Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā’a ‘alainā midrārā.

Artinya; Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan. Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu.

Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu. Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan.

Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.

Demikian penjelasan terkait inilah tata cara shalat Istisqa saat musim kemarau. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Doa Afiyat dan Keselamatan di Hari Rabu Wekasan

Berikut ini adalah doa afiyat dan keselamatan di Hari Rabu Wekasan. Dalam kitab Kanzun Najah wa Al-Surur, Syaikh Abdul Hamid menyebutkan bahwa di hari Rabu Wekasan atau hari Rabu terakhir di bulan Shafar, kita dianjurkan untuk memohon afiyat dan keselamatan kepada Allah dari berbagai penyakit dan fitnah yang turun di hari tersebut.

Di antara doa mohon afiyat dan keselamatan yang bisa dibaca di hari Rabu Wekasan adalah sebagai berikut;

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

Allohumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyata fid dunyaa wal aakhiroh. Allohumma innii as-alukal a’fwa wal ‘aafiyata fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maali. Allohummastur ‘aurootii wa aamin row’aatii. Allohummahfadznii min baini yadayya wa min kholfii wa min yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fauqii wa a’uudzubika bi ‘azhomatika an ughtaala min tahtii. Allohumma ‘aafinii fii badanii, allohumma ‘aafinii fi sam’ii, allohumma ‘aafinii fii bashorii laa ilaaha illaa anta.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan kesehatan yang prima di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan kesehatan yang prima dalam urusan agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan kejelekan) dan tenangkanlah aku dari rasa takut.

Ya Allah, jagalah aku dari arah muka, belakang, kanan, kiri dan dari atasku, dan aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak dihancurkan dari bawahku. Ya Allah, sehatkanlah badanku. Ya Allah sehatkanlah pendengaranku. Ya Allah, sehatkanlah pengelihatanku. Tiada Tuhan selain Engkau.

Demikian penjelasan terkait doa afiyat dan keselamatan di Hari Rabu Wekasan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Sunah-Sunah Wudu yang Sering Dilalaikan

Sesungguhnya di antara perkara yang harus senantiasa dipelihara dan diperhatikan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari adalah menghidupkan sunah-sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, menelusuri jejak beliau dalam setiap gerakan dan diamnya, perkataannya dan perbuatannya. Dan sungguh kualitas dan level seorang muslim pun diukur dari sejauh mana dirinya menghidupkan sunah-sunah tersebut. Semakin banyak sunah yang ia terapkan dan amalkan, maka semakin tinggi dan semakin mulia kedudukannya di sisi Allah Ta’ala.

Dengan menghidupkan sunah lalu mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, maka itu sungguh merupakan salah satu pertanda bahwa Allah Ta’ala mencintainya dan merupakan bukti betapa besarnya kecintaan orang tersebut terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Sayangnya, kita hidup di zaman di mana ke-bid’ah-an tersebar merajalela, sedangkan sunah-sunah Nabi banyak yang terlupakan dan dilalaikan. Zaman yang diceritakan sejak dahulu kala oleh Ibnu Abbas radhiyallahu anhu,

مَا يَأْتِي عَلَى النَّاسِ عَامٌ إِلَّا أَحْدَثُوا فِيهِ بِدْعَةً، وَأَمَاتُوا فِيهِ سُنَّةً، حَتَّى تَحْيَا الْبِدَعُ، وَتَمُوتَ السُّنَنُ

“Tidaklah akan datang kepada manusia suatu tahun, kecuali mereka akan melestarikan padanya ke-bid’ah-an dan mematikan sunah. Sampai-sampai ke-bid’ah-an tumbuh subur dan sunah-sunah Nabi berguguran (dan terlupakan).” (Lihat kitab Al-I’tisham karya Al-Imam As-Syatibi, 1: 86)

Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ، كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ

Barangsiapa yang menghidupkan satu sunah dari sunah-sunahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah no. 209, pada sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadis ini dikuatkan dengan riwayat-riwayat lain yang semakna. Oleh karena itu, Syekh Al-Albani mensahihkannya dalam kitab “Shahih Sunan Ibnu Majah” no. 173)

Saudaraku, pada artikel ini akan kita bahas beberapa sunah Nabi dalam berwudu yang sering dilupakan dan dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Semoga dengan mengetahui hal-hal tersebut, kita semuanya dapat mengamalkan dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama: Di antara sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terkait wudu adalah masuk ke kamar mandi dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan serta berdoa dengan doa yang telah beliau ajarkan.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا دَخَلَ الخَلَاءَ قالَ: اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بكَ مِنَ الخُبُثِ والخَبَائِثِ.

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak masuk ke kamar kecil, beliau mengucapkan, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.’“ (HR. Bukhari no. 142)

Dan juga berdasarkan hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ مِنَ الْخَلاَءِ قَالَ: غُفْرَانَكَ.

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari kamar kecil, beliau mengucapkan, ‘(Ya Allah, aku mengharap) ampunan-Mu.’” (HR. Abu Dawud no. 30, At-Tirmidzi no. 7 dan An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra no. 9907).

Kedua: Bersiwak ketika wudu.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ

“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudu.” (HR. Ahmad no. 9928 dan ini merupakan lafaz beliau, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari secara mu’allaq dengan shighah jazm sebelum hadis no. 1934 dengan sedikit perbedaan)

Lalu, kapan waktu yang tepat untuk bersiwak ketika berwudu?

Para ulama berbeda pendapat, apakah bersiwak dilakukan sebelum wudu ataukah bersamaan dengan rangkaian wudu tatkala berkumur? Pendapat yang lebih mendekati kebenaran adalah yang mengatakan bahwasanya bersiwak dilakukan sebelum berwudu. Karena hal ini sejalan juga dengan hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ، فيَبْعَثُهُ الله مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ، فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي…

“Kami mempersiapkan siwak dan air wudunya. Lalu, Allah Ta’ala membangunkannya sekehendak-Nya pada malam hari, kemudian beliau bersiwak dan berwudu, lalu mengerjakan salat.” (HR. Muslim no. 746)

Ketiga: Berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dengan satu cidukan air.

Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadis Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu,

ثُمَّ أدْخَلَ يَدَهُ فاسْتَخْرَجَها فَمَضْمَضَ، واسْتَنْشَقَ مِن كَفٍّ واحِدَةٍ فَفَعَلَ ذلكَ ثَلاثًا

“Kemudian, beliau memasukkan tangan ke dalam bejana (mengambil air), lalu mengeluarkannya, lalu berkumur-kumur dan ber-istinsyaq dari satu telapak tangan. Ia melakukannya tiga kali.” (HR. Muslim no. 235)

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah menjelaskan, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyambung antara kumur-kumur dengan istinsyaq. Menjadikan setengah cidukan telapak tangannya untuk dimasukkan ke dalam mulut dan setengahnya lagi beliau masukkan ke dalam hidung.(Zad Al-Ma’ad, 1: 185)

Keempat: Menyempurnakan wudu di waktu-waktu yang tidak disenangi, seperti di pagi hari yang dingin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَلا أدُلُّكُمْ علَى ما يَمْحُو اللَّهُ به الخَطايا، ويَرْفَعُ به الدَّرَجاتِ؟ قالُوا بَلَى يا رَسولَ اللهِ، قالَ: إسْباغُ الوُضُوءِ علَى المَكارِهِ، وكَثْرَةُ الخُطا إلى المَساجِدِ، وانْتِظارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّباطُ.

“Maukah aku tunjukkan kepada kalian perihal sesuatu yang membuat Allah menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab, “Tentu, ya Rasulullah.” Beliau melanjutkan, “Menyempurnakan wudu pada saat yang tidak disukai (seperti keadaan yang sangat dingin),  memperbanyak langkah ke masjid, dan menanti salat setelah salat. Itulah ribath.” (HR. Muslim no. 251)

Kelima: Menggunakan air secukupnya dan tidak boros di dalam menggunakannya.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَغْسِلُ، أوْ كانَ يَغْتَسِلُ، بالصَّاعِ إلى خَمْسَةِ أمْدَادٍ، ويَتَوَضَّأُ بالمُدِّ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membasuh, atau mandi dengan satu sha’ hingga lima mud, dan berwudu dengan satu mud.” (HR. Bukhari no. 201 dan Muslim no. 325)

Keenam: Melantunkan syahadat dan membaca doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam setelah selesai berwudu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما مِنكُم مِن أحَدٍ يَتَوَضَّأُ فيُبْلِغُ، أوْ فيُسْبِغُ، الوَضُوءَ ثُمَّ يقولُ: أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وأنَّ مُحَمَّدًا عبدالله ورَسولُهُ إلَّا فُتِحَتْ له أبْوابُ الجَنَّةِ الثَّمانِيَةُ يَدْخُلُ مِن أيِّها شاءَ

“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudu, lalu menyempurnakan wudunya, kemudian bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, melainkan pintu surga yang delapan akan dibukakan untuknya. Dia masuk dari pintu manapun yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 234)

Di dalam riwayat Tirmidzi terdapat tambahan,

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِن التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang yang menyucikan diri.” (HR. Tirmidzi no. 55 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani)

Ketujuh: Salat dua rakaat setiap kali selesai berwudu.

Dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ia berkata,

رأيتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم توضَّأ نحو وُضوئي هذا، ثم قال: من تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هذا، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لا يُحَدِّثُ فِيهِما نَفْسَهُ، غَفَرَ اللَّهُ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ

“Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berwudu seperti caraku berwudu ini dan beliau bersabda, “Siapa yang berwudu dengan cara wuduku ini, lalu salat 2 rakaat dan tidak berbicara di antara keduanya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no. 164 dan Muslim no. 226)

Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terheran-heran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya Bilal radhiyallahu ‘anhu. Lalu, beliau pun bertanya kepadanya,

يَا بِلالُ، حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَل عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلامِ، فَإِنِّي سمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بيْنَ يَديَّ في الجَنَّة

“Wahai Bilal, beritahulah kepadaku suatu amalan yang paling engkau harapkan (untuk mendapatkan pahala paling besar) yang engkau lakukan selama dalam Islam? Karena aku mendengar suara gerakan kedua sandalmu di hadapanku di surga.”

Maka, sahabat Bilal radhiyallahu ‘anhu menjawab,

ما عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِندِي: أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُورًا، في سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ، إلَّا صَلَّيْتُ بذلكَ الطُّهُورِ ما كُتِبَ لي أَنْ أُصَلِّيَ

“Tidaklah aku mengamalkan suatu amalan pun yang paling aku harapkan, selain setiap aku berwudu, baik di malam hari atau siang hari, kecuali aku salat dengan wudu tersebut sesuai yang Allah tentukan  bagiku.” (HR. Bukhari no. 1149)

Itulah tujuh sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal wudu yang seringkali dilalaikan dan dilupakan oleh sebagian kaum muslimin. Semoga Allah Ta’ala jadikan diri kita sebagai salah satu hamba-Nya yang beristikamah di dalam mengamalkan dan menjalankan sunah-sunahnya dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu A’lam Bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87433-sunah-sunah-wudu-yang-sering-dilalaikan.html

4 Amalan Menyelamatkan Manusia dari Api Neraka

Artikel ini akan menjelaskan tentang mengetahui empat amalan yang akan menyelamatkan manusia dari api neraka. Adapun empat perkara tersebut dinyatakan oleh ulama sufi ternama di masanya, yaitu, Syekh Syaqiq Al-Balkhi.

Abu Nu’aim Al-Isfahani, dalam karyanya Hilyat Al-Awliya’ Wa Tabaqat Al-Asfiya‘ Juz 8, halaman 60, mengutip pernyataan Syekh Syaqiq  Al-Balkhi. Adapun kutipannya tertera sebagai berikut: 

لَوْ أَنَّ رَجُلًا أَقَامَ مِائَتَيْ سَنَةٍ لَا يَعْرِفُ هَذِهِ الْأَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ لَمْ يَنْجُ مِنَ النَّارِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، أَحَدُهَا مَعْرِفَةُ اللَّهِ، وَالثَّانِي مَعْرِفَةُ نَفْسِهِ، وَالثَّالِثُ مَعْرِفَةُ أَمْرِ اللَّهِ وَنَهْيِهِ، وَالرَّابِعُ مَعْرِفَةُ عَدُوِّ اللَّهِ وَعَدُوِّ نَفْسِهِ

Artinya: Seandainya seorang lelaki hidup selama dua ratus tahun, namun dia tidak mengetahui empat perkara ini, niscaya dia tidak akan selamat dari neraka apabila Allah menghendaki. pertama mengenal Allah. Kedua, mengenal diri sendiri. Ketiga, mengetahui perintah dan larangan Allah. Keempat, mengetahui musuh Allah dan musuh diri sendiri.

Pernyataan Syekh Syaqiq Al-Balkhi di atas, menuntun kita untuk bertambah dekat dengan Allah, karena apabila kita mengetahui dan mengamalkan apa yang dinyatakan oleh Syekh Syaqiq Al-Balkhi kita akan diselamatkan dari api neraka, dan dirahmati oleh Allah. Adapun penjelasan dari empat pengetahuan tersebut sebagai berikut:

Pertama, mengenal Allah. Artinya, kita harus mengetahui dan meyakini dalam hati, bahwa ketika Allah menganugerahkan sesuatu kepada hambanya maka tidak ada yang bisa menolaknya. Juga tidak ada suatu apapun yang memberi manfaat atau mudharat kepada Allah. Dan kita harus meyakini keberadaan dan kuasa Allah, baik saat sendirian atau saat berkumpul dengan yang lainnya. 

Kedua, mengenal diri sendiri. Artinya, kita harus meyakini bahwa kita adalah hamba Allah yang lemah. Dan kita harus meyakini suatu apapun tidak akan mampu untuk menolak apa yang telah ditakdirkan oleh Allah.

Ketiga, mengetahui perintah dan larangan Allah. Artinya, kita harus mengetahui hukum-hukum Allah baik perintah atau larangan, dengan mengetahui hukum-hukum Allah amal kita akan diterima, dan juga kita harus ikhlas dalam beramal.

Keempat, mengetahui musuh Allah dan musuh diri sendiri. Artinya, musuh Allah, yaitu, Iblis. Sedangkan musuh diri sendiri adalah hawa nafsu. Supaya amal kita diterima oleh Allah, maka kita harus memerangi Iblis dan hawa nafsu. Karena keduanya, menjadi penghalang untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Demikian 4 amalan menyelamatkan manusia dari api neraka. Semoga penjelasan tersebut bermanfaat. Wallahu a’lam bissawab.

BINCANG SYARIAH