“Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah kami untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu, mata Abu Salamah tengah terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Apabila roh telah dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya.’ Keluarganya pun meratap hiteris.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Dan janganlah sekali-kali mendoakan atas diri kalian, kecuali kebaikan. Karena ketika itu, malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan.’ Setelah itu, beliau berdoa, ‘ALLAHUMMAGHFIR LIABI SALAMAH WARFA’ DARAJATAHU FIL MAHDIYYIIN, WAKHLUFHU FI ‘AQIBIHI FIL GHAABIRIIN, WAGHFIR LANAA WALAHU YAA RABBAL ‘ALAMIIN, WAFSAH LAHU FII QABRIHI WA NAWWIR LAHU FIIHI.’ (Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang terpimpin dengan petunjuk-Mu. Dan gantilah ia bagi keluarganya yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam, lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam kuburnya).’” (HR. Muslim no. 920)
Dalam hadis di atas, terdapat kandungan pelajaran tentang beberapa hal yang hendaknya dilakukan ketika melayat ke rumah orang yang meninggal dunia.
Pertama,hadis di atas menunjukkan disunahkannya menutup kedua mata jenazah supaya tidak dalam keadaan terbuka dan membuat takut orang yang melihatnya. Janganlah membiarkan kedua mata jenazah dalam keadaan terbuka.
Kedua, dilarangnya meratap, berteriak secara histeris, atau meninggikan suara ketika ada yang meninggal dunia, baik dilakukan oleh kerabat (keluarga) yang ditinggalkan atau siapa saja yang menjenguk jenazah tersebut. Hal ini karena malaikat akan meng-amin-kan apa yang dia katakan. Yang menjadi kewajiban pada saat itu adalah mendoakan kebaikan, sehingga bisa bertepatan dengan amin-nya para malaikat dan terkabullah doanya.
Ketiga,hadis tersebut juga menunjukkan apabila kita melihat sesuatu yang tidak tepat pada keluarga atau kerabat jenazah, janganlah didiamkan. Akan tetapi, hendaklah kita menasihati dan menjelaskan kepada mereka dengan cara yang baik. Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada kerabat Abu Salamah bahwa ratapan mereka itu hendaknya tidak dilakukan. Ini termasuk dalam bab mengajarkan kebaikan dan mengingkari kemungkaran.
Keempat,dianjurkan untuk orang-orang yang menjenguk jenazah tersebut untuk menyibukkan diri mendoakan dirinya sendiri dan juga mendoakan jenazah agar mendapatkan rahmat, ampunan, dan ditinggikan derajatnya di surga. Demikian pula, berdoa agar keluarga dan keturunan yang ditinggalkan senantiasa berada dalam kebaikan. Hal ini karena mendoakan mereka ketika itu dapat membantu meringankan musibah yang sedang mereka alami dan menunjukkan bahwa kita membersamai mereka dalam kondisi yang sulit tersebut.
Allah Ta’ala pun mengabulkan doa tersebut. Sepeninggal Abu Salamah, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau pun menjadi salah satu ummahatul mukminin. Allah Ta’ala telah menggantikan untuk Ummu Salamah suami yang lebih baik daripada Abu Salamah. Inilah pengaruh doa yang penuh berkah tersebut sepeninggal Abu Salamah. Wallahu Ta’ala a’lam.
Berikut ini adalah doa Rasulullah agar terhindar dari marabahaya. Seorang manusia tentunya memerlukan perlindungan dari Sang Pencipta atas segala ancaman kejahatan, baik yang dilakukan oleh manusia maupun jin sekalipun.
Fakta ini selaras dengan ajaran Islam, ketika umat muslim menghadapi kesulitan maka hendaknya kita berdoa kepada Allah SWT. Yakni dengan meminta perlindungan dari segala bentuk mara bahaya, yang hanya dipanjatkan pada Allah Sang Maha Kuasa lagi Maha Pelindung. Lantas seperti apa doa tolak bala yang dianjurkan dalam Islam?
Rasulullah SAW dalam haditsnya sudah mengajarkan bacaannya kepada umat terdahulu tentang doa Rasulullah agar terhindar dari marabahaya. Berikut teksnya;
ta’awwadzu billah min jahdi al balai, wa darki asysyaqai, wa sui al qadai, wa syamati al a’dai
Artinya: “Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian.” (HR Bukhari).
Seyogianya, anjuran memohon pertolongan melalui doa sendiri sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an. Hal ini termaktub dalam surah Al Mukmin ayat 60 yang berbunyi:
Artinya: “Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”
Bacaan Rasulullah Agar Terhindar dari Marabahaya
Selain itu Ustman bin Affan pernah mendengar Rasulullah SAW menganjurkan bacaan doa berikut agar terhindar dari musibah atau doa tolak bala. Berikut bacaannya:
Bismillahilladzi la yadurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wa laa fissamaa’i, wa huwassamii’ul ‘aliim
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Kemudian dalam situs Kemenag Surabaya, juga memuat doa tolak bala yang dapat dipanjatkan sebagai berikut,
Allahumma bihaqqil fatihah, wasirril fatihah, yaa faarijal hamma, wa yaa kasyifal ghomma, yaa man li ibaadihi yaghfiru wa yarham, yaa dafi’al bala-i yaa allah, wa yaa dafi’al bala-i ya rohman, wa yaa dafi’al bala-i yaa rohiim. Artinya: “Ya Allah, dengan kebenaran Al-Fatihah dan rahasia Al-Fatihah, Wahai sang pembedah kegelisahan. Wahai Sang Penyingkap Kebingungan. Wahai Dzat yang mengampuni dan mengasihi para hamba-Nya, Wahai Sang Penolak Bala, Ya Allah. Tuhan Yang Maha Pengasih. Wahai Sang Penolak Bala, Tuhan Yang Maha Penyayang,”
Ada juga doa tolak bala yang sering kita dengar dibaca usai sholat berjamaah. Doa tersebut berbunyi:
Allāhummaftah lanā abwābal khair, wa abwābal barakah, wa abwāban ni’mah, wa abwābar rizqi, wa abwābal quwwah, wa abwābas shihhah, wa abwābas salāmah, wa wa abwābal ‘āfiyah, wa abwābal jannah.
Allāhumma ‘āfinā min kulli balā’id duniyā wa ‘adzābil ākhirah, washrif ‘annā bi haqqil Qur’ānil ‘azhīm wa nabiiyikal karīm syarrad duniyā wa ‘adzābal ākhirah. Ghafarallāhu lanā wa lahum bi rahmatika yā arhamar rāhimīn. Subhāna rabbika rabbil ‘izzati ‘an mā yashifūn, wa salāmun ‘alal mursalīn, walhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn.
Artinya: “Ya Allah, bukalah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu kenikmatan, pintu rezeki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu afiyah, dan pintu surga. Ya Allah, jauhkan kami dari semua ujian dunia dan siksa akhirat. Palingkan kami dari keburukan dunia dan siksa akhirat dengan hak Al Quran yang agung dan derajat nabi-Mu yang pemurah.
Semoga Allah mengampuni kami dan mereka. Wahai, zat yang maha pengasih. Maha suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga salam tercurah kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,”
Demikian penjelasan terkait doa Rasulullah agar terhindar dari marabahaya. Semoga bermanfaat.
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal: 27)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَأَنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ
“Dan bahwasanya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yusuf: 52)
Adapun dalil dari hadis adalah sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam,
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah. Dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.“ (HR. Ahmad 3: 135, hadis hasan)
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tanda orang munafik itu ada tiga: (1) Jika berbicara, dia berdusta; (2) Jika berjanji, dia tidak menepati; dan (3) Jika diberi amanah, dia berkhianat.” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59)
Hal ini juga dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Terdapat empat perkara yang jika semuanya ada pada diri seseorang, maka jadilah dia orang munafik tulen (maksudnya, akan mengantarkan kepada nifaq akbar atau nifaq i’tiqadi, pen.). Dan jika ada pada dirinya salah satunya, maka dia memiliki sifat kemunafikan, sampai dia meninggalkannya, (yaitu): (1) Jika diberi amanat, dia berkhianat; (2) Jika berbicara, dia berdusta; (3) Jika membuat perjanjian, dia melanggarnya; dan (4) Jika bertengkar (berdebat), dia melampaui batas.” (HR. Bukhari no. 34 dan Muslim no. 59, lafaz hadis ini milik Bukhari)
Sifat khianat dapat terjadi dalam banyak perkara. Meskipun demikian, keburukan sifat khianat ini bertingkat-tingkat. Maksudnya, sebagian bentuk khianat itu lebih buruk daripada bentuk khianat yang lain. Berikut ini adalah di antara contoh dari bentuk-bentuk sifat khianat.
Pertama, seseorang yang dititipi suatu barang, tetapi barang tersebut justru digunakan untuk kepentingan pribadi dan menyebabkan terjadinya kerusakan. Padahal, perjanjian antara dia dengan pemilik barang hanyalah sekedar menitipkan barang tersebut dan tidak terdapat izin untuk memakainya.
Kedua, seseorang yang diberi amanah untuk menyimpan (menutupi) suatu cerita rahasia agar tidak tersebar. Akan tetapi, rahasia tersebut justru diumumkan dan disebarluaskan ke orang lain sehingga diketahui oleh banyak orang. Apalagi jika rahasia tersebut berkaitan dengan aib seorang muslim.
Ketiga, seseorang diberi amanah untuk mengurus harta anak yatim. Akan tetapi, mereka justru melalaikan perintah Allah Ta’ala untuk membelanjakan harta anak yatim tersebut dengan cara yang lebih baik. Bahkan, boleh jadi dia menggunakan harta anak yatim untuk kepentingan pribadinya, meskipun dengan maksud berutang. Apalagi dia tidak mengetahui secara pasti apakah bisa melunasi utang tersebut ataukah tidak.
Keempat, istri dan anak merupakan amanah bagi para suami. Seorang suami dapat dikatakan mengkhianati amanah apabila dia tidak menunaikan kewajiban untuk mendidik anak dan istri. Padahal, Allah Ta’ala berfirman,
”Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Kelima, seseorang yang diangkat menjadi imam tetap sebuah masjid, namun dirinya tidak melakukan kewajibannya. Terkadang dirinya menjadi imam salat wajib lima waktu, namun terkadang berada di saf belakang sebagai makmum tanpa ada alasan yang bisa dibenarkan. Ketika menjadi imam terkadang tidak tumakninah dan tidak mempedulikan kondisi makmum di belakangnya.
Ringkasnya, sifat khianat terhadap amanah terdapat dalam banyak perkara, baik dalam masalah muamalah, akhlak, dan dalam bidang yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita semua untuk menjauhi sifat tersebut.
***
@Rumah Kasongan, 22 Dzulhijjah 1444/ 11 Juli 2023
Penulis: M. Saifudin Hakim
Catatan kaki:
Disarikan dari penjelasan Ustaz Dr. Aris Munandar, SS., MPI., ketika membaca kitab Al-Kabair, karya Adz-Dzahabi rahimahullah (dosa ketiga puluh empat).
Politik identitas membingungkan. Tidak hanya dalam tataran praktik. Namun juga dalam ranah konsep. Sebagian kalangan, menilai bahwa politik identitas adalah sesuatu yang wajar. Absah. Bahkan niscaya untuk diperjuangkan. Sebaliknya, sebagian yang lain, menyakini politik identitas adalah bahaya. Virus dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih, bagi bangsa yang multi identitas. Di titik inilah, kita menemukan wajah janus politik identitas.
Dalam mitologi Yunani, Janus digambarkan sebagai dewa bermuka dua. Menghadap ke arah yang berlawanan. Satu muka menunjukkan optimisme, harapan perubahan dan masa depan. Satu mukanya lagi pesimisme, keraguan, kegalauan, kesuraman yang meyimbolkan situasi tak menyenangkan. Analogi ini, tidak jauh berbeda dengan politik identitas. Dalam artian, politik identitas memiliki dua sisi. Dilihat sebagai sesuatu yang wajar, bahkan niscaya. Di sisi lain, dianggap tidak wajar dan destruktif.
Dalam kajian ilmu politik, paradoksal politik identitas ini erat kaitannya dengan definisi politik itu sendiri. Di awal kemunculannya, politik adalah upaya mengatur kehidupan bersama. Sesuai akar kata politik dari kata polis. Dalam bahasa Yunani, polis diartikan sebagai kota. Karena itu, pengetahuan dan upaya mengatur kehidupan kota (polis) yang baik, disebut sebagai politik. Pandangan positif terhadap politik ini dapat mudah ditemukan dalam pemikiran filsuf Yunani kuno. Semisal Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Di era berikutnya, pemikir Barat menawarkan makna lain. Arti yang relatif bertolak belakang. Melihat sisi negatif wajah politik. Tokoh yang mudah dirujuk adalah Niccolo Machiavelli (1469-1527). Bagi Machiavelli, dalam dunia politik, wajar adanya menghalalkan segala cara. Yang penting kekuasaan dapat diraih dan dipertahankan.
Lebih mutakhir lagi, Harold D. Lasswell mendefinisikan politik sebagai siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana (who gets what, when, and how). Politik tidak lain adalah berebut kekuasaan.
Ditambah lagi, dalam kajian ilmu sosial, identitas dipahami sebagai sesuatu yang melekat pada diri seseorang (identity is the fact of being or feeling that you are). Baik yang berkaitan dengan dengan latar belakang suku, agama, ras, ataupun golongan. Karena itu, seseorang tidak mungkin hidup tanpa identitas. Lebih dari itu, identitas ini yang mempengaruhi cara pandang dan tindakannya. Termasuk memperjuangkannya.
Kajian politik identitas dalam ilmu politik menarik banyak pihak setelah disimposiumkan. Tepatnya adalah pertemuan internasional Asosiasi Ilmuan Politik Internasional di Wina pada 1994. Agnes Haller (1995) memaparkan definisi politik identitas sebagai konsep dan gerakan politik yang fokus perhatiannya adalah pada perbedaan (difference) sebagai suatu kategori perjuangan politik.
Tidak jauh berbeda, Cressida Heyes mendefinisikan politik identitas sebagai aktivitas politis yang didasarkan pada identitas. (Cressida Heyes, 2007). Dengan kata lain, politik identitas adalah politik yang mengedepankan kepentingan suatu kelompok. Terikat dengan kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasis ras, etnisitas, gender, atau agama.
Dari tilikan ini, tidak aneh jika politik identitas memiliki wajah ganda. Wajah janus politik identitas, di satu sisi, dipahami sebagai kewajaran. Memperjuangkan kepentingan dan aspirasi masing-masing kelompok. Di satu sisi, politik identitas dianggap merusak, karena memiliki potensi benturan antar satu identitas dengan identitas lainnya.
Wajah Positif Politik Identitas
Perjuangan identitas adalah bagian dari perjuangan kemanusiaan. Dimana satu identitas, secara faktual tertindas. Ditambah lagi, tidak sedikit doktrin agama yang menentang kesewenang-wenangan. Sejarah mencatat adanya tokoh, komunitas, dan institusi keagamaan bisa berperan menjadi penjaga moral masyarakat serta pengkritik kekuasaan yang garang.
Bahkan, agama bisa menjadi sumber energi luar biasa untuk melakukan perlawanan terhadap rezim korup dan despotik. Sejarah gerakan Gereja Katolik di Amerika Latin, Black Chruches di Amerika Serikat, Sufi Sanusiyah di Lybia, atau Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Banten, Indonesia, hanyalah contoh sejarah dimana agama telah melakukan fungsi kritisnya. Agama menjadi medium kritik sosial sebuah masyarakat sekaligus sarana perubahan politik sebuah tatanan kekuasaan.
Politik identitas (agama) dalam konteks sejarah Indonesia mengalami pasang surut. Relasi agama dan politik dapat dibagi menjadi 4 zaman; Kolonial, Orde Lama, Orde Baru, dan Era Revormasi. Pada masa Kolonial, agama berperan ganda; sebagai legitimasi kolonialisme sekaligus kritik sosial. Banyak tokoh agama yang bekerja dengan pemerintah kolonial. Tetapi pada saat yang bersamaan, juga banyak di antara mereka yang menjadi pengkritik dan melawan kolonial.
Pada zaman Orde Lama, Presiden Sukarno di satu sisi mengakomodasi tokoh-tokoh muslim Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Masyumi. Bahkan tokoh dari organisasi ini terjun ke dalam politik praktis. Yakni dengan mendirikan partai politik. Di sisi lain, pemerintah juga tegas melakukan tindakan militer terhadap DI/TI, NII, dan lainnya.
Pada masa Orde Baru, Presiden Suharto tidak melirik kelompok Islam meskipun pada awalnya mereka digandeng untuk mengantarkan jalan kekuasaan. Dalam perjalanannya, Islam politik tidak banyak diberi ruang. Stabilitas politik untuk pembangunan diutamakan. Pancasila sebagai asas ideologi tunggal diterapkan.
Selain itu, Pak Harto lebih tertarik menggandeng kelompok abangan-kejawen dan kalangan militer. Baru pada awal 1990-an, ia tertarik “melirik” Islam dengan menggaet kelompok kelas menengah teknokrat di bawah bendera ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) setelah terjadi friksi dengan sejumlah petinggi militer.
Pada Era-Revormasi, keran kebebasan dibuka kembali lebar-lebar. Indonesia menjadi bebas. Salah satu konsekuensinya ialah lahirlah partai-partai berbasis agama. Masing-masing mengonsolidasikan kekuatan politik identitas mereka.
Di kalangan umat Islam misalnya, Deliar Noer menghendaki didirikannya partai Islam. Partai yang menampung aspirasi umat. Didukung oleh beberapa aktivis Islam, akhirnya didirikan Partai Umat Islam (PUI). Kalangan Islam tradisionalis, yakni Nahdlatul Ulama (NU) memelopori berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB dapat disebut lahir dari rahim tokoh-tokoh NU, khususnya KH. Abdurrahman Wahid.
Demikian pula dengan lahirnya partai-partai agama lainnya, seperti Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Keadilan (PK), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Dari empat periodesasi ini, Islam menjadi identitas perjuangan politik. Namun, disalurkan dan diperjuangakan dalam koridor konstitusi.
Didasarkan pada Pancasila dan UUD 45 dalam bingkai NKRI. Dalam konteks ini, identitas Islam yang diperjuangkan dalam ranah politik dianggap wajar adanya. Tidak terbilang, tokoh-tokohnya memegang jabatan strategis. Mulai dari wilayah legislatif, eksekutif, hingga yudikatif.
Wajah Negatif Politik Identitas
Jika dilihat secara seksama, di awal berdirinya Republik Indonesia, politik identitas juga telah memberikan pelajaran berharga. Dimana identitas Islam digunakan sebagai basis melawan pemerintahan yang sah. DI/TI, NII, pemberontakan Daud Beureueh, dan Kahar Mudzakar adalah contah nyata. Sesama anak bangsa harus saling menumpahkan darah.
Tragedi sesama anak bangsa kembali terulang di kisaran tahun 1965. Kubu komunis, islamis, dan nasionalis saling angkat senjata. Tak terhitung, korban nyawa dipertontonkan. Dengan bentuk yang berbeda, Pilkada DKI Jakarta 2017 juga menyimpan trauma. Perbedaan identitas sesama anak bangsa dieksploitasi sedemikian hingga.
Masyarakat tersekat. Agamawan dan tempat-tempat ibadah dijadikan alat dan arena rebut kuasa. Hanya segelintir elit yang bermain, namun masyarakat awam merasakan dampaknya. Proses politik semacam ini disadari atau tidak, telah menggerus demokratisasi di Indonesia. Lantas bagaimana kita mengatasinya? Dan siapa saja yang bertanggungjawab?
Politik identitas harus diminimalisir dengan penguatan identitas nasional. Bangsa Indonesia tidak boleh terjebak pada solidaritas kelompok yang melahirkan primordialisme dan chauvinisme. Terjebak pada fanatisme kedaerahan, kesukuan, agama, golongan, serta kelompok-kelompok lainnya.
Selain itu, politik identitas tak bisa dilawan dengan politik identitas “yang lebih lunak”. Ia harus dilawan dengan politik yang mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Lebih dari itu, pencegahan terjadinya politik identitas pada Pemilu 2024 merupakan tanggung jawab multisektor. Mencakup pemerintah, partai politik, penyelenggara pemilu, dan kelompok masyarakat sipil. Masing-masing harus mengambil peran. Sesuai dengan kapasitas dan fungsi masing-masing.
Pengalaman telah mengajari bangsa Indonesia. Bahwa politik identitas, pada hakikatnya hanya elit yang menikmatinya. Namun, resikonya sangat besar. Yakni keutuhan hidup berbangsa dan bernegara. Sebagai anak bangsa yang baik, tentu kita tidak ingin ikut bertaruh di dalamnya.
Semoga penjelasan tentang wajah janus politik identitas ini memberikan manfaat. Pun kita berharap Indonesia tetap aman, harmoni dan damai. Wallhu a’lam bishawab.
Pada pelaksanaan haji tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) memberikan perhatian besar terhadap para jemaah lansia. Yakni, melalui tema ‘Haji Ramah Lansia’. Jamaah lansia pun tak perlu dihadapkan pada rasa khawatir, takut atau ragu sedikit pun.
Menurut Anggota Tim Pengawas PPIH Arab Saudi 1444 H Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, Wibowo Prasetyo, semua jamaah mendapatkan pelayanan yang tak terputus. Yakni, sejak di tanah air, di embarkasi, bandara keberangkatan, di dalam pesawat saat penerbangan, di bandara kedatangan, hotel di Makkah, Madinah, Arafah, Muzdalifah, Mina dan hingga di debarkasi saat kembali ke Tanah Air.
“Saya menyaksikan sendiri begitu optimal dan besar manfaat dari kebijakan baru yang dicetuskan langsung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tersebut. Di asrama haji, misalnya, jamaah yang masuk dalam lansia mendapat layanan prioritas seperti ketika menjalani pemeriksaan dokumen, kesehatan, masuk kamar dan lain sebagainya,” ujar Wibowo dalam keterangannya, Jumat (21/7/2023).
Begitu juga, kata dia, ketika akan naik pesawat, selalu ada petugas kloter yang siaga memantau dan mendampingi mereka. Hal ini pun membuat jemaah terlihat lebih tenang sekaligus merasa sangat dihargai.
Pelayanan tak henti juga, kata dia, terlihat saat jemaah tiba di Arab Saudi, baik yang masuk lewat Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah (gelombang 1) dan Bandara King Abdul Aziz Jeddah (gelombang kedua). Di dua Bandara ini jemaah dihadapkan banyak yang lelah, karena sebelumnya menjalani penerbangan panjang.
Bahkan, kata dia, beberapa jamaah lansia pun menjadi kerepotan untuk berjalan, lebih-lebih harus menjalani berbagai pemeriksaan di bandara. Namun kerepotan-kerepotan ini dijawab dengan kesigapan para Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Bandara.
“Mereka, baik petugas laki-laki atau perempuan, tampak cekatan mendampingi, menuntun, bahkan tak sedikit yang membopong dan menggendong jamaah lansia. Sebagian lagi membantu mengambilkan makanan, menyuapi, mengantar ke toilet, bahkan membersihkan kotoran mereka saat buang hajat,” papar Wibowo.
Menurutnya, tak ada rasa keterpaksaan atau ketidakrelaan petugas-petugas itu bekerja. Mereka terlihat sangat ikhlas dan begitu tulus seolah membayangkan yang mereka dampingi, kawal, tuntun, bopong, gendong itu adalah orang tua sendiri.
“Bayangan jemaah akan kerepotan pun berubah menjadi kemudahan bahkan rasa persaudaraan,” katanya.
Setiba di hotel, kata dia, para jamaah lansia juga tak henti disambut hangat petugas sektor. Oleh petugas, jamaah dengan aktivitas terbatas diposisikan di kamar khusus, seperti di dekat lift. Ini bertujuan untuk memudahkan mobilisasi, pemantauan, pemeriksaan kesehatan dan lainnya. Ketika jamaah akan meninggalkan kamar, maka petugas sektor juga memastikan para jamaah lansia bisa ikut turut serta, entah harus dikawal atau dinaikkan dengan kursi roda dan lain sebagainya.
Saat memasuki fase puncak, kata dia, yakni di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), dirinya sengaja menyempatkan berkeliling ke tenda-tenda jemaah dan menemukan banyak jemaah lansia bisa beribadah dengan baik.
Hal ini, kata dia, lagi-lagi karena di setiap maktab, telah disiapkan banyak petugas yang khusus untuk mengawal mereka. Maka meski sudah uzur, mereka tidak lagi kesusahan untuk ke toilet, makan, minum, berdoa dan lain sebagainya.
“Meski uzur atau sakit, rukun ibadah haji juga tak sedikit pun terlewatkan. Ini karena ada petugas khusus yang membantu mereka seperti melakukan safari wukuf bagi jemaah sakit. Demikian pula, ada beberapa petugas yang khusus untuk menjalani badal (pengganti),” katanya.
Wibowo mengatakan, yang membuat ia sangat terharu, banyak petugas haji yang rela menggendong jemaah lansia saat berangkat atau pulang melempar jumrah. Bahkan tidak hanya di waktu malam, petugas itu juga sering menggendong jamaah di bawah terik matahari.
Menurutnya, banyaknya dokumen-dokumen yang tersebar di berbagai media massa atau media sosial selama ini telah menguatkan bukti bahwa kehadiran petugas layanan lansia itu nyata. Keberadaan mereka yang bekerja sangat profesional karena menjadi bimbingan teknis dan sejumlah pelatihan plus didukung dengan berbagai fasilitas khusus seperti kursi roda, kruk, tongkat, walker hingga golf car sangatlah bermanfaat.
“Kita tahu, sejatinya jamaah lansia tak kali ini saja ada. Namun melihat begitu besarnya kuota tahun ini, yakni 229.000 orang dan jumlah jamaah lansia pada hampir 70.000 orang, maka keputusan Menag Yaqut Cholil Qoumas yang membuat tema dan layanan dan khusus adalah sebuah terobosan besar,” paparnya.
Menurutnya, penyelenggaraan haji 2023 telah menunjukkan bahwa layanan ‘Haji Ramah Lansia’ adalah sebuah keniscayaan. Model dan sistem layanan baru ini telah terbukti banyak memberikan kemudahan, kebaikan, ketenangan, dan kenyamanan bagi puluhan ribu jamaah lansia Indonesia.
‘Haji Ramah Lansia’, kata dia, menunjukkan negara hadir sepenuhnya untuk memberikan pelayanan, pendampingan dan perlindungan terhadap warganya. ‘Haji Ramah Lansia’ juga membangun bersama dan mewujudkan jamaah agar tetap sehat, aktif, dan mandiri. Yang tak kalah penting dan sangat berharga, ‘Haji Ramah Lansia’ ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki nilai-nilai bangsa yang sangat luhur dan istimewa, yakni kegotongroyongan, kebersamaan, penghormatan, persaudaraan, dan persatuan.
Kementerian Haji dan Umrah di Arab Saudi mengumumkan, warga negara Saudi sekarang dapat mengundang teman-teman mereka untuk melakukan umroh melalui visa kunjungan pribadi. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi kunjungan teman-teman asing untuk umrah.
Kementerian menyatakan, visa kunjungan pribadi menawarkan empat manfaat utama. Pertama dikeluarkan untuk satu atau beberapa perjalanan, dan kedua yaitu kesempatan untuk melakukan ritual umroh dan mengunjungi masjid Nabawi, sebagaimana dilansir Gulf News, Jumat (21/7/2023).
Ketiga yakni eksplorasi berbagai tempat wisata di seluruh wilayah dan kota di Arab Saudi. Keempat ialah kesempatan untuk mengunjungi situs bersejarah dan memperkaya tujuan di berbagai kota kerajaan.
Kementerian lebih lanjut mengklarifikasi bahwa ada dua jenis visa yang tersedia. Visa pribadi satu perjalanan memiliki masa berlaku 90 hari dengan masa tinggal 90 hari. Sedangkan visa pribadi multi-perjalanan tetap berlaku selama 365 hari, memungkinkan masa tinggal 90 hari.
Warga negara Saudi dapat mengajukan visa pribadi melalui platform visa Kementerian Luar Negeri. Selanjutnya, menyederhanakan proses mengundang teman mereka untuk umroh ke Arab Saudi.
Kerajaan Arab Saudi tengah bersiap menghadapi peningkatan jumlah perusahaan yang memenuhi syarat menyediakan layanan bagi jamaah umroh. Wakil Menteri Haji dan Umroh, Abdulfattah Mashat Dr. Abdul Fattah Mashat, menyampaikan di musim baru umroh ini ada kemungkinan peningkatan jumlah peziarah internasional.
Dilansir di Asharq Al-Awsat, Selasa (18/7/2023), Mashat mengatakan kelompok pertama jamaah umroh dan pengunjung Masjid Nabawi akan mulai berdatangan dari luar Kerajaan, pada hari pertama tahun baru Hijriah.
Pemerintah Saudi juga disebut telah bekerja keras untuk menyediakan serangkaian fasilitas yang komprehensif. Tujuannya, untuk memungkinkan umat Islam dari seluruh penjuru dunia dengan mudah mengakses Dua Masjid Suci.
Tidak hanya itu, ia juga mengharapkan terjadi peningkatan jumlah jemaah umroh yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tujuan “Visi 2030” Kerajaan.
Secara umum amal ibadah dibagi menjadi dua katagori, yaitu amalan ibadah qashir (perorangan) dan muta’addi. Amalan qashir adalah suatu amalan ibadah yang manfaatnya hanya untuk diri pelakunya saja, seperti berzikir, salat, iktikaf, membaca Al-Qur’an, haji, umrah, dan yang lainnya. Sedangkan amalan muta’addi merupakan amalan yang manfaatnya baik di dunia maupun akhirat tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain. Ibadah muta’addi lebih utama dan lebih banyak pahalanya daripada ibadah qashir.
Ibadah mana yang prioritas?
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lain). Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini, yakni masjid Nabawi selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13280. Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Jami’ no. 176)
Dari hadis tersebut, ibadah yang membawa manfaat bagi orang lain lebih didahulukan (lebih utama) daripada ibadah iktikaf yang hanya bermanfaat bagi diri sendiri. Hal ini selama kedua amalan tersebut sama-sama ibadah sunah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam dalam banyak hadis juga memberitahukan kepada kita mengenai siapa sebaik-baik manusia dan selalu menggandengkannya dengan kebermanfaatannya bagi orang lain.
Pertama, perihal utang
خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar utang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Ketiga, menjadi suami yang paling baik terhadap keluarganya
“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no. 285)
Kempat, yang paling baik akhlaknya dan menuntut ilmu
“Sebaik-baik Islamnya kalian adalah yang paling baik akhlak jika mereka menuntut ilmu.” (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 3312)
Kelima, yang memberikan makanan
خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ
“Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” (HR Ahmad dan dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 3318)
Keenam, yang paling bermanfaat bagi manusia
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, lihat Shahihul Jami’ no. 3289).
Umat terbaik: umat yang paling memberi manfaat
Umat Islam disebut oleh Allah Ta’ala sebagai umat yang terbaik karena adanya ibadah amar makruf nahi munkar (saling mengajak kepada kebaikan dan melarang dari perbuatan keburukan).
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran: 110)
Bahkan, selain manusia, para hewan pun juga merasakan manfaat dari amal amar makruf nahi munkar. Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
“Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan kepada penuntut ilmu (alim ulama). Dan sungguh, orang yang berilmu akan dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, bahkan hingga ikan yang ada di dasar laut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dapat kita pahami dari hadis tersebut bahwa jika semakin banyak orang yang berilmu, maka semakin tersebar pula amar makruf nahi munkar sehingga Allah akan menghindarkan dari azab-Nya. Karena bila azab Allah turun, maka yang terkena dampaknya bukan hanya manusia tetapi juga hewan. Oleh karenanya, hewan memohonkan ampun kepada Allah atas orang-orang yang berilmu.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (berdakwah) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’” (QS. Fussilat: 33)
Ayat di atas menerangkan bahwa tiada yang lebih baik perkataannya daripada seseorang yang memberikan manfaat dengan mengajak kepada tauhid (mengesakan Allah) dan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya semata.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk memaksimalkan pahala ibadah yang kita lakukan.
***
Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
Disarikan dari faedah kajian bersama Ustadz Dr. Muhammad Rezki Hr, M.Eng. Membahas kitab Tajridul Ittiba’ karya Syekh Ruhaily, 29 Zulkaidah 1444 H/17 Juni 2023 di Masjid Agung Sleman.
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput di halaman kita.
Ungkapan ini seolah menggambarkan bahwa kehidupan orang lain dalam hal ini tetangga kita terlihat lebih bahagia dari kehidupan kita.
Begitulah sifat manusia, selalu merasa kurang dan tidak bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.
Dari curahan hati teman sering kita dengarkan mereka merasa bahwa orang lain lebih beruntung dari dirinya.
“Enak ya si ibu anu itu suaminya punya jabatan, dia mana pernah merasakan kurang uang belanja,” curhat seorang ibu.
Padahal di kesempatan lain si ibu anu yang katanya beruntung itu, malah mengeluh kalau suaminya terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang perhatian kepada istri dan anaknya.
Kalau begini siapa yang lebih beruntung dan bahagia? Ibu yang suaminya pejabat tapi kurang perhatian? Atau ibu yang ekonominya pas-pasan tapi suami banyak perhatian?
Begitulah kehidupan pernikahan, setiap orang diuji dengan ujiannya masing-masing. Ada yang diuji ekonominya, ada yang diuji suami/istrinya, ada juga yang diuji anak-anaknya dan lainnya.
Tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini, ada kurang tapi pasti ada lebihnya.
Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bersyukur dengan segala kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim : 7)
Ketika seseorang diuji dengan ekonomi yang sulit, maka pasti ada hal lain yang bisa disyukuri misalnya kesehatan, waktu luang atau yang lainnya.
Selalu ada hal yang bisa kita syukuri asal kita mau mensyukurinya dan tidak membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain.
Jadi rumput tetangga ternyata tidak lebih hijau dari rumput di halaman kita, maka bersyukurlah.*/Ummu Aisyah
Muharram bukan saja menjadi bulan yang menandai pembukaan tahun dalam kalender Islam. Di bulan ini ada satu amalan ibadah yang sangat mulia, yakni puasa pada tanggal 10 Muharram. Puasa ini sudah lazim dilakukan para sahabat dan ulama salafussalih. Hanya saja, ada juga yang masih meragukan ibadah sunnah ini.
Apakah puasa 9 dan 10 Muharram ada bid’ah? Adakah dalilnya? Mungkin itu yang kerap ditanyakan dan membuat keraguan umat Islam.
Ada banyak sekali hadist yang dapat dijadikan dalil atas kesunnahan puasa 9 dan 10 Muharram. Misalnya, Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).
Hadist di atas belum secara eksplisit menjelaskan tanggal berapa dari Muharram yang disunnahkan oleh Nabi.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “ Ketika tiba di Madinah, Rasulullah mendapati orang-orang Yahudi mlakukan puasa Asyura. Kemudian beliau bertanya, hari yang kalian berpuasa ini hari apa? Orang-orang Yahudi menjawab: “Ini adalah hari yang mulia, ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya. Hari ini pula Fir’aun dan kaumnya di tenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur. Maka Kamipun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini.” Rasulullah kemudian bersabda: “ Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa dari pada kalian.” Lalu setelah itu Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa Asyura. (HR. Bukhari).
Hadist ini sudah cukup membuktikan kesunnahan dari puasa 10 Muharram. Tentang keutamannya. Nabi pernah ditanya tentang keutamaan puasa asyura ini. Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim ).
Tapi itu kan hanya hadist tentang 10 Muharram atau asyura, bagaimana dengan tanggal 9 Muharram?
Pada bulan Muharram umat Muslim dianjurkan untuk melakukan puasa sunnah baik puasa tanggal 9, Tasu’a, 10 ‘Asyuro, bahkan tanggal 11. Dari mana dalil ini didapatkan? Dalam sebuah hadist Nabi bersabda : “Puasalah kalian pada hari asyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Kerjakan puasa dari satu hari sebelumnya sampai satu hari sesudahnya” (HR Ahmad).
Tentang hadist riwayat Ahmad ini, Ibnul Qayyim dan Ibnu Taimiyyah serta Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari, sepakat dengan cara tersebut. Dan termasuk yang memilih pendapat ini Asy-Syaukani dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury.
Bahkan dalam hadist lain Rasulullah bersabda, “Berpuasalah kalian pada tanggal sembilan dan sepuluh bulan Muharram dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi”. (HR. Baihaqi).
Jadi, sampai di sini cukup jelas, tidak ada yang meragukan kesunnahan puasa 9 dan 10 Muharram. Namun, ada yang mengatakan bukankah perintah puasa itu sebelum datangnya perintah puasa Ramadan?
Hadits Urwah, dari Aisyah bahwa saat zaman jahiliyah dahulu orang-orang Quraisy melaksanakan puasa Asyura. Lalu Rasulullah tetap memerintahkan umatnya untuk melaksanakan puasa tersebut. Sampai turun kewajiban puasa Ramadhan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagi yang ingin, silakan puasa, bagi yang tidak puasa juga tidak mengapa.”
Nah, hadist ini semakin memperjelas posisi puasa Muharram. Ia bukan kewajiban tetapi ibadah sunnah yang utama dilakukan dan tidak masalah jika ditinggalkan. Bagi yang ingin keutamaan puasa ini, tentu tidak menyia-nyiakannya.
Selain makanan, Rasulullah saw juga mempunyai minuman favorit. Minuman yang disukai Rasullah saw tak cuma enak dan segar, melainkan kaya akan khasiat yang bagus untuk tubuh.
Minuman yang disukai Rasulullah saw juga bisa ditemukan pada zaman sekarang. Bahkan nomor 3 bisa didapatkan secara gratis.
Penasaran apa saja minuman yang disukai Rasulullah saw? Berikut ini 4 Minuman yang Disukai Rasulullah.
1. Susu
Minuman pertama yang disukai Rasulullah saw adalah susu. Adapun susu yang disukai Nabi Muhammad saw diantaranya susu kambing, susu sapi, dan susu unta.
Namun dari ketiga jenis susu tersebut, Rasulullah saw disebut lebih menyukai susu kambing. Hal tersebut pernah diceritakan oleh para sahabat.
Pada saat itu Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar sedang melakukan perjalanan hijrah ke Madinah. Kemudian mereka berdua menikmati susu kambing di Gua Tsur.
Namun Nabi Muhammad saw memilih untuk memerah susu pada seekor kambing di sana. Ummu Ma’bad mengatakan bahwa kambing tersebut sudah tidak bisa menghasilkan susu.
Akan tetapi saat Rasulullah saw membaca bismillah, dengan izin Allah SWT kambing tersebut pun mengeluarkan susu segar.
Sebagaimana yang sudah diketahui, jika susu merupakan minuman yang menyehatkan. Bahkan di dalam Al-Quran, susu tercatat sebagai minuman terbaik. Tidak heran jika minuman ini disukai oleh Rasulullah saw.
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya,” (QS. An-Nahl:66)
2. Air Nabeez
Selain buah kurma, Nabi Muhammad saw juga menyukai air rendaman kurma atau yang dikenal dengan air nabeez.
Air nabeez tidak kalah khasiatnya dengan buah kurma. Salah satu manfaat rendaman buah kurma antara lain mampu mengatasi asam lambung dan masalah sistem pencernaan.
Tak cuma itu saja, air nabeez juga mampu berperan untuk memperkuat memori dan mencegah kanker prostat pada pria.
Agar lebih nikmat, air nabeez juga bisa dicampur dengan madu dan kismis. Jika dirasa sulit untuk membuat air nabeez, bisa juga membuat infused water yang juga mempunyai banyak manfaat untuk tubuh.
Infused water bisa dibuat menggunakan buah-buahan seperti strawberry, lemon, apel, atau menggunakan rempah-rempah.
3. Air Putih
Minuman favorit Rasulullah saw yang selanjutnya adalah air putih. Sebagaimana yang sudah diketahui, air putih merupakan minuman yang paling dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya air putih merupakan minuman paling sehat dan kaya akan khasiat yang bagus untuk tubuh.
Salah satu manfaat dari air putih adalah menghidrasi tubuh, meningkatkan tingkat fokus seseorang hingga melancarkan pencernaan.
Kesukaan Rasulullah saw pada air putih pernah disampaikan oleh istrinya yakni Aisyah ra. Ia mengatakan jika minuman yang paling digemari Nabi adalah air tawar yang jernih.
Pernyataan Aisyah ra tersebut bersumber dari hadist Nabi yang diriwayakan oleh Imam At-Tirmidzi.
Dia berkata: “Nabi paling senang meminum al-hulwu al-barid (air tawar yang jernih). Seperti air dari sumber mata air dan air sumur jernih yang rasanya manis tawar,”
4. Minuman yang Manis dan Dingin
Adapun minuman favorit Nabi yang terakhir adalah minuman yang manis dan dingin. Hal tersebut juga pernah disampaikan oleh Aisyah ra.
Aisyah mengatakan: “Minuman yang paling disukai oleh Rasulullah saw adalah yang manis dan dingin,” (HR. Tirmidzi)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga menjelaskan jika bentuk minuman tersebut bisa lebih menjaga kesehatan karena segarnya dan membuat tubuh menjadi fresh.
Maksudnya adalah air dingin campuran dengan yang bisa membuatnya manis seperti madu, kismis, kurma atau gula. Minuman tersebut lebih bermanfaat bagi tubuh dan bisa menjaga kesehatan.
Itulah 4 Minuman yang Disukai Rasulullah saw yang bisa kita coba untuk dikonsumsi sehari-hari agar mendapatkan khasiatnya. Wallahu ‘alam bhissawabi.