Ini Surat Rasulullah Bagi Umat Kristen

DI bawah ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, yang berfungsi sebagai perjanjian dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di sini dan di manapun mereka berada, kami bersama mereka.

Di tengah kekacauan yang melanda seluruh rakyat Afrika, baik Tengah-Timur maupun Utara, sejak pemberontakan Musim Semi Arab melawan kediktatoran seakan membuka jalan bagi militansi dan perang sipil di wilayah tersebut. Kristen dan Islam pun semakin mengungkapkan keprihatinanya atas kondisi hidup para penganutnya.

Meskipun secara keseluruhan Kristen termasuk kaum minoritas, namun tampaknya peningkatan populasi Kristen semakin signifikan, tak terkecuali di negara-negara seperti Suriah, Turki, Irak, Lebanon, Palestina dan Mesir.

World Bulletin melansir, setelah jatuhnya presiden terpilih Mesir Mohamed Morsi dalam kudeta militer pada 3 Juli yang dipimpin oleh Field Marshal Abdel-Fattah al-Sisi, serta penganiayaan terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin dimana Morsi berasal, banyak Muslim mulai mencurigai bahwa komunitas Kristen naik 10% dari populasi, memainkan peran dalam mengusir gerakan tersebut. Hal ini cukup meningkatkan ketegangan antara Muslim dan Kristen di Mesir, dengan disertai bentrokan dan merusak berbagai fasilitas umum.

Kekhawatiran serupa pula dirasakan Kristen Suriah, terutama setelah al-Qaeda kelompok oposisi berafiliasi mengambil alih kota-kota Kristen Maaloola dan Kessab. Maaloola kemudian dikuasi kembali rezim Suriah, tapi Kessab, yang terletak di sepanjang perbatasan Turki, masih di bawah kendali pejuang oposisi.

Meskipun anggota komunitas etnis Armenia Kessab, yang sebagian besar melarikan diri ke Turki untuk menghindar dari pemboman pemberontakyang ditargetkan oleh rezim Suriah, telah berusaha mengadakan perdamaian dan para pejuang oposisi telah mempertaruhkan hidup mereka untuk mengantar mereka ke tempat yang aman, kecemasan dan kekhawatiran tetap saja menghantui kehidupan para penganut Kristen.

Dalam konteks ini, tidak ada salahnya jika kita sejenak menilik isi surat Rasulallah Saw. yang dikirim beliau kepada para biarawan Kristen di salah satu biara tertua di dunia, St. Catherine, Semenanjung Sinai, Mesir, pada tahun 628 M.

Surat yang juga dikenal dunia sebagai Muhammads Testamentum ini merupakan dokumen sejarah yang berisi tentang sikap Muhammad Saw terhadap kaum Kristen, dimana beliau memberikan jaminan perlindungan dan hak-hak hidup tanpa syarat apa pun. Surat tersebut bermaterai gambar telapak tangan Rasulullah Saw.

Meski banyak kalangan meragukan keautentikan surat tersebut dikarenakan naskah asli sudah tidak ada lagi dan hanya terdapat salinannya, namun surat tersebut sudah diverifikasi oleh banyak cendekiawan Muslim dan non-Muslim untuk meneliti keautentikannya.

Di antara peneliti itu adalah Aziz Suryal Atiya dengan buku The Monastery of St. Catherine and the Mount Sinai Expedition (1952), J. Hobbs dengan buku Mount Sinai (1995), K.A. Manaphis dengan buku Sinai: Treasures of the Monastery of Saint Catherine (1990), dan Dr. Muqtader Khan, Direktur Program Studi Islam di University of Delaware, yang juga pernah dimuat di Washington Post (1 Desember 2012), dengan judul Muhammads Promise to Christians.

Seperti dikutip dari Wikipedia, dengan berdasarkan paparan sejarah, hilangnya naskah asli Muhammads Testamentum terjadi saat Kekaisaran Ottoman yang dipimpin Sultan Selim I melakukan ekspansi ke Mesir tahun 1517. Naskah asli lalu diambil dari biara tersebut oleh tentara Ottoman dan diserahkan kepada Sultan Selim I. Sultan Selim I kemudian membuat salinannya untuk disimpan kembali di biara tersebut.

Sejarah pun mencatat betapa tingginya sikap toleransi yang ditunjukkan para penguasa Islam selama kekuasaan Ottoman (1517-1798).

Begitu pula pada tahun 1630, Gabriel Sionita menerbitkan edisi pertama naskah perjanjian tersebut dalam bahasa Arab, dengan judul “Al-Ahd wal Surut allati Sarrataha Muhammad Rasulullah li Ahlil Millah al-Nashraniyyah” (Perjanjian dan Surat yang Dituliskan oleh Muhammad Rasulullah kepada Kaum Kristen).

Dan sejak abad 19, dokumen perjanjian tersebut diteliti oleh banyak akademisi kontemporer, Timur dan Barat, dengan terutama berfokus pada daftar para saksi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat kemiripan antara dokumen perjanjian yang disimpan di Biara St. Chaterine dengan dokumen-dokumen sejenis yang pernah diberikan oleh Rasulullah kepada kelompok-kelompok agama lain di Timur Dekat. Di antaranya adalah surat Rasul kepada kaum Kristen yang menetap di Najran, yang pertama kali ditemukan pada 878 di sebuah biara di Irak dan diawetkan di Chronicle of Seert.

Berikut bunyi surat tersebut, yang dikutip secara utuh dari Dr. Muqtader Khan;

“Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, yang berfungsi sebagai perjanjian dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di sini dan di manapun mereka berada, kami bersama mereka.

Sesungguhnya aku, para pembantuku, dan para pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen juga rakyatku. Demi Allah, aku akan menentang apa pun yang tidak menyenangkan mereka.

Tidak boleh ada paksaan atas mereka. Tidak boleh ada hakim Kristen yang dicopot dari jabatannya, demikian juga pendeta dan biaranya.

Tidak boleh ada seorang pun yang menghancurkan rumah ibadah mereka, merusaknya, atau memindahkan apa pun darinya ke rumah kaum Muslim. Bila ada yang melakukan hal-hal tersebut, maka ia melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya mereka adalah sekutuku dan mereka aku jamin untuk tidak mengalami yang tidak mereka sukai. Tidak boleh ada yang memaksa mereka pergi atau mewajibkan mereka berperang. Muslimlah yang harus berperang untuk mereka.

Bila seorang perempuan Kristen menikahi lelaki Muslim, pernikahan itu harus dilakukan atas persetujuannya. Ia tak boleh dilarang untuk mengunjungi gereja dan berdoa.

Gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dilarang untuk memperbaiki gereja mereka dan tidak boleh pula ditolak haknya atas perjanjian ini.

Tidak boleh ada umat Muslim yang melanggar perjanjian ini hingga hari penghabisan (kiamat).”

Ya, begitulah isi perjanjian yang diduga telah dikirim Rasul kepada para penganut Kristen. Terlepas benar atau salah, ada atau tidaknya surat tersebut, bukankah sikap saling menghormati, menghargai, toleran antar pemeluk agama merupakan bagian penting yang kerap Rasulullah ajarkan kepada umatnya? Wallahu Alam Bishowab.[islamindonesia]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321410/ini-surat-rasulullah-bagi-umat-kristen#sthash.34rOQWT9.dpuf

Ini Rahasia Kenapa Nabi Terakhir dari Arab?

BANYAK orang bertanya kenapa risalah kenabian Islam terakhir diturunkan tidak di negeri dengan peradaban yang dikenal tinggi seperti Romawi, Persia, Mesir, Yunani, Cina, atau India. Namun, diturunkan di sebuah dataran negeri yang belum memiliki track record peradaban yang tinggi dan menakjubkan yakni jazirah Arab. Sebuah tanah yang lebih dikenal sebagai negerinya kaum Baduwi yang kurang beradab dan wilayahnya tidak subur.

Allah menghendaki untuk menurunkan risalah kenabian di jazirah Arab. Ia mengutus Muhammad bin Abdullah sebagai pengemban risalah fitriyah ilahiyah. Ia mengutus Muhammad sebagai rasul-Nya di muka dunia, untuk menyeru manusia agar kembali mentauhidkan-Nya dan menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Allah.

Allah memilih Muhammad sebagai rasulullah dari salah satu keluarga Arab di Kota Mekah. Imam Muslim menulis dalam Sahih, bahwa Rasulullah berkata tentang silsilah keturunannya, “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari garis keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari garis keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari garis keturunan Quraisy, dan memilih saya dari Bani Hasyim.”

Ismail adalah salah satu nabi putera Bapak Para Nabi, Nabi Ibrahim Sang Kekasih Allah. Dari Nabi Ibrahim inilah lahir pula Nabi Ishaq. Dari keturunan Nabi Ishaq, diangkatlah nabi-nabi untuk Bani Israel. Sementara itu dari keturunan Nabi Ismail, tidak ada yang diangkat menjadi rasul hingga pengangkatan Muhammad.

Disebutkan dalam Fikih Sirah karangan Prof. Dr. Zaid Abdul Karim Az Zaid, sejumlah ulama memberikan pemaparan berdasarkan ijtihad mereka tentang sebab-sebab terpilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya risalah kenabian yang terakhir. Sebab-sebab ini disimpulkan dari fenomena yang ada pada Jazirah Arab dibandingkan dengan wilayah lainnya.

1. Wilayah sulit

Jazirah Arab merupakan sebuah wilayah yang sebagian besarnya merupakan gurun pasir panas yang sulit ditaklukkan oleh imperium-imperium besar di sekitarnya. Dua imperiuam besar yang wilayahnya berdekatan dengan Jazirah Arab saat itu adalah Imperium Romawi yang beragama Kristen dan Imperium Persia yang beragama Majusi.

Meskipun Jazirah Arab tidak memiliki satu kekuatan politik pemersatu yang kuat, tapi dua imperium raksasa ini kesulitan untuk menginvasi wilayah Jazirah Arab secara keseluruhan. Bahkan sejatinya Jazirah Arab diisi oleh suku-suku yang suka berperang di antara sesamanya.

2. Agama persatuan

Berbeda dengan dua imperium raksasa seperti Persia dan Romawi yang disatukan secara politis dan religius dengan agama yang sama, yakni Majusi dan Kristen, Jazirah Arab memiliki agama dan kepercayaan religius yang sangat beragam.

Meskipun kemusyrikan dianut mayoritas penduduk jazirah, akan tetapi tatacara ibadah dan bentuk kemusyrikan mereka berbeda-beda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang menyembah malaikat, ada kelompok yang menyembah bintang, ada kelompok yang menyembah berhala, dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki tuhan yang berbeda dan tatacara ibadah yang berbeda pula.

Sebagian kecil yang lain memandang bahwa agama-agama ini sesat. Sehingga mereka memilih dan menganut agama-agama terdahulu yang ada, misalnya sisa agama Ibrahim, Yahudi, dan Kristen.

3. Sistem sosial

Jazirah Arab memiliki sistem sosial tertentu dengan tradisi kesukuan tertentu. Misalnya sistem kekeluargaan yang memegang peranan sangat sentral dalam sistem kemasyarakatan saat itu. Apa yang dilakukan Bani Hasyim saat membela dakwah Muhammad bin Abdullah merupakan bukti kekuatan sistem sosial ini. Meskipun sebagian di antara mereka belum atau tidak menerima risalah yang dibawa Rasulullah, akan tetapi mereka memberikan pembelaan terhadap dakwahnya dan mencegah kezhaliman terhadapnya.

Ashabiyah atau fanatisme kesukuan dalam sistem sosial masyarakat Arab sangat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin dalam membela aqidah dan menyebarkan dakwah Islam.

4. Fitrah sosial

Orang-orang yang tinggal di Jazirah Arab umumnya tinggal di wilayah pedesaan yang jauh dari keramaian kehidupan kota. Sehingga pola pikir dan corak pemahaman mereka belum terlalu terkontaminasi oleh masyarakat perkotaan yang lebih individualistis dan materialistis. Mereka merupakan masyarakat yang pemikiran, perspektif, dan persepsi kehidupannya masih murni.

5. Pusat geografis

Sejumlah pakar geografi dan ulama syariat menyimpulkan bahwa Jazirah Arab secara geografis merupakan wilayah yang terletak di tengah-tengah peta dunia.

Dr. Husain Kamaluddin mengatakan, “Tatkala saya telah meletakkan langkah-langkah awal penulisan ini dan saya menggambar peta dunia, saya mendapatkan bahwa Mekah berada di tengah lingkaran yang menyentuh segala ujung benua, atau dengan bahasa lain, wilayah daratan dari bumi ini terletak di sekitar Mekah dengan letak yang tertata rapi, dan bahwasanya kota Mekah sekarang merupakan pusat orbit bumi daratan..”

Dalam Surat Asy Syura ayat 7, Allah berfirman, “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya, serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya”

6.Bahasa Arab

Bahasa Arab yang menjadi alat komunikasi lingual tunggal di Jazirah Arab merupakan satu sistem bahasa yang unggul dan luas persebarannya. Berbeda dengan wilayah lain yang bahasanya bermacam-macam dan jumlahnya banyak. Di wilayah India ada 15 bahasa resmi, sementara Indonesia memiliki sekitar 300 bahasa daerah.

7. Sosio seligiusitas Mekah

Kota Mekah memiliki beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain di dunia. Di kota Mekah banyak pengunjung yang datang, berziarah ke Ka’bah yang dibangun Ibrahim dan Ismail, diselenggarakannya haji, kompetensi sastera dan syair, dan dilakukannya perdagangan oleh para saudagar.

Dengan semua keutamaan itu, maka akan mempermudah sampainya berita ke berbagai wilayah di Jazirah Arab melalui para musafir yang datang ke Mekah dan kembali ke asalnya. Kaum Anshar pertama juga masuk Islam saat musim haji.

8. Kesempurnaan antropologi

Pakar sosiologi Islam terkemuka, Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimah, mengatakan, “Penduduk Jazirah Arabia adalah manusia pertengahan berdasarkan segi perawakan tubuh, warna kulit, akhlak, dan agama kepercayaan, hingga mayoritas nabi-nabi yang diutus berasal dari belahan dunia Arab. Kita belum mendengar berita kenabian yang muncul dari belahan selatan atau utara dunia ini, karena nabi dan rasul harus memiliki kesempurnaan dari segi fisik dan moral.”

Dalam Surat Ali Imran ayat 110, Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”

“Yang demikian itu,” lanjutnya, “Agar mereka umat manusia mudah menerima risalah dakwah para nabi itu, dan penduduk Jazirah Arabia lebih memi mereka menerima risalah itu.”

9.Penggenapan Nubuwah

Nubuwah tentang terpilihnya seorang lelaki dengan nama Ahmad, dalam Al Kitab, disebutkan dalam Alquran Surat Ash Shaff ayat 6, “Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata, Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, Ini adalah sihir yang nyata.”

Syaikh Ahmad Deedat, dalam bukunya The Choice, saat menafsirkan ayat dalam Injil yang menjelaskan tentang kedatangan paraclete atau paracletos, merujuk tafsirannya kepada “Sang Penghibur” atau “Sang Pembawa Berita Gembira”, yaitu Muhammad.

Itulah beberapa alasan yang disebutkan para ulama. Bagaimanapun fenomena dan sebab-sebab yang tampak dari alasan terpilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya risalah kenabian terakhir, tapi tetap saja Allah lah yang lebih tahu tentang rahasia ini. Penyebabnya tentu saja karena memang tidak ada dalil-dalil atau nash yang secara eksplisit menyebutkan tentang rahasia ini. [Fi Madani]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321667/ini-rahasia-kenapa-nabi-terakhir-dari-arab#sthash.xBynIRAd.dpuf

Wanita Kufur Pendorong Suami Maksiat

HASAN al-Bashri berkata: “Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.”

Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah. Lalu aku tanya kepadanya: “Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar “Aku bertanya lagi: “Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”

Ia pun bercerita: “Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rezeki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rezeki yang banyak ia menganggapnya sedikit.

Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata: Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain). “Masya Allahmilikilah sifat Qanaah -suka menerima- /jiwa selalu merasa cukup. Biasanya wanita (istri) sering terjebak pada keinginanmu untuk terlihat cantik dengan pakaian yang serba mahal. Janganlah menjadi jurang dosa bagi suamimu.

Wanita saleh akan mendorong suaminya kepada kebaikan, ketaatan sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa, kemaksiatan. Cukupkan diri dengan yang halal dan baik. Ukuran Rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.[ ]

Sumber :smstauhid; Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul Ilm karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321368/wanita-kufur-pendorong-suami-maksiat#sthash.ENopTSkK.dpuf

Lima Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang sangat utama. Setidaknya ada lima keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.Apa saja lima keutamaan itu?

 

1. Waktu yang paling agung dan dicintai Allah

10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang paling agung, paling utama, dan paling dicintai Allah Subhanahu wa Taala untuk manusia beramal di dalamnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih disukaiNya untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana 10 hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah). Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Bahkan dalam riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, disebutkan keutamaan beramal pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah setara dengan jihad fi sabilillah yang membuat seorang mujahid syahid dan hartanya habis di jalan Allah.

“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad)

2. Waktu yang mulia dan barakah

Sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang yang mulia dan barakah. Bukti kemuliaan ini adalah sumpah Allah Taala dalam Al-Quran:

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Ath Thabari menjelaskan:”Wa layaalin asr (dan malam yang sepuluh) adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli tafsir.”

Dalam Tafir Quranil Adhim, Ibnu Katsir juga menjelaskan hal yang sama.

“Dan malam-malam yang sepuluh,” terangnya, “adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf dan khalaf.”

3. Di dalamnya ada hari Arafah

Salah satu keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah, di dalamnya ada hari arafah. Yakni pada 9 Dzulhijjah.

Pada hari arafah, jamaah haji diwajibkan melakukan wukuf yang merupakan puncak ibadah haji. Sedangkan bagi umat Islam yang tidak sedang menjalankan ibadah haji disunnahkan melakukan puasa arafah. Keutamaan puasa arafah ini adalah bisa menghapus dosa selama dua tahun; satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.

“Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya” (HR. Muslim)

4. Haji dilakukan di waktu itu

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah menjadi demikian istimewa karena ibadah haji dilakukan di waktu itu. Sebagian besar rukun haji dikerjakan pada tanggal 8, 9, dan 10 Dzulhijjah yang merupakan bagian dari 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Sedangkan sebagian rukun lainnya dikerjakan pada hari tasyrik yakni tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Haji merupakan rukun Islam kelima. Di antara rukun Islam, bisa dikatakan haji merupakan ibadah yang paling berat. Sebab haji menggabungkan aspek ruhiyah, jasadiyah dan maliyah. Haji membutuhkan kekhyusuan dalam mengerjakannya, membutuhkan fisik yang sehat dan juga biaya yang tidak sedikit.

5. Berkumpulnya induk-induk ibadah

Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah berkumpulnya induk-induk ibadah pada waktu itu. Sebab inilah yang menjadikan 10 hari pertama bulan Dzhulhijjah begitu istimewa.

Selain haji, pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga disunnahkan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, shalat Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah, qurban pada tanggal 10 Dzulhijjah, memperbanyak sedekah, memperbanyak dzikir, memperbanyak tahlil-tahmid-takbir, memperbanyak tilawah, dan seluruh amal shalih lainnya.

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih disukaiNya untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana 10 hari ini. Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan: “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

Demikian lima keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dengan mengetahuinya, semoga kita semakin termotivasi untuk memperbanyak amal pada hari-hari tersebut. [ ]

Sumber Bersamadakwah

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2237494/lima-keutamaan-10-hari-pertama-bulan-dzulhijjah#sthash.MG69bLVX.dpuf

Vicky Purnama Sari Tenang Mendengar Suara Azan

Vicky Purnama Sari (26 Tahun) sudah lama ingin masuk Islam, tapi hati belum menentu karena kondisi yang tidak memungkinkan. Keyakinannya lamanya belum bisa membuatnya tenang dan bahagia, banyak keraguan selama ini.

Keinginan yang kuat tentang Islam, membuatnya sering bertanya- tanya pada teman-temannya yang Muslim. Melihat temannya yang shalat sungguh membuatnya ada sesuatu yang menentramkan apalagi saat dengar azan, rasanya membuat hatinya tenang penuh kedamaian.

Akhirnya keputusan masuk Islam semakin mantab dan menghubungi Mas Agung Heru Setiawan, ketua MCI Jatim, untuk dibimbing ajaran Islam. Hari ini setelah menyatakan telah paham akan Rukun Islam dan Rukun Iman, atas kesadaran sendiri tanpa ada paksaan siapapun Sdri Vicky Purnama Sari dituntun baca Syahadat oleh Bu Citra Widuri, pembina Mualaf MCI Jatim di Kantor LMI Pusat.

Vicky telah menyatakan akan istikomah belajar Islam dan secara bertahap hidup secara Islam. Semoga Allah SWT melindungi dan memberikan anugrah kebahagiaan pada Sdri Vicky Purnama Sari.

 

Sumber: Mualaf.com

Manusia Kulit

Teori tentang sifat dan tabiat manusia telah banyak dikemukakan pakar dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu teori yang sangat terkenal adalah teori libido seksual Sigmund Freud.

Menurut teori ini, manusia menjadi sehat bila kebebasan seksnya tidak terhambat. Manusia yang hidup dengan aturan moral, menurut teori ini, akan mengalami gangguan emosional alias stres. Karena itu, kata Freud, hanya dengan kekuatan seksnya manusia terbebas dari jeratan hidup.

Teori ini sepintas mengandung pembebasan manusia. Seakan sifat naluri manusia hanya cukup diselesaikan melalui kegiatan seks bebas. Padahal, kebebasan manusia yang hakiki adalah kebebasan moral yang menaungi dan menghargai setiap tuntutan kehidupan pribadi dan umat.

Teori Freud tampaknya hanya ingin melestarikan tabiat (sifat) kebebasan manusia yang diperbudak oleh nafsunya semata. Sementara, hak dan kepentingan orang lain (umat) dilalaikan.

Murtadha Muthahhari dalam bukunya Manusia Menurut Alquranmengkritik teori Freud. Ia mengatakan, teori Freud sangat cocok dengan kepentingan penguasa yang lemah ditundukkan dan yang kuat bebas berkuasa. Teori Freud, kata Muthahhari, menyiratkan bahwa bila Anda kuat, Anda bisa berbuat apa saja sepanjang tidak diprotes oleh orang lain. Sementara, bila Anda lemah, reaksi orang lain akan membatasi kebebasan Anda.

Dalam Alquran, manusia tidak serendah seperti yang dibayangkan Freud. Alquran memang menggambarkan sifat paradoksal manusia yang dalam dirinya terdapat sifat baik dan sifat jahat (QS asy-Syam[91]: 8). Namun, potensi positif manusia sangat dikedepankan oleh Alquran.

Manusia, menurut Alquran, dibedakan antara kata insan dan basyar. Kata insan yang berasal dari kata anasa, nasiya, dan al-uns menunjuk suatu pengertian sikap, kecerdasan menalar, menyesuaikan diri dengan realitas perubahan, berbudaya, menghargai tata aturan etik, dan tidak liar. Oleh karena itu, kata insan selalu digunakan oleh Alquran dalam konteks penjelasan fungsi manusia sebagai pemegang amanah, penegak amal saleh, dan penjelasan potensi lainnya.

Abbas Mahmud Aqqad dalam bukunya Al-Insan fi Alquranmenyebutkan tiga fungsi kewajiban manusia. Pertama, tablig (kewajiban menegakkan agama Allah). Kedua, berilmu; dan ketiga, beramal (kewajiban melaksanakan agama Allah).

Sedangkan kata basyar yang berarti kulit, digunakan untuk menyebut nama makhluk. Manusia dalam arti basyar (kulit) mengandung arti manusia yang bangun tubuhnya membutuhkan makan dan minum. Kehidupannya bergantung kepada kebutuhan materi.

Kata insan dan basyar mengisyaratkan bahwa manusia dalam ajaran Islam berada dalam dua dimensi. Dalam dimensi insani, manusia berarti dibangun ruhaninya agar hidupnya tidak bebas semau nafsu yang menyebabkan diri dan orang lain direndahkan. Sedangkan dalam dimensi basyari, manusia bersedia berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (materi).

Sayangnya, sebagian umat manusia masih saja ada yang terkilir dengan kemilauan kulit. Lalu, mereka terpuruk dalam gelora nafsu dan kelezatan hidup lahiriah sebagai kosmetik hidupnya. Para pejabat tersungkur lunglai di terali besi setelah sejumlah harta bendawi dilahapnya tanpa amanah.

Demikianlah gambaran suram manusia kulit yang hanya berjuang demi sebongkah materi tanpa subtansi dan isi. Janji Ilahi dikhianati secuil harga diri tak terganti. Kemuliaan pun tercerabut dari akar hati nurani. Nauzubillah.

 

 

Oleh: Fauzul Iman

sumber: Republika Online

AMALAN & KEUTAMAAN 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Kementerian Agama telah memutuskan 1 Dzulhijah 1437 Hijriah akan bertepatan dengan 3 September 2016. Dengan demikian maka hari raya Idul Adha 1437 Hijriah akan jatuh pada Senin 12 September 2016.

Bulan Dzulhijjah penuh dengan keutamaan, terutama 10 hari pertama dari Dzulhijjah.

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun ” [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]

Dari Jabir bin Abdullah, Rosulullah bersabda:

أفضل أيام الدنيا أيام العشر

“Hari yang paling utama di dunia adalah hari sepuluh Dzulhijjah.” (Shohihul Jami’)

Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya dalam firman-Nya:

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Dan demi malam yang sepuluh.” (Qs. al-Fajr: 2)

Yaitu: sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan Ibnu Rajab [serta menjadi pendapat mayoritas ulama].

Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

Amalan-Amalan di Bulan Dzulhijjah

Berikut ini diantara amalan-amalan yang sangat diutamakan untuk dilakukan di sepuluh hari awal Dzulhijjah:

1. Haji

Dzulhijjah dinamakan Dzulhijjah karena di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Alloh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali Imron: 97]

2. Memperbanyak amal sholeh

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهم, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Alloh daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Alloh, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun. ” [HR al-Bukhori. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]

Dan amal sholeh dalam hadits ini umum mencakup puasa, sholat, dzikir, membaca al-Qur’an,

bersedekah.

3. Tidak memotong atau mencabut rambut, kulit dan kuku bagi yang akan berkurban

Dari Ummu Salamah, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

“Jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun.” [HR. Muslim no. 1977]

Hukum ini khusus bagi orang yang berniat ingin berkurban, adapun yang selainnya tidak dilarang.

4. Memperbanyak Sedekah

Sedekah secara umum hukumnya sunnah, dan nilai kesunnahannya pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini semakin kuat.

Allah berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah (2): 261)

5. Memperbanyak Takbir

Ibnu Umar dan Abu Huroiroh رضي الله عنهم keluar ke pasar pada 10 hari (pertama) Dzulhijjah sambil bertakbir dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua.” [Diriwayatkan al-Bukhori secara mu’allaq. Dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa’ no. 651]

6. Puasa Arofah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah

Puasa sunnah mulai 1 Dzulhijjah diperbolehkan bahkan termasuk anjuran memperbanyak amal sholih di 10 hari pertama Dzulhijjah (kecuali puasa tanggal 10 Dzulhijjah yang dilarang).

Dan puasa yang paling utama adalah puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah.

Dari hadits Abu Qotadah al-Anshori, bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم ditanya tentang puasa Arofah, beliau menjawab: “Puasa Arofah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” [HR. Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 2826]

7. Sholat Iedul Adha

Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه berkata:

مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا

“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan al-Albani dalam Shohih Sunan at-Tirmidzi (530)]

Abu ‘Isa At-Tirmidzy- berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.

8. Berkurban

Berkurban adalah ibadah kepada Allah dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Hukumnya sunnah mu’akkadah menurut jumhur ulama. Ibadah kurban bukan kewajiban sekali seumur hidup, tetapi sunnah yang dianjurkan setiap tahun jika dirinya mampu, bahkan Rasulullah saw ketika di Madinah beliau selalu berkurban setiap tahunnya.

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Barangsiapa memiliki kelapangan (rizki) tapi tidak berkurban, janganlah ia mendekati tempat sholat kami.” [HR. Ibnu Majah Dihasankan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilatul Faqr no. 102]

9. Tidak berpuasa pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyriq

Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:

«أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى، وَيَوْمِ الْفِطْرِ»

“Bahwa Rosululloh melarang puasa pada 2 hari: hari raya Idul Adha dan Idul Fithri.” [HR. Muslim no. 139, Malik 1/376, Ahmad no. 10634, Ibnu Hibban no. 3598]

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141).

PENUTUP

Demikianlah beberapa syi’ar Islam di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, maka hendaknya kita mengagungkan syi’ar-syi’ar tersebut.

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam

*Maroji’: Fiqhul-Islam wa Adillatuh karya Prof. DR. Wahbah Zuhayli, dll

Hindari Berburuk Sangka

ALLAH SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al Hujurt [49]: 12).

Hati yang jernih, bening, dan bersih akan terpancar dari perilaku sehari-hari. Tidak ada buruk sangka, yang ada kasih sayang terhadap sesama, berbaik sangka terhadap Allah Swt, juga terhadap sesama saudara. Sebaliknya, jika hati kotor, maka yang ada adalah penyakit-penyakit hati yang mengerikan. Salah satunya adalah buruk sangka.

Buruk sangka dalam istilah Al Quran dikenal dengan“Suudhan”dan sebaliknya, istilah untuk baik sangka adalah“husnudhan”.Keduanya merupakan prasangka terhadap sesuatu atau seseorang. Jika kita mengawali hari dengan buruk sangka, bukannya dengan doa-doa yang Rasulullah Saw ajarkan, maka yang akan terjadi adalah banyaknya kesalahan yang akan kita lakukan di sepanjang hari tersebut.

Pasangan suami istri yang saling berburuk sangka, keduanya akan sibuk dengan pikiran masing-masing, hati tidak menentu. Akhirnya berpengaruh pada kualitas hidup rumah tangga mereka hingga mengabaikan anak-anak mereka. Tugas dan kewajiban yang seharusnya menjadi prioritas utama menjadi terbengkalai karena sangkaan yang bukan-bukan dan tidak ada buktinya.

Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka. Namun, bukan berarti Islam melarang kita untuk bersikap waspada atau berhati-hati dalam menyikapi situasi. Jika kita berada di dalam lingkungan orang-orang shaleh, kenapa kita harus berburuk sangka terhadap mereka. Jika ada yang mengetuk pintu rumah kita dan kita yakin bahwa yang mengetuk itu adalah saudara kita yang baik akhlaknya, kenapa tidak kita ajak mereka untuk masuk dan berbincang di dalam rumah kita?

Begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan sekitar kita terkenal dengan kejahatan dan kemaksiatan, maka sebaiknya kita mewaspadai segala bentuk situasi yang ada. Bersikap hati-hati itu perlu, tapi tidak berarti kita harus berburuk sangka pada orang di sekitar kita. Namun, Kita pun perlu berhati-hati, jangan sampai kita beranggapan bahwa orang lain telah berburuk sangka kepada kita. Karena jika demikian, maka kitalah yang telah berburuk sangka kepadanya.

Siapapun bisa terjangkit penyakit hati ini. Oleh karenanya, jika kita ingin terhindar dari kebiasaan berprasangka buruk terhadap sesuatu atau seseorang, bahkan berprasangka buruk terhadap Allah Swt, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah berbaik sangka.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt. Jika niat kita untuk memperbaiki diri itu kuat, disertai dengan usaha maksimal, maka bukan mustahil kita akan hidup dalam kebahagiaan tanpa ada prasangka buruk. Melatih diri untuk mencari seribu satu alasan positif dalam memaklumi sikap atau perilaku orang lain adalah salah satu cara agar kita terhindar dari buruk sangka.

Saat ucapan salam kita tidak dijawab oleh orang lain, maka berbaik sangkalah, siapa tahu mereka tidak mendengar ucapan salam kita. Atau, ketika ada imam shalat yang membaca surat selain surat-surat dari Juz Amma dengan lantunan suara yang sangat bagus, maka jangan berburuk sangka bahwa dia berbuat riya. Tanamkanlah dalam hati dan pikiran kita bahwa dia melakukan hal itu karena memang itulah yang patut dia lakukan dan bahwa dia melakukannya dengan niat ikhlas karena Allah Swt.

Jadi, latihlah hati dan pikiran kita untuk memikirkan segala hal yang positif. Kita mendengar ceramah di masjid, jika hati dan pikiran kita jernih, maka kita akan bertambah ilmu dan akhlak kita akan semakin baik. Kita pun tidak disibukkan dengan prasangka yang bukan-bukan terhadap penceramah. Pikiran dan hati kita menjadi tenang.

Kalaupun kita ada dalam kesulitan ekonomi, jika kita tidak berburuk sangka kepada Allah Swt dan orang-orang di sekitar kita, maka kita tidak akan merasa dunia ini sempit. Kita mampu melewatinya dengan tetap menjaga perilaku kita. Selain akhlak kita terpelihara, kemuliaan kita juga akan tetap terjaga. Dengan menghindari kebiasaan berburuk sangka, selain akan baik dalam pandangan manusia, yang utama adalah baik dalam pandangan Allah Swt. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
 – See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321501/hindari-berburuk-sangka#sthash.1tN2wVSK.dpuf

Telah Resmi Berdiri ‘’Markaz Ukhuwwah Indonesia-Suriah

GHOUTA SARQIYYA, Senin (Sahabat Suriah | Sahabat Al-Aqsha): Di ujung bulan November 2014 lalu, sebuah ikatan persaudaraan baru dikokohkan.

Sahabat Suriah dan Al-Sarraa Foundation meresmikan Markaz Ukhuwwah (Markas Persaudaraan) Indonesia-Suriah di Masjid Abdullah bin Salam di Ghouta Syarqiyya.

Markaz ini akan menjadi posko penyebarluasan bantuan rakyat Indonesia ke seluruh wilayah di sebelah timur kota Damaskus.

Alhamdulillah, kita sengaja mendirikan markaz ini di masjid agar lebih banyak berkahnya,” jelas Tomi Janto, Kordinator Sahabat Suriah di Yogyakarta.

Tomi Janto menambahkan, Markaz Ukhuwwah ini menjalankan dua fungsi, fungsi markazi dan fungsikhairi.

Fungsi markazi mendukung seluruh kegiatan pendidikan anak-anak di Masjid Abdullah bin Salam ini. “Tahfizhul Quran, perbaikan gizi, peralatan belajar, sewa lapangan futsal, gaji para ustadznya dan lain-lain semua kita dukung secara rutin setiap bulan,” jelas Tomi Janto.

“Pokoknya Masjid Abdullah bin Salam itu jadi masjidnya rakyat Indonesia. Jama’ahnya keluarga kita. Imam dan para asatidznya juga imam dan asatidz kita,” tukasnya sambil tersenyum.

Yang kedua, fungsi khairi, menjadi pusat koordinasi penyebarluasan bantuan rakyat Indonesia kepada rakyat Suriah yang sudah dilakukan oleh Sahabat Al-Aqsha dan Sahabat Suriah sejak April 2012.

Sebagaimana diketahui sejak meletusnya revolusi rakyat Maret 2011 yang mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah, banyak wilayah Suriah terbelah. Sebagian masih dikuasai rezim yang dipimpin Basyar Assad dari etnis ‘Alawiyah-Nusairiyah (etnis Syiah), sebagian lagi sudah dibebaskan oleh para Mujahidin rakyat Suriah.

Ghouta Syarqiyya termasuk yang sudah dibebaskan. Namun akibatnya, kawasan ini diisolasi, dikepung oleh pasukan rezim Suriah.

Salah satu puncaknya, pada 21 Agustus 2013, beberapa kota di Ghouta diserang roket senjata kimia yang datang dari arah Damaskus yang masih dikuasai rezim Suriah. Lebih dari 1700 orang warga (lebih 400 orang anak-anak) tewas dalam serangan dini hari itu.

Sampai hari ini, serangan bersenjata masih terus mengancam, namun sebagian besar rakyat Ghouta masih bertahan.

“Sahabat Suriah memfokuskan bantuan kepada mereka yang masih bertahan di tempat-tempat yang terisolasi seperti Ghouta,” kata Tomi Janto.

Abu Ja’far Abdurrahman, Penanggung Jawab Suriah dari Al-Sarraa Foundation, menjelaskan, “Sahabat Al-Aqsha dan Sahabat Suriah semakin intensif mengirimkan bantuan berupa paket makanan, susu, bantuan medis, alat sekolah, daging qurban, pembangunan sumur air minum, dan keperluan darurat lainnya.”

Abu Ja’far juga menjelaskan, di musim dingin ini, amanaj gudang kayu bakar dan perlengkapan musim dingin juga sedang dan terus ditunaikan.

Dari Yogyakarta, Ketua Umum Sahabat Al-Aqsha M. Fanni Rahman berdoa, “Semoga Allah jadikan Masjid Abdullah bin Salam dan Markaz Ukhuwwah Indonesia-Suriah di Ghouta Syarqiyya sebagai bagian dari kemenangan Islam.“

Fanni juga menambahkan, semoga markaz ini jadi saksi yang meringankan kita semua di Padang Mahsyar.
Akhirnya, Fanni menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh masyarakat yang mendukung amal fii Sabiilillah ini, sampai Masjidil Aqsha merdeka. Dengan izin Allah.* (Sahabat Suriah | Sahabat Al-Aqsha)

 

sumber: Sahabat Suriah

Ini 3 Potensi Kerawanan Selama Puncak Haji di Armina

Tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengidentifikasi tiga potensi kerawanan di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) seusai melakukan survei lokasi.

“Kami mengunjungi Armina untuk melakukan survei dan melihat beberapa hal yang perlu dikonfirmasi dengan pemerintah Arab Saudi,” ungkap Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Selasa.

Ketiga potensi kerawanan tersebut adalah pertama nyamuk yang banyak terdapat di Padang Arafah. “Kami sudah sampaikan dan pemerintah Arab Saudi berjanji akan melakukan fogging (pengasapan)” katanya.

Mengingat penyebaran virus zika maka tim kesehatan juga mewaspadai penyebaran virus tersebut mengingat prosesi haji melibatkan jamaah dari seluruh dunia.

Kedua adalah posisi toilet di Mina yang terletak lebih tinggi dari tenda jamaah sehingga akan menyulitkan jamaah Indonesia yang sebagian besar berusia lanjut.

Ketiga, kata dia, adalah penggunaan escalator atau tangga berjalan di Terowongan Muaishim yang menuju Jamarat atau lokasi melontar jumrah. “Itu perlu diwaspadai karena ada jamaah kita yang kemarin patah tulang gara-gara escalator,” katanya.

Sementara itu Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Muchtaruddin Mansyur menjelaskan tim kesehatan siap untuk memberikan layanan optimal di Armina dengan menurunkan tim promosi dan prevensi serta tim gerak cepat selain petugas kesehatan yang berada di pos kesehatan.

Masing-masing tim beranggotakan 40 tenaga kesehatan dan enam tenaga pendukung. “Kita tidak hanya memberikan layanan kesehatan tapi juga penyuluhan agar jamaah memahami tahapan-tahapan ibadah dan segala faktor resikonya,” katanya.

Menurut dia, tim promosi dan prevensi telah melakukan tugasnya jauh sebelum puncak ibadah haji di Armina. Tim ini bertanggung jawab menyampaikan potensi kerawanan baik suhu, lingkungan maupun kesehatan.

 

 

sumber: Republika Online