Inilah Isi Khutbah Wada’ Nabi Muhammad ﷺ di Padang Arafah

Di Arafah Nabi ﷺ menyampaikan khutbah Wada’, menegaskan semua manusia sama di hadapan Allah SWT, dilarang membunuh dan riba juga perlindungan pada wanita, inilah isi khutbah wada’ Nabi

HARI Selasa (27/6/2023) ini, jamaah haji di Arab Saudi akan segera memasuki waktu puncak ibadah haji pada dengan melaksanakan ibadah wukuf. Waktu wukuf diperkirakan sekitar jam 12.30 siang waktu Indonesia.

Secara makna dan hakekat, wukuf artinya berhenti. Ini mengisyaratkan, segala yang semula bergerak, suatu saat akan berhenti.

Semua yang hidup akan mati. Arafah menjadi lambang Padang Mahsyar, saat manusia menghadap Allah dengan status yang sama.

Manusia diam, cemas, dan penuh harap saat menunggu keputusan Allah Swt, surga atau neraka. Arafah adalah lambang maqam ma’rifah billah. Semua perbedaan sirna.

Semua berstatus sama, sebagai hamba Allah. Wukuf juga bermakna pengenalan.

Di Arafah inilah umat Islam diminta untuk berdiam, merenung, berintrospeksi dan bertaubat kepada Allah Swt. Di Arafah, seorang Muslim diharapkan bisa lebih mengenali dirinya dan Allah Swt sebagai Tuhannya.

Wukuf mengisyaratkan pentingnya berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi, agar dapat berpikir, menimbang, dan merencanakan agenda kehidupan jangka panjang.

Menurut sejarah, di Arafah, Nabi Muhammad tinggal di sebuah tenda kecil di lembah Arnah. Pada sore hari, beliau mengendarai unta betinya menyusuri setengah bagian lembah Arafah.

Di sini, beliau menyampaikan khutbah yang dikenal dengan khutbah Haji Wada’‘. Sekarang di tempat ini berdiri sebuah masjid yang bernama Nimrah atau Namirah, yang dibangun pada pertengahan abad ke-2 H oleh penguasa Abbasiyah.

Di atas gunung, di ketinggian 200 kaki (61 m), Jabal Rahmah, Nabi Muhammad duduk di atas punggung unta. Beliau menyampaikan khutbah kepada sekumpulan orang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 140 orang pada 632 M.

Ada banyak versi khotbah Wada’ Baginda Nabi, tetapi umumnya inti khutbah-nya sarma. Berikut adalah pesan Rasullullah dalam khotbah Wada’‘ tersebut yang penulis kutip dari Ash-Shiddiqie (2005);

"Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram atasmu seperti haramnya harimu, di bulan ini. Ketahuilah, segala sesuatu yang berasal dari ajaran jahiliah diletakkan di bawah telapak kakiku. Segala darah yang tumpah di masa jahiliah tidak dituntut bela lagi. Permulaan darah yang aku bebaskan dari darah-darah kamu ialah darah lbnu Rabiah ibn Haris. Dia bersusu dalam kalangan Bani Saad, lalu ia dibunuh oleh Khuzaimah.
Riba yang dilakukan di masa jahiliah dipandang tidak berlaku lagi. Permulaan riba yang kubebaskan ialah riba yang dibuat oleb Abbas ibn Abdul Muthalib. Ribanya semua menjadi batal.
Takutlah kepada Allah mengenai perihal wanita, karena kamu mengambilnya dengan amanah Allah dan kamu memperoleh kehalalan terhadap diri mereka dengan kalimat Allah. Hakmu terhadap diri mereka, ialah mereka tidak memberikan seseorang duduk di tempat tidurmu yang kamu tidak menyenanginya.
Jika mereka berbuat demikian, maka kamu boleh memukulnya dengan pu kulan yang tidak merusakkan (tidak sampai cedera), kamu wajib memberi rezeki dan pakaian kepada mereka dengan makruf.
Aku telah tinggalkan untukmu suatu pegangan yang kamu sekali-kai tidak akan sesat selamanya, jika kamu berpegang kepadanya, yaitu  Kitabullah. Dan apabila ditanyakan tentang diriku, maka apa yang akan aku jawab?" Para jamaah menjawab, "Kami bersaksi, bahwa engkau telah menunaikan dan telah berlaku jujur:
Kemudian Nabi mengisyaratkan dengan telunjuknya, yang diangkatnya, sambil berisyarat kepada mereka, "Wahai Tuhanku, saksikanlah. Wabai Tuhanku, saksikanlah. Wabai Tuhanku, saksikanlah." (HR. Muslim dan Jabir)

Isi khutbah Wada’‘ Nabi Muhammad ﷺ di Padang Arafah pada Haji Wada’ sangat penting dan memberikan pengajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Khutbah tersebut menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, menjaga kebersihan hati, memperhatikan hak-hak wanita, melarang riba, melarang perpecahan dan tumpah darah dan memperhatikan hak-hak Allah SWT serta makhluk-Nya.

Khutbah tersebut juga menegaskan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Allah SWT dan tidak ada perbedaan antara Arab dan non-Arab, kecuali dalam hal ketaqwaan.

Setelah khotbah ini, Allah Ta’ala menurunkan ayat:

اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Saat ayat ini turun, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”

Umar menjawab, “Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan.”

Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi ﷺ telah dekat. Ketika syariat telah sempurna, maka wahyu pun akan terputus.

Jika wahyu telah terputus, maka tiba saatnya Rasulullah ﷺ kembali ke haribaan Rab-Nya. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi ﷺ.*

HIDAYATULLAH

Arafah Tempat Terkabulnya Doa, Ini Pesan untuk Jamaah Haji Indonesia

Jamaah haji diimbau memperbanyak sabar saat di Arafah.

Jamaah haji dari seluruh dunia akan berkumpul di padang Arafah pada 9 Dzulhijah 1444 Hijriyah atau 27 Juni 2023. Sehubungan dengan itu, jamaah haji Indonesia diimbau untuk tidak menyia-nyiakan waktu saat wukuf.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, KH Zulkarnain Nasution, berpesan kepada jamaah haji Indonesia yang akan melaksanakan wukuf di padang Arafah. Selama di Arafah, jamaah haji dianjurkan untuk terus berzikir mengingat Allah SWT dengan membaca talbiyah, kalimat tauhid atau membaca Alquran.

“Selain berzikir, jamaah haji dianjurkan untuk menyelingi zikir dengan berdoa kepada Allah SWT. Sebab Arafah adalah tempat mustajab atau terkabulnya doa,” kata Kiai Zulkarnain saat diwawancarai Republika, Senin (26/6/2023).

Kiai Zulkarnain mengingatkan bahwa berdoa tidak harus berbahasa Arab. Jamaah haji boleh berdoa dengan membaca terjemah dari buku doa dan zikir manasik haji atau dengan bahasa sendiri yang dimengerti.

Jamaah haji harus meyakini bahwa doanya selama di Arafah dikabulkan Allah. Jangan sekali-kali menyangka bahwa usaha itu akan gagal. Bagi seseorang yang hadir di Arafah tidak boleh menduga bahwa Allah SWT tidak mengampuni dosanya.

“Jamaah haji selama wukuf dianjurkan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Jamaah haji dianjurkan untuk kontemplasi atau tafakur merenungi kebesaran Allah, dan merasa dirinya kecil dan tidak berdaya di hadapan Allah, kemudian berserah diri kepada Allah dan mengharap datangnya kekuatan dari Allah, agar bisa terus beribadah dan meningkatkan amal salih,” ujar Kiai Zulkarnain.

Jika Sakit Saat Wukuf di Arafah

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah ini mengatakan, bagi jamaah haji yang ketika berada di kemah atau tenda di Arafah tertimpa musibah sakit, agar berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan menerapkan sifat sabar, memperbanyak zikir dengan ikhtiar berobat ke dokter, dan berdoa agar Allah menyembuhkan sakitnya. Jika harus dirawat di rumah sakit, tidak perlu menolak, sebab perawatan itu sangat penting sebagai upaya memperoleh kesembuhan.

“Selama wukuf, jamaah haji lemah atau sakit tetap wajib melakukan dan menjaga sholat lima waktu. Bagi jamaah haji yang tidak mampu berwudhu dengan air maka boleh bertayamum. Jika tidak mampu sholat dengan berdiri maka boleh sholat sambil duduk atau berbaring ditempat tidur. Bahkan jika dalam kondisi terpaksa dan darurat boleh dilakukan dengan isyarat,” jelas Kiai Zulkarnain.

Jamaah haji juga diingatkan agar mensyukuri yang ada. Semua fasilitas yang ada hendaknya diterima dengan lapang dada, tidak menggerutu. Jamaah haji harus ingat bahwa tujuan di Arafah adalah untuk ibadah dan mendekat kepada Allah SWT. Secara lahiriah tempat ini memang kurang menyenangkan tetapi secara spiritual Arafah merupakan tempat yang mendatangkan kepuasan batin dan ketenangan.

Kiai Zulkarnain menambahkan, jamaah haji juga diimbau untuk sabar menghadapi keterbatasan. Fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) yang terbatas, menjadikan penggunaan toilet terkadang harus antre panjang. Hal ini bisa mendatangkan kesulitan tersendiri terutama bagi yang memiliki kebiasaan sering buang air kecil.

“Menghadapi kondisi ini, jamaah haji yang lemah, lansia dan risti sebaiknya menerapkan sifat sabar, ketika antre untuk mendapatkan giliran,” ujar Kiai Zulkarnain.

Ia juga mengingatkan jamaah haji agar istirahat dengan baik di Arafah. Fasilitas akomodasi di Arafah yang serba terbatas, bisa mengakibatkan jamaah haji, terlebih jamaah haji lemah, lansia dan risti sulit beristirahat. Karenanya supaya bisa istirahat dianjurkan untuk menenangkan hati dengan terus berzikir mengagungkan Asma Allah. Jika memang benar-benar sulit tidur agar konsultasi dengan petugas kesehatan.

“Jamaah haji diimbau untuk menjaga kesehatan, dengan suhu udara yang panas, jamaah haji yang lemah, lansia dan risti, dianjurkan untuk tetap menjaga kesehatan dengan memperbanyak minum air putih, makan yang cukup dari katering yang tersedia, tetap berada di dalam kemah, minum obat yang dianjurkan dokter, dan istirahat yang cukup. Ini dimaksudkan agar jamaah haji yang lemah selama wukuf tetap bugar sehingga bisa melaksanakan wukuf dengan sempurna,” kata Kiai Zulkarnain.

IHRAM

5 Cara Meraih Keutamaan Hari Arafah Selain Pergi Haji

Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah hari-hari penuh berkah.

Bagi umat Islam, tidak ada yang lebih kuat dan memuaskan secara spiritual di bulan Dzulhijjah selain mengikuti panduan Nabi Muhammad SAW. Caranya dengan meningkatkan perbuatan baik, meminta ampunan kepada Allah SWT, dan melakukan ibadah haji.

Namun, bagaimana dengan banyak orang yang tidak pergi haji? Terlebih di masa pandemi seperti sekarang. Apakah ada berkah yang tersisa untuk mereka? Jawabannya iya.  

Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah hari-hari penuh berkah.  Apalagi hari kesembilan, yang dikenal juga sebagai hari Arafah. Ini adalah hari yang sangat istimewa bagi semua umat Islam baik yang sedang berhaji atau tidak.

Untuk menunjukkan pentingnya sepuluh hari pertama Dzulhijjah, Nabi Muhammad (SAW) mengatakan, “Tidak ada hari yang amal shalehnya lebih dicintai Allah daripada sepuluh hari ini.”  Orang-orang bertanya, “Bahkan tidak berjihad karena Allah?”  Dia berkata, “Tidak juga jihad karena Allah, kecuali dalam kasus seorang pria yang keluar, menyerahkan dirinya dan hartanya untuk jalan (Allah), dan kembali tanpa membawa apa-apa” (HR. Bukhari)

Lantas apa saja yang harus dilakukan agar memperoleh keutamaan hari Arafah? Berikut adalah cara yang diajarkan Nabi terutama selama 10 hari yang diberkahi dan selama hari Arafah, dilansir di About Islam.

Puasa

Puasa adalah salah satu ibadah yang paling penting selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama pada hari Arafah.  Puasa Arafah menghapus dosa kita selama dua tahun penuh, setahun yang lalu dan yang akan datang.

“Barang siapa yang berpuasa dengan ikhlas di hari Arafah, maka akan diampuni dosa-dosanya setahun yang lalu dan yang akan datang.”  (HR. Muslim)

Dzikir

Hari-hari yang diberkahi ini adalah tentang melakukan perbuatan baik yang akan sangat dihargai di mata Allah. Mengingat hari-hari ini adalah waktu terbaik untuk melakukan amal baik, terutama dzikir.

Maka bacalah: “Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil adziim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya).

“Dua kalimat (subhanallah wa bihamdihi) ringan di lidah, berat di timbangan, dan dicintai oleh Yang Maha Penyayang.” (HR. Bukhari)

Tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil

Empat jenis dzikir ini harus dibaca sebanyak mungkin pada hari Arafah. Tahlil atau membaca “Laa ilaaha il-lal-laah”, Tahmid atau membaca “Alhamdulillah”, Tasbih atau membaca “Subhanallaah” dan Takbir atau membaca “Allahu Akbar”.

Membaca Alquran

Meskipun seseorang harus membaca Alquran setiap hari, hari Arafah ini memiliki keutamaan khusus karena setiap perbuatan baik dikalikan dan ayat-ayat Alquran itu mencari pengampunan Allah 

Berdoa

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Doa yang paling utama adalah doa pada hari Arafah, dan yang paling baik dari apa yang saya dan para nabi sebelum saya katakan, “Tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, Dia Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.” , kepunyaan-Nya kerajaan dan kepunyaan-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi)

Berdoalah sebanyak yang Anda bisa. Carilah pengampunan Allah dan mintalah semua yang Anda inginkan! Teruslah berdoa sampai waktu berbuka (Maghrib) tiba. Imam Muslim meriwayatkan dari `Aisyah bahwa Nabi (damai dan berkah besertanya) berkata, “Tidak ada hari di mana Allah membebaskan lebih banyak budak dari neraka daripada yang Dia lakukan pada hari Arafah.” 

KHAZANAH REPUBLIKA

Di Hari Arafah Merenungkan Isi Khutbah Sang Rasul

SEMPATKAN membaca lengkap isi khutbah Arafah Rasulullah saat beliau berhaji. Baca lagi dengan akal kita dan dengan perasaan kita. Cobalah membuat kesimpulan singkat yang paling membuat kita terkesan sekali. Apakah itu? Mungkin kesimpulan kita berbeda seberbeda latar belakang kita.

Bagi saya, khutbah beliau adalah potret ketulusan cinta beliau kepada ummatnya, beliau ingin semua umatnya selamat dan bahagia. Beliau memiliki kemampuan empati yang luar biasa. Bukan fokus untuk kebahagiaan diri, namun kebahagiaan semuanya. Tak banyak lahir tokoh berkarakter seperti beliau. Sungguh sempurna. Mari kita bershalawat untuk beliau.

Manusia mulia adalah manusia yang mampu memanusiakan manusia, memiliki kepekaan rasa untuk berbahagia bersama, bukan berbahagia di atas derita orang lain. Kalaulah kita bertemu dengan orang tertindas yang menderita, upayakan supaya mereka kembali merdeka dan ceria, bukan justru membuat mereka semakin berat dan menderita.

Kita harus berjuang untuk memiliki hati yang tulus mulia, yang mampu memahami rasa orang laindan mampu merespon dengan respon terbaik yang paling bermanfaat dan membahagiakan. Sehatkan hati kita dan bersihkan dari tamak, rakus, iri hati dan dengki serta benci.

Jangan kalah peka dengan anak kecil dalam foto berikut ini. Seorang kakak berempati kepada adik perempuannya yang harja gundul karena kanker ganas. Sang kakak minta kepalanya juga digundul kepada adiknya. Ketika orang-orang bertanya mengapa dia minta digundul padahal tidak sakit, sang kakak menjawab: “Aku tak ingin adikku merasa sendirian dalam derita hidupnya.” Saya terharu. Bagaimana dengan kita? Adakah empati dan kasih sayang tulus dalam hati kita? Salam Arafah, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Doa Terbaik Saat Wukuf di Padang Arafah

Perbanyak membaca tahlil saat wukuf di Padang Arafah.

Inti ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Seluruh jamaah–tak terkecuali yang sakit–harus melaksanakannya. Terhadap jamaah yang sakit, penyelenggara haji Indonesia biasanya akan berkoordinasi dengan pihak khadim al-haramain untuk agar mereka dapat disafariwukufkan.

Saat wukuf, aktivitas seluruh jamaah haji beragam–kecuali saat shalat dan khutbah. Jamaah pada umumnya (sangat) bergantung pada pembimbing. Saat berdoa, misalnya, tak sedikit jamaah yang hanya mengamini pembimbing.

Padahal, setiap jamaah dimungkinkan untuk berdoa secara langsung kepada Allah. Pilihlah doa yang terbaik, sesuai petunjuk Rasulullah SAW. Pertanyaannya, apa saja butir doa yang sebaiknya kita panjatkan saat sedang wukuf?

Hakim meriwayatkan:

Musa AS berkata, “Wahai Tuhanku, ajarkan kepadaku doa. Dengan doa itu, nantinya aku akan berdoa dan bermunajat kepada-Mu.”

Allah berfirman, “Wahai Musa, katakanlah: Tiada Tuhan selain Allah.”

Musa AS berkata, “Wahai Tuhanku, setiap orang menyebutkan (kalimat) tiada Tuhan selain Allah.”

Allah berfirman, “Wahai Musa, andai tujuh langit dan bumi berada dalam satu piring timbangan dan (kalimat) ‘tiada Tuhan selain Allah’ berada dalam satu piring timbangan yang lainnya, tentu (kalimat) ‘tiada Tuhan selain Allah’ akan lebih berat.”

***

Tiada Tuhan selain Allah. Itulah ungkapan yang sangat revolusioner bagi penguasa otoriter pada masa Jahiliyah.

Tiada Tuhan selain Allah. Itulah ungkapan universal untuk memerdekakan manusia dari sesembahan kepada selain Allah.

Tiada Tuhan selain Allah. Itulah kalimat yang sarat makna yang disodorkan Allah kepada Nabi Musa AS agar dia dan umat manusia hanya tunduk kepada-Nya.

Tiada Tuhan selain Allah. Itulah deklarasi, telah terbentuknya tatanan masyarakat baru menggantikan tatanan masyarakat lama (Jahiliyah).

Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang dengannya langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya diciptakan oleh Allah. Dan, di atas kalimat ini pula Din al-Islam didirikan.

“Tiada Tuhan selain Allah” menjamin darah, harta, dan keturunan terpelihara. “Tiada Tuhan selain Allah” merupakan instrumen untuk menjamin keselamatan umat manusia dari azab kubur dan azab neraka. Bahkan, sesuai sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa akhir ucapannya adalah ‘tiada Tuhan selain Allah’, maka dia akan masuk surga.”

Kalimat tahlil atau La Ilaha Illallah merupakan kalimat tauhid. Kalimat penyucian. Kalimat pengakuan. Kalimat keyakinan. Kalimat pengharapan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik doa yang dipanjatkan pada hari Arafah dan sebaik-baiknya kalimat yang aku ucapkan, dan (juga) para nabi sebelum aku (ucapkan) adalah: La ilaha Illallah, wahdahu laa syarika lahu.” (HR Tirmidzi).

Oleh: Mahmud Yunus

sumber : Pusat Data Republika

5 Hari Pasca Armina, Total 201 Jemaah Haji Wafat di Arab Saudi

Mekah – Jumlah jemaah haji dari Indonesia yang meninggal dunia di Arab Saudi bertambah. Sampai lima hari pasca Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), total 201 jemaah haji meninggal di Tanah Suci.

Hal tersebut berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diakses per pukul 07.30 Rabu (29/8/2018). Total jemaah haji Indonesia yang berada di Arab Saudi sebanyak 203.351 orang.

Untuk diketahui, jumlah jemaah haji meninggal pada tahun 2017 lalu sebanyak 657. Turunnya angka meninggal jemaah haji pada tahun ini disebabkan pengetatan seleksi haji yang dilakukan oleh tim kesehatan.

Dari jumlah itu, jemaah haji yang masih menjalani perawatan sebanyak 246 orang. Perawatan dilakukan di klinik kesehatan yang ada di Mekah maupun di rumah sakit-rumah sakit di sekitar Mekah yang menjadi tempat rujukan.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekah Nirwan Satria mengatakan, jemaah haji tak boleh efuoria meski sudah melaksanakan seluruh prosesi ibadah haji. Saat ini jemaah harus fokus dengan pemulangan, tak boleh memforsir energi.

“Ada kencenderungan, jemaah itu merasa karena sudah haji lalu melakukan umrah terus. Lalu tidak menjaga kesehatan. Seharusnya sudah fokus saja pada pemulangan,” ujar Nirwan.

Saat ini tahapan penyelenggaraan ibadah haji sudah sampai ke tahap pemulangan jemaah. Jemaah gelombang pertama diberangkatkan dari Mekah langsung ke Indonesia via bandara Jeddah. Adapun gelombang kedua akan mulai meninggalkan Mekah mulai 31 Agustus, ke Madinah delapan hari baru kemudian bertolak pulang ke tanah air.

DETIK

Pelajaran dari Arafah

Kemarin, seluruh jamaah haji dari berbagai negara telah melaksanakan wukuf di Arafah sebagai salah satu rukun haji yang terpenting dan harus dilakukan karena merupakan penentu sahnya ibadah haji. Sebagai sesama Muslim kita doakan agar wukufnya diterima oleh Allah SWT dan mereka diberi kemampuan untuk mengambil pelajaran dari wukuf yang dilaksanakannya.

Banyak pelajaran yang dapat kita gali saat kita sedang wukuf di Arafah. Salah satunya adalah belajar kepada Nabi Adam dan Hawa terkait menata dan membangun rumah tang ga.

Hal ini dapat kita gali karena sejarah Arafah tidak bisa dipisahkan dengan perjalanan hidup pasangan pertama di dunia yang sedang menata kehidupan rumah tangganya, yakni Adam dan Hawa. Setelah Adam dan Hawa termakan bujuk rayu setan , kemudian mereka terusir dari surga dan diturun- kan oleh Allah SWT ke muka bumi ini secara terpisah.

Menurut satu riwayat, Adam diturunkan di India sedangkan Hawa di Jeddah. Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, semen tara Hawa di Jeddah. Kemu dian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam’an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul oleh Hawa. Tempat tersebut disebut Muzdalifah.

Dalam masa pencariannya itu, mereka saling menyadari akan kesalahan dan keku rangan dirinya masing-masing seraya bermohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT yang tergambar dalam ucapan keduanya, Ya Tuhan kami, ka mi telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS al-A’raf (7): 23).

Kesadaran diri akan kesalahan dirinya menghan tarkan mereka dipertemukan kembali oleh Allah SWT di Padang Ara fah, tepatnya di sebuah bukit yang kini bernama Jabal Rah mah. Di Arafah inilah mereka ber dua ma’rifat(tahu) terhadap kesalahannya masing-masing sehingga mereka menjadi pribadi yang bijaksana (arif), yang dengannya mereka saling me- nyangi dan mendapat rah mat dan kasih sayang dari Allah SWT.

Dari perjalanan cinta Nabi Adam dan hawa sampai pertemuan mereka di Arafah, tepat nya di Jabal Rahmah mengandung banyak pelajaran yang dapat kita terapkan dalam menata rumah tangga, di antaranya bahwa untuk menata ke hidupan rumah tangga harus diawali dengan saling mengetahui akan kekurangan dan kelebihan pasangan (ta’aruf)dilanjutkan dengan saling memahami karakter (tafahum), mengisi peran (al-ihtiwa) dan dilan jutkan dengan selalu sepenanggungan (tafaul). Dengan cara inilah tatanan kehidupan rumah tangga akan tertata dalam bingkai hormat- menghormati dan kasih sayang.

Semoga sekembalinya dari Tanah suci, jamaah haji mampu menata dan membangun rumah tangganya menjadi lebih baik lagi sehingga mereka menjadi teladan bagi pasangan suami istri yang lain. Kemudian terwujud kehidupan rumah tangga yang baik dan menjadi pilar kemajuan dan keharmo- nisan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Wallahu’alam.

OLEH MOCH HISYAM

 

Kisah Jamaah Saat Badai di Arafah

ARAFAH — Angin kencang disertai hujan yang mendera Arafah pada Ahad (19/8) malam sempat membuat risau jamaah di tenda-tenda jamaah haji Indonesia. Kendati demikian, pada Senin (20/8) pagi menjelang pelaksanaan wukuf, jamaah mengatakan sudah tenang.

Rustam (65 tahun) menuturkan, begitu angin kencang dan hujan melanda, ia sempat keluar tenda untuk berlindung di bawah pohon. Namun, seturut angin yang kian kencang, pohon tempatnya berlindung bergoyang hebat.

“Takut saya, Pak. Nanti kalau roboh bisa-bisa saya yang kena dam,” kata warga Samarinda itu saat ditemui di Maktab 21, Arafah.

Jamaah yang telah berihram memang dilarang mencabut tumbuh-tumbuhan. Ia kemudian masuk lagi ke dalam tenda dan bergabung dengan jamaah lainnya.

Di dalam tenda, kata Zainal Abidin (40), jamaah yang setenda dengan Rustam, jamaah berzikir dan membaca talbiyah. “Kami baca keras-keras sampai akhirnya berhenti. Alhamdulillah, semua selamat,” kata dia.

Hingga angin kencang selesai, tenda itu hanya robek sedikit di bagian bawah. Seperti seluruh tenda jamaah lainnya, ia masih berdiri tegak.

Angin kencang dan hujan yang melanda Arafah berhenti sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Listrik yang sempat padam menyala lagi sekitar sejam setelah angin reda.

Ada sejumlah tenda yang roboh, tetapi seluruhnya tenda logistik. Kendati demikian, sejumlah jamaah dari Kloter 79 Surabaya yang tinggal di Maktab 52 sempat dievakuasi sementara ke tenda Kloter 53 Jakarta-Pondok Gede akibat tenda yang sempat doyong.

Kasatgas Arafah Arsyad Hidayat menyatakan, tak ada korban jiwa akibat angin kencang semalam. Tenda-tenda yang roboh juga telah didirikan kembali. “Alhamdulillah, tenda-tenda kita masih kuat,” kata dia, Senin (20/8) pagi.

Pagi itu, jamaah sudah tampak beraktivitas menjelang wukuf. Sebagian mereka tampak sarapan, lainnya duduk-duduk di luar tenda. Sebagian lainnya menyibukkan diri dengan membaca Alquran dan berzikir.

Badan Meteorologi Arab Saudi mencatat kecepatan angin semalam berkecepatan sekitar 37 kilometer per jam. Selain di Arafah, angin kencang dan hujan juga terjadi di wilayah Makkah dan Mina. Badan Meteorologi juga memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir di Makkah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, angin kencang juga sempat menunda dibagikannya katering pada jamaah. “Jadi, ini bukan karena katering-nya tidak ada, tapi dihentikan dulu karena cuaca,” kata Lukman.

Menurutnya, ia sempat menyaksikan ada tenda yang roboh semalam. Kendati demikian, tak ada jamaah di dalam tenda tersebut. “Tampaknya, memang tenda itu bukan buat jamaah,” ujar Amirul Haj tersebut.

 

REPUBLIKA

Jamaah Batam Selamat dari Terpaan Angin Ribut di Arafah

Panitia Pelaksana Ibadah Haji memastikan seluruh calon jamaah haji Embarkasi Hang Nadim Batam, selamat dari terpaan angin ribut yang disertai hujan pada Ahad (19/8) waktu setempat.

“Alhamdulillah jamaah dalam keadaan aman dan sehat semua,” kata Kepala Sub Bidang Informasi dan Humas PPIH Embarkasi Hang Nadim Batam, Syahbudi di Batam, Kepulauan Riau, Senin (20/8).

Ia mengatakan kini jamaah sedang berada dalam tenda melaksanakan iktikaf, zikir, doa dan baca Alquran. Antara dari Makkah melaporkan, terjadi angin ribut beserta hujan pada Ahad malam. Cuaca yang kurang bersahabat tersebut menyebabkan beberapa tenda roboh.

Sebelum hujan, angin kencang menerpa sekitar perkemahan jamaah calon haji Indonesia. Saat jamaah wudhu untuk shalat maghrib beberapa kali diumumkan agar jamaah tetap berada di tenda seiring terpaan angin yang menerbangkan debu-debu di kawasan Padang Arafah.

Akibat hujan tersebut, listrik di sekitar tenda Arafah juga mati. Kendati demikian, aktivitas JCH tetap berlangsung seperti biasa. Mereka tetap melangsungkan shalat Maghrib di tenda yang difungsikan sebagai mushala.

Akibat angin ribut, distribusi katering untuk jamaah beberapa tertunda. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang juga Amirul Haji Indonesia mengecek kondisi beberapa tenda di Padang Arafah, Arab Saudi, yang roboh akibat diterpa angin ribut disertai hujan.

“Saya mohon maaf makanan ada yang sudah datang, ada yang belum,” kata Lukman di tenda jamaah asal Tegal, Ahad waktu setempat.

REPUBLIKA

Kenali Titik Krusial Arafah, Muzdalifah, dan Mina

Jamaah calon haji diminta agar mengenali Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) sebagai titik krusial dalam ibadah haji. Pada fase tersebut segala kemampuan fisik dan mental bisa terkuras.

“Para jamaah harus mengetahui rentetan itu semua sehingga mereka bisa mengukur diri,” kata Jaetul di Makkah, Rabu (15/8).

Dia mengatakan, JCH akan banyak berjalan kaki saat fase Armuzna berkilo-kilometer dengan tantangan cuaca panas dan paparan cahaya matahari. Maka mereka bisa sangat keletihan jika tidak dilakukan perencanaan aktivitas secara terpadu.

Saat fase Mina, dia mencontohkan jamaah setidaknya harus berjalan kaki menempuh jarak 2,5 kilometer bahkan lebih tergantung tempat tinggalnya untuk melakukan amalan melempar batu atau jumrah.

Sebelum itu, kata dia, jamaah harus mulai melakukan perjalanan pada 8 Dzulhijah atau Minggu (19/8), untuk rukun haji wukuf di Arafah. Wukuf berlangsung sehari kemudian hingga sore hari. Meski menggunakan bus tetapi akan ada proses panjang perjalanan yang melelahkan, terutama bagi calhaj yang berusia lanjut dan mereka yang mengalami gangguan kesehatan.

Selama di Arafah, kata dia, jamaah akan tinggal untuk menjalani prosesi wukuf mulai terbitnya matahari pada 9 Dzulhijah (Senin, 20/8) hingga sang surya tenggelam. Kemudian jamaah akan mulai bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit hingga pukul 01.00 WAS di hari berikutnya.

Dari Muzdalifah, lanjut dia, JCH akan bergerak menuju tenda di Mina untuk tinggal sementara. Selanjutnya, mereka akan keluar tenda berjalan kaki menuju area jamarat untuk melakukan wajib haji jumrah aqabah kemudian kembali lagi ke tenda Mina.

Menilik tahapan yang panjang dan tergolong melelahkan untuk fase Armuzna di atas, maka tidak mengherankan jika banyak JCH terkendala kebugaran saat tahapan tersebut.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Nirwan Satria selalu mengingatkan jamaah untuk tidak terforsir dalam kegiatan yang sifatnya tidak prioritas karena fase Armuzna sangat menguras energi.

“Haji itu wukuf, sebaiknya fokus untuk memulihkan kebugaran dalam fase Armuzna,” katanya.

REPUBLIKA