“Masjid Mobile”, Inovasi Baru Tempat Shalat di Bandung

Sering merasa kesulitan mencari tempat untuk menunaikan ibadah shalat ketika datang ke konser musik atau pertandingan sepak bola? Kini hal tersebut bukan masalah lagi karena di Kota Bandung tersedia masjid portabelyang bisa berpindah-pindah lokasi.

Mobile Masjid adalah sebuah inovasi baru dalam pelayanan shalat di Kota Bandung. Ide ini digagas oleh Muhammad Sobirin, Direktur Yayasan Masjid Nusantara.

“Jadi kita membuat membuat fasilitas yang bisa melayani shalat di mana pun dan kapan pun. Sasaran kita adalah tempat keramaian yang jauh dari mushala, konser musik, dan tempat bencana,” kata Sobirin saat ditemui di Sasana Budaya Ganesha, Kota Bandung, Jumat (26/6/2015).

Disebut masjid portabel lantaran minibus Isuzu L300 berwarna hitam berpadu hijau dan putih yang dimodifikasi khusus oleh Yayasan Masjid Nusantara membawa segudang peralatan yang cukup banyak untuk membuat masjid dadakan di mana pun dan kapan pun.

“Tergantung permintaan di mana yang dibutuhkan. Tapi kalau tidak ada permintaan kita keliling-keliling cari tempat keramaian yang sangat butuh tempat shalat,” tuturnya.

Isi dari mobil sumbangan dari Rumah Zakat tersebut mengangkut tanki air berkapasitas 5.000 liter yang bisa dimanfaatkan puluhan umat islam untuk berwudhu. Selain itu, ada juga karpet shaf, genset, sound system, mimbar, hingga peralatan pribadi yang bisa dipakai bergantian seperti mukena, sarung hingga sandal jepit untuk wudhu.

Saking lengkapnya, masjid portabel ini bahkan bisa menggelar shalat Jumat yang memiliki syarat harus diikuti oleh 40 orang lebih jemaat.

“Ini pertama kali di Indonesia. Masjid ini bisa digunakan sampai 70 orang,” tuturnya.

Tidak hanya peralatan untuk shalat saja, masjid keliling ini juga menyediakan imam (pempimpin shalat).

Masjid portabel ini baru tersedia satu unit di Kota Bandung. Sobirin berharap kembali mendapatkan donatur agar bisa menambah armada Mobile Masjid anyar agar bisa memenuhi antusiasme masyarakat yang mulai tinggi terhadap keberadaan masjid bongkar pasang ini.

Selain itu, kelemahan masjid ini adalah ketika datang hujan. Sebab, masjid portabel ini cuma beratapkan langit.

“Kalau hujan ya terpaksa kita berhenti beroperasi,” jelasnya.

Sekali lagi, Sobirin berharap ada donatur yang bisa menyumbang untuk kelangsungan Mobile Masjid ini. Dia punya rencana untuk menambah armada yang memiliki bodi lebih besar agar bisa mengangkut peralatan lebih banyak.

Selain itu, armada tersebut dipastikan lebih canggih karena disertai dengan perpustakaan dan jaringan wifi.

“Kalau mobil ini masih 1.0. Rencananya akhir tahun 2015 Kita ingin tambah yang 2.0, lebih besar kapasitas, yang dibawa lebih banyak. Di dalam mobil bisa jadi tempat shalat untuk perempuan,” paparnya.

 

sumber: Kompas.com

Do’a Setelah Shalat Witir

Apakah Ada Do’a Setelah Shalat Witir?

 

Jawab:

ADA, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pada saat witir membaca surat“Sabbihisma Robbikal a’laa” (surat Al A’laa), “Qul yaa ayyuhal kaafiruun”(surat Al Kafirun), dan “Qul huwallahu ahad” (surat Al Ikhlas). Kemudian setelah salam beliau mengucapkan,“Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan beliau mengeraskan suara pada bacaan ketiga. (HR. An Nasai no. 1732 dan Ahmad 3: 406. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan di akhir witirnya,“Allahumma inni a’udzu bika bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik”.

Artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri. (HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An Nasai no. 1100 dan Ibnu Majah no. 1179. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). []

Sumber: E-book Ringkasan Panduan Ramadhan Bekal Meraih Penuh Berkah, Penulis Muhammad Abduh Tuasikal

 

sumber: Islam Pos

Kenali Bahaya Tidur Setelah Sahur

DI bulan Ramadhan ini Allah telah mewajibkan kita semua berpuasa sebagaimana Ia telah mewajibkan kepada orang2 sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab, seperti dalam firman-Nya, “Hai orang2 yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Al Baqarah: 183). Namun sebelum melaksanakan ibadah puasa, kita dianjurkan untuk makan sahur.

Salah satu sunnah puasa adalah mengakhirkan makan sahur, di jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang merupakan generasi pertama umat Islam tersebut tidak tidur setelah sahur. Tentunya hal ini sangat bertolak belakang di jaman sekarang ini , banyak orang masih merasa ngantuk dan mempercepat makan sahur kemudian tidur kembali akibatnya sering terlambat untuk mengerjakan sholat subuh , kehiangan berkah di pagi hari, selain itu ternyata tidur setelah sahur tidak baik untuk kesehatan dari segi medis. Berikut penyebab kenapa seseorang tidak dianjurkan kembali setelah makan sahur.

Pertama gangguan lambung/asam lambung. Setelah mengonsumsi makanan (termasuk sahur), sistem pencernaan memerlukan beberapa waktu untuk mencerna dan menyerap nutrisi yang ada di dalam makanan tersebut. Ketika seseorang tidur setelah makan (sahur), apalagi dalam posisi terlentang, pencernaan menjadi melambat atau sulit bekerja. Akibatnya, timbullah nyeri di ulu hati dan panas yang menyebar ke dada dan tenggorokan karena meningkatnya asam lambung.

Kedua, terjadinya refluks. Merupakan penyakit yang timbul akibat kelemahan dari katup antara lambung dan kerongkongan. Hal ini menyebabkan asam lambung naik ke dalam kerongkongan dan menimbulkan gejala berupa rasa terbakar di dada. Di antara tanda refluks adalah ketika seseorang terbangun dari tidur setelah sahur ia merasakan kerongkongannya panas dan mulutnya terasa pahit. Para dokter menyarankan jeda waktu antara makan dan tidur adalah dua jam. Namun sunnah Rasulullah lebih lama lagi. Beliau dan para sahabatnya biasa mengisi waktu setelah sahur dengan shalat atau dzikir dan setelah Subuh berdzikir hingga matahari terbit. Untuk tidur sejenak, mereka memilih waktu siang yang dikenal dengan istilah qailulah.

Ketiga, terserang Stroke. Tidur setelah sahur dipercaya meningkatkan resiko terkena stroke. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa orang yang memiliki jeda paling lama antara makan dan tidur mempunyai risiko terendah terkena stroke. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki jeda paling singkat antara makan dan tidur memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke.

Keempat, sakit Kepala. Jika kita tidur setelah shalat subuh, dan ketika bangun bagian leher akan terasa sakit dan kaku, bahkan terkadang bukan kesegaran yang didapat, namun sebaliknya. Lalu akan terasa sakit kepala bagian atas atau kepala bagian belakang. Itulah hal mudhorat yang didapat jika anda tidur lagi usai sahur atau menjelang pagi. Menurut sebuah hasil studi, tidur pagi menyebabkan serebrospinal bergerak ke otak. Inilah yang menimbulkan sakit di kepala.

Selain berbahaya dari segi kesehatan, tidur setelah sahur membuat terhalangnya pintu rezeki, dalam hadits yang di riwayatkan oleh Abu Daud, bahwasannya Rasulullah bersabda “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” Dalam hadits tersebut Rasulullah mendoakan keberkahan bagi umatnya yang bangun di waktu pagi. Sebaliknya, doa itu mengisyaratkan bagi mereka yang tidur lagi setelah Subuh, mereka akan kehilangan keberkahan yang disebutkan dalam doa Nabi. Keberkahan dalam ayat ini memiliki makna yang luas. Secara umum maknanya adalah bertambahnya kebaikan. Bentuknya bisa macam-macam, misalnya bisnisnya berhasil sehingga bisa banyak berinfak atau karirnya meningkat sehingga mudah bersedekah.

Dan yang terakhir, menjadi malas dan Kehilangan semangat. Biasanya ketika tidur usai sahur atau menjelang pagi, tubuh akan terasa lemas dan kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas. Mood juga akan berubah jadi buruk. Ketika kondisi hati sedang buruk, otomatis akan tergambar dari garis wajah. Wajah akan terlihat pucat. Maka sebaiknya Mengisi waktu pagi setelah Subuh dengan ibadah, berdzikir, membaca Al-qur’an atau bisa juga anda gunakan waktu pagi anda untuk membersihkan rumah. Bisa di pastikan waktu berikutnya, Anda akan terlihat lebih segar dan bersemangat. Baik secara medis ataupun secara ruhiyah.

Akibatnya Jika Langsung Tidur Setelah Sahur

Saat bulan puasa, orang akan bangun tidur beberapa jam lebih awal dari biasanya untuk makan sahur. Setelah sahur dan salat subuh, banyak orang yang langsung tidur kembali. Apalagi mereka yang harus bekerja pada pagi harinya. Ini bisa dimaklumi, karena waktu tidur terpotong oleh sahur.

Namun, langsung tidur setelah sahur tidak baik bagi kesehatan. Praktisi Gizi Klinik dan Olahraga, Rita Ramayulis SCN, M.Kes mengungkapkan, makanan yang baru masuk ke dalam tubuh harus dicerna terlebih dahulu. Jika langsung tidur, sistem pencernaan tidak akan bekerja dengan baik.

“Kalau kita langsung tidur, oksigen berpindah ke lambung semua. Kita bawa tidur semakin tidak bisa lambung bekerja dengan cepat. Oksigen di otak juga jadi berkurang,” terang Rita dalam acara Sequis di Jakarta, Jumat (27/6/2015).

Akibatnya, saat bangun tidur perut terasa penuh, sakit perut, juga pusing. Selain itu, makanan yang belum dicerna bisa berbalik dari lambung ke kerongkongan ketika dalam posisi tidur.

Rita menjelaskan, makanan seperti karbohidrat akan dicerna selama dua jam. Maka, setelah itu isi di lambung telah berkurang. Sementara itu, protein butuh waktu tiga jam dan lemak selama empat jam untuk bisa dicerna dalam tubuh.

“Jadi minimal setelah dua jam baru tidur lagi. Saat itu isi lambung sudah berkurang,” imbuh Rita.

Bagaimana jika tidur dilakukan dengan posisi duduk? Menurut Rita, hal ini juga akan menghambat kerja lambung setelah makan. Saat tidur, semua organ tubuh pun beristirahat. Bahkan, menurut Rita, ketika seseorang sahur dalam porsi makan yang cukup banyak, sebaiknya tidak tidur lagi setelah sahur.

 

sumber: Kompas.com

Menag Launching Gerakan Lima Pasti Umrah

Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) terus berusaha memberikan pelayanan yang baik, khususnya kepada jamaah umrah Indonesia. Untuk tujuan itu, Ditjen PHU membuat terobosan baru yang diberi nama  “Gerakan Lima Pasti Umrah”.

Gerakan yang bertujuan meningkatkan pelayanan di bidang penyelenggaraan umrah ini dilaunching langsung oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin di gedung HM Rasjidi, Thamrin, Jakarta, Senin (29/09). Dalam sambutannya, di hadapan para pejabat Ditjen PHU serta pengurus dan anggota asosiasi biro perjalanan haji dan umrah seperti Amphuri, Kesthuri, Himpuh dan para Kabid Haji se Indonesia, Menag menyampaikan bahwa minat dan keinginan masyarakat Indonesia untuk berumrah cukup tinggi dan meningkat setiap tahunnya. Untuk itulah, Kemenag berupaya terus meningkatkan kualitas pelayanan yang dilakukan.

“Ini harus diantisipasi dengan baik, sekarang kita merasakan lonjakan banyaknya jamaah,” kata Menag. Tampak juga hadir dalam kesempatan ini, Kabalitbang dan Diklat Abdurrahman Masud, Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Muhajirin Yanis, Direktur Penyelenggaraan haji dalam Negeri Ahda Barori, Direktur Penyelenggaraan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Kapinmas Rudi Subiyantoro, Karo Hukum DanKLN Achmad Gunaryo, Karo Umum Syafrizal, dan Karo Keuangan Syihabuddin Latief.

Berbagai regulasi maupun kebijakan sudah ditempuh, lanjut Menag, seperti membuat kebijakan haji cukup sekali; dan bagi mereka yang ingin duakali berhaji harus menunggu tenggang waktu 10 tahun. Pada kesempatan itu, Menag juga menyampaikan bahwa pemerintah hanya akan menyelenggarakan ibadah haji saja. Sementara umrah, tetap dilakukan oleh masyarakat. “Pemerintah hanya menyiapkan regulasinya, tidak ikut melakukan penyelenggaraannya,” terangnya.

Dikatakan Menag, konsekuensi semakin banyak dan meningkatnya animo masyarakat untuk berumrah, berimplikasi pada pergeseran karakteristiknya. “Dahulu, jamaah umrah hanya dari kalangan menengah ke atas (perkotaan), sekarang menengah ke bawah (pedesaan) sudah mulai banyak,” papar Menag.

Dari hal ini, lanjut Menag, Kemenag mencoba berfikir keras, dengan mencanangkan lima pasti umrah. Setiap jamaah yang ingin berumrah harus memastikan lima hal: pertama, pastikan siapa biro perjalanan/travel apakah memiliki izin resmi atau tidak dengan mengecek www.haji.kemenag.go.id; kedua, pastikan jadwal penerbangan/maskapainya;

Ketiga, pastikan harga dan paket yang ditawarkan dari harga yang ditentukan; keempat, pastikan hotelnya; dan kelima, pastikan visanya. “Saya berharap, seluruh asosiasi bisa ikut mensosialisasikan lima pasti berumrah ini, agar masyarakat kita tidak mengalami penipuan,” tegas Menag.

Sebelumnya Dirjen PHU Abdul Djamil melaporkan bahwa Kemenag berkomitmen untuk terus dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik, utamanya pelayanan bimbingan kepada jamaah haji dan umrah. “Saat ini jumlah jamaah umrah sampai bulan Juni 2015 mencapai 600ribu orang/jamaah,” kata Djamil.

Kemenag, lanjut Djamil, sesuai kodrat yang dimiliki telah menjalankan tugasnya, pengawasan dan penindakan terhadap travel yang bermasalah. Inilah situasi yang dihadapi ke depan. Namun, Abdul Djamil juga meyakini banyak travel-travel yang tetap konsisten dengan pakta integritas yang sudah ditandatangani. “Terimakasih dan sudah menjalankan tugas-tugasnya. Terimaksih juga kepada asosiasi-asosiasi yang menjalankan tugasnya dengan baik,” ucap Djamil.

Selain itu, Kemenag juga menjalin kerjasama dengan Bareskrim, untuk memberikan penindakan kepada travel yang bermasalah menyangkut ranah hukum dan pidana.  (Arief/mkd/mkd)

sumber: Kemenag RI