Sholat dan Manfaat Kesehatan yang Menyertainya

Sholat juga memiliki beberapa manfaat bagi tubuh.

Sholat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim di seluruh dunia. Shalat adalah bentuk umat muslim untuk menyembah Allah SWT. Nabi Muhammad juga sering melaksanakan shalat fardhu, bahkan memperbanyak shalat sunnah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Selain itu, shalat juga memiliki beberapa manfaat bagi tubuh.

“Ada empat gerakan pokok di dalam shalat, yaitu qiyam (berdiri tegak), rukuk (membungkukkan tubuh), sujud (meletakkan tujuh rukun sujud di sajadah) dan duduk (di antara dua sujud, tahiyat awal dan tahiyat akhir). Masing-masing gerakan jika dilakukan dengan cara yang benar atau tuma’ninah akan memberikan dampak yang hebat bagi tubuh kita. Subhanallah, Allah tidak menciptakan semuanya sia-sia,” dikutip dari buku karya Prof. Muhammad Sja’bani yang berjudul Dahsyatnya Gerakan Shalat, Kamis (29/02/2024).

Manfaat yang pertama, ialah dapat menyehatkan jantung dengan cara menstabilkan irama denyut jantung selama melaksanakan shalat. Hal itu dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat mengalir secara optimal ke seluruh tubuh.

Kedua, dapat mengurangi nyeri pada pinggang dan dapat memelihara kesehatan tulang belakang. Karena terdapat gerakan – gerakan pada shalat yang bermanfaat untuk melenturkan sendi – sendi pada tulang sehingga dapat merefleksikan tulang yang kaku.

Ketiga, dapat menstabilkan kadar gula dan lemak sehingga meningkatkan elastisitas pembuluh darah. Hal itu dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan komposisi dalam darah, seperti Diabetes, Hipertensi, Hiperuricemia, Sklerotik Pembuluh Darah, serangan jantung, dan juga Stroke.

Keempat, dapat meningkatkan aktivitas otot dasar panggul sehingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah pada Disfungsi Ereksi. Kelima, dapat mempengaruhi secara psikis, sehingga dapat menambah ketenangan dan juga meningkatkan daya tahan tubuh dan juga dapat menurunkan proses degeneratif dengan meningkatkan kadar Endorfin dan Eosinofil, penurunan kadar asam urat, penurunan kadar gula, penurunan kadar profil lipid, perbaikan resistensi insulin beserta menurunkan hormon kortisol. 

IHRAM

Benarkah Sumber Hukum dalam Islam Hanya Al-Qur’an dan Hadis?

Hukum Islam atau fikih Islam merupakan pedoman hidup bagi umat Muslim yang mengatur berbagai aspek kehidupan. Dalam menentukan hukum Islam, terdapat sumber-sumber yang menjadi rujukan utama, di antaranya Al-Qur’an dan Hadits. Lantas benarkah sumber hukum dalam Islam hanya Al-Qur’an dan Hadis?

Namun, terkadang banyak anggapan yang beredar di tengah umat Islam bahwa sumber hukum Islam hanyalah terbatas pada Al Qur’an dan Hadist. Sehingga banyak dari mereka yang enggan menerima hukum Islam yang tidak ada penjelasan dari Al Qur’an dan Hadist. Lantas benarkah sumber hukum islam hanyalah terbatas pada Al Qur’an dan Hadist?

Dalam literatur Islam sebenarnya telah dijelaskan secara gamblang. Bahwa sumber hukum Islam (al adillah as sayr’iyyah) tidak hanya terbatas Al Qur’an dan Hadist. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam kitabnya Ushul Fiqih Al Islamy halaman 417 mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Mua’adz Bin Jabal. Ketika sahabat Muadz Ra. hendak berangkat ke kota Yaman sebagai delegasi Rasulullah Saw. Sahabat Muadz di tanya oleh Rasulullah Saw;

 “ Hai Muadz, jika umat bertanya kepadamu tentang suatau masalah, dalil apa yang engkau gunakan?” Muadz pun menjawab ”Dengan Al Qur’an”. Lantas Rasulullah Saw bertanya lagi “Bagaimana jika ternyata tidak ada dalam Al Qur’an?” Muadz pun menjawab “Dengan sunnahmu”. 

Rasulullah saw bertanya lagi “Jika tak ada dalam Al Qur’an dan sunnahku?” Muadz menjawab “Dengan ijtihad ku” Rasulullah Saw pun tersenyum mendengar jawaban Muadz dan beliau memuji jawaban  ini. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

والدليل حديث معاذ بن جبل رضي الله عنه ، الذي بعثه رسول الله ﷺ قاضياً بالإسلام إلى اليمن : فقال له الرسول : كيف تقضي يا معاذ إذا عرض لك قضاء ؟ قال : أقضي بكتاب الله : قال : فإن لم تجد في كتاب الله ؟ قال : فبسنة رسول الله قال : فإن لم تجد في سنة رسول الله ؟ قال : أجتهد برأيي ولا الو – أي لا أقصر في الاجتهاد – فضرب رسول الله ﷺ على صدره وقال : والحمد لله الذي وفق رسول رسول الله لما يرضي الله ورسوله.

Artinya:” Dalilnya adalah hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang diutus oleh Rasulullah SAW, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, sebagai hakim Islam di Yaman. Rasulullah berkata kepadanya “Bagaimana kamu memutuskan wahai Muadz jika kamu dihadapkan suatu persoalan? Beliau menjawab “Saya akan memutuskan berdasarkan Kitab Allah,

Rasulullah Saw kembali bertanya “Jika kamu tidak menemukannya di dalam Kitab Allah?” Muadz menjawab “dengan Sunnah Rasulullah” Rasulullah Saw bertanya lagi “Jika kamu tidak menemukannya dalam Sunnah Rasulullah? Muadz menjawab “Saya berusaha menurut pendapat saya, tetapi saya tidak akan mencukupkan dengan pendapatku” maka Rasulullah Saw memukul dada Muadz dan bersabda “Segala Puji hanya kepada Allah yang telah memberi petunjuk kepada Rasulullah kepada apa yang diridhai Allah dan Rasul Nya.”

Syaikh Wahbah Az Zuhaili juga menjelaskan bahwa dulu sahabat Abu Bakar ketika mencari petunjuk di dalam Al Qur’an dan Hadis, namun tak menemukannya. Beliau lalu mengajak para sahabat lainnya untuk bermusyawarah dan meminta pendapat mereka dan lantas memutuskan suatu masalah dengan berdasarkan pendapat para sahabat.

Metode ini juga dilakukan oleh Khalifah Umar Bin Khattab dan para sahabat lainnya. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

وكان أبو بكر الصديق رضي الله عنه ، إذا ورد عليه الخصوم نظر في كتاب الله ، فإن وجد فيه ما يقضي به قضى به ، وإن لم يكن في الكتاب وعلم عن رسول الله في ذلك الأمر سنة قضى بها ، فإن أعباء أن يجد في سنة رسول الله جمع رؤوس الناس وخيارهم فاستشارهم ، فإن أجمع رأيهم على أمر قضى به ، وكذلك كان يفعل عمر ، وبقية الصحابة وأقرهم على هذه الخطة المسلمون.

Artinya:” Abu Bakar Al-Siddiq radhiyallahu ‘anhu ketika ia dihadapkan suatu persoalan kepadanya, maka belia mencari di dalam Al Qur’an, dan jika dia menemukan di dalamnya apa yang dia putuskan, dia memutuskan berdasarkan Al Qur’an, dan jika tidak ada di dalamnya. Sementara beliau mengetahui persoalan tersebut ada pada Sunnah Rasulullah, maka beliau memutuskan dengan sunnah Rasulullah Saw.

 Jika ternyata tidak ditemukan pada sunnah Rasulullah Saw. beliau mengumpulkan pemimpin manusia dan orang orang pilihannya, berkonsultasi dengan mereka, dan jika pendapat mereka sepakat mengenai suatu masalah, beliau memutuskannya. Inilah yang dilakukan Umar dan para Sahabat lainnya, dan kaum Muslimin menyetujui rencana ini.”

Setelah memaparkan hadits dan metode yang dilakukan para sahabat, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyimpulkan bahwa sumber hukum Islam dibagi menjadi dua yakni secara naqli dan secara aqli. Contoh dalil aqli yang sah digunakan adalah memutuskan suatu persoalan dengan metode qiyas (analogi) pertimbangan kemaslahatan dan lainnya. 

Dalail aqli ini sangatlah penting, karena dalil naqli seperti Al Qur’an dan Hadist tidak bisa dipahami kecuali melalui pertimbangan akal, perenungan dan pandangan yang sahih. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

والأدلة أيضاً إما نقلية أو عقلية ، فالأدلة النقلية ، هي الكتاب والسنة والإجماع والعرف ، وشرع من قبلنا ، ومذهب الصحابي . والعقلية هي القياس والمصالح المرسلة والاستحسان والاستصحاب والذرائع ، وكل نوع منها مفتقر إلى الآخر، فإن الاجتهاد لا يقبل بدون ارتكاز على أساس الأدلة العقلية، والأدلة النقلية لا بد فيها من التعقل والتدبر والنظر الصحيح

Artinya:”Dalilnya ada yang bersifat naqliyah dan aqliyah (rasional), dalil naqliyah adalah Al-Qur’an, Sunnah, ijma, adat istiadat, hukum orang orang sebelum kita, dan doktrin para sahabat. dalil aqliyyah adalah analogi, maslahah mursalah, istihsan, istishab, dan dzarai’, dan masing-masing membutuhkan satu sama lain. Ijtihad tidak diterima tanpa mengandalkan dasar dalil rasional, dan dalil naqli memerlukan pertimbangan akal, perenungan dan pandangan yang sahih.”

Dengan demikian, sangat keliru anggapan bahwa sumber hukum Islam hanya terbatas Al Qur’an dan Hadist. Padahal para sahabat utama seperti abu bakar dan umar tidak hanya menggunakan sumber hukum melalui al qur’an dan hadist. Mereka juga berdiskusi dan bertukar pikiran. Dan disinilah peranan ijtihad.

Demikian penjelasan benarkah sumber hukum dalam islam hanya terbatas Al-Qur’an dan Hadist? Semoga bermanfaat Wallahu a’lam bissawab.

BINCANG SYARIAH

Banser Terima Kunjungan Penganut Katolik, Warganet: Sama Ustad Seiman Kok Beringas

Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Addin Jauharudin menerima kunjungan dari sejumlah penganut Katolik di Rumah Toleransi beberapa hari setelah insiden pembubaran pengajian Ustadz Syafiq Basalamah di Surabaya oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

Momen kunjungan penganut Katolik tersebut diunggah GP Ansor melalui akun resmi Instagramnya, @gp.ansor pada Rabu (28/02).

“Malam ini (27/2/2024), di Rumah Toleransi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, saya menerima kunjungan saudara-saudara kami umat Katolik.

Dalam suasana hangat, dan sesekali diselingi canda gurau, kami sepakat mengenai keberagaman yang harus kita rawat dan jaga bersama,” tulis Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Addin Jauharuddin di akun IG-nya, @addin.jauharudin.

Unggahan tersebut pun mendapat berbagai komentar dari netizen. Sebagian besar diantara menyayangkan sikap GP Ansor yang lebih ramah kepada selain penganut agama Islam daripada saudara seiman mereka.

“Anjayy… Si paling toleran 😂 saya NU tapi insyaallah setelah melihat kelakuan kalian kita semua warga NU kompak untuk melepas atribut dan hijrah kepada ustadz yg lurus kepada quran dan sunnah dan yang pengajiannya adem gak ada joget2 dan biduannya… Alhamdulillah hidayah itu datang juga akhirnya,” komentar salah satu warganet.

“widihhhhhh, sama umat lain aja mesranya kayak orang kasmaran, coba ama ustad2 seiman yang menjaga Ahlusunnah dan Salafus Shalih bringasnya kayak dendam kesumat. coba tabayyun dulu, liat kajiannya, buktikan kalau ustad2 kami ada terbukti memecah belah jangan hanya katanya-katanya,” imbuh warganet lain.

“Gereja dijaga ketat, pengajian dibubarin. Siapa lagi kalo bukan ngaNU,” tambah netizen lain merujuk pada organisasi induk dari GP Ansor.

Pada Kamis lalu (22/02), pembatalan pengajian kembali terjadi di Surabaya. Korban kali adalah gagalnya kajian Ustaz Syafiq Riza Basalamah di Surabaya setelah puluhan anggota GP Ansor dan Banser merangsek tempat digelarnya kajian di Masjid Assalam Purimas, Suarabaya, Jawa Timur, Kamis (22/2/2024) petang.

Banser juga menyebut ceramah Syafiq Riza Basalamah cenderung menimbulkan ujaran kebencian dan dapat memecah belah kerukunan umat Islam khususnya di wilayah Kecamatan Gunung Anyar.*

HIDAYATULLAH

Syaqran al-Maroko dan Perempuan Cantik

Allah Swt menolong yang wajah Syaqran berubah sangat buruk dalam sekejab menyebabkan perempuan cantik membenci

SYAQRAN adalah seorang ahli ibadah yang paling tampan pada zamannya. la guru Dzu Nun al-Mishri. Wafat di Mesir tahun 245 H.

Seorang perempuan cantik jatuh hati pada Syaqran. la dengan malu-malu mengungkapkan perasaannya kepada seorang nenek.

Nenek itu berkata dengan meyakinkan, “Aku akan menyatukan kalian berdua. Nenek itu mengungkapkan rencananya.

Kala itu Syaqran lewat di jalan tidak jauh dari rumah perempuan cantik itu. Perempuan itu segera menghampiri dan menyapanya, lalu berkata:

“Anak laki-lakiku sedang bepergian dan ia mengirim surat untukku. Saudara perempuannya sangat ingin mendengarkan isi surat itu. Sekiranya engkau mau singgah pada kami untuk membacakan suratnya di dekat pintu ini, sungguh engkau telah berbuat baik pada kami.”

Syaqran pun singgah, dan ia duduk di dekat pintu rumah itu. Perempuan itu berkata, “Silakan masuk saja, supaya engkau menutupi kami dari pandangan orang.

Ketika Syaqran masuk, perempuan itu segera mengunci pintu, menampakkan kecantikan wajahnya dan merapat di samping Syaqran.

Syaqran memalingkan wajahnya. Perempuan itu berkata, Aku sangat merindukanmu”.

“Di mana air, aku mau berwudhu dulu,” tukas Syaqran.

Perempuan itu membawakan air. Setelah berwudhu, Syaqran berdoa: “Ya Allah engkau telah ciptakan aku sesuai kehendak-Mu, dan sekarang aku sangat takut dengan fitnah ini. Aku mohon Engkau hindarkan keburukan perempuan itu dariku dan ubahlah paras muukaku.”

Seketika wajah Syaqran berubah sangat buruk. Ketika meliriknya, perempuan itu membenci dan berteriak:   “Keluar! Keluar!!”

Syarqan langsung keluar dan memuji Allah yang telah menyelamatkan nya.  Dan baru saja ia keluar, Allah langsung mengubah wajahnya.* (Tuhfat al-Ahbâb wa Bughyat al-Thullâb, karya al-Sakhawî)

HIDAYATULLAH

Begini Hasil Investigasi Polisi Soal, Viral Pengajian Boleh Tukar Pasangan Asal Suka Sama Suka

Sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan beberapa orang laki-laki duduk di atas kursi sedang beberapa lainya dibawah bersama perempuan bercadar. Dalam percakapan yang terdengar bahwa mereka tidak mempermasalahkan bertukar pasangan asal suka sama suka bahkan terdengar pria yang berada di kursi menjawab ini tidak ada diagama lain.

Dilansir dari laman detik.com Polisi memastikan video itu dibuat untuk keperluan konten belaka atau bisa dikatakan fiktif.

Dilansir detikJatim, video itu menampilkan dialog empat pemimpin pengajian dengan jemaah laki-laki dan perempuan. Empat pemimpin pengajian itu memakai jubah dan sorban yang duduk di kursi, sedangkan di hadapan mereka terlihat ada 10 anggota jemaah yang duduk lesehan, dengan 3 di antaranya perempuan.

Jemaah laki-laki itu duduk bersila memakai baju koko dan peci, sedangkan jemaah wanitanya memakai gamis serta mengenakan cadar yang juga berwarna hitam. Dalam dialog itu salah satu pemimpin menyampaikan bahwa di pengajian itu dibolehkan bertukar pasangan asalkan sama-sama saling suka.

“Bebas di sini, asalkan seneng sama seneng, suka sama suka, silakan saja. Mau tukar pasangan juga boleh,” ujar salah satu pemimpin pengajian dalam video yang dilihat detikJatim, Selasa (27/2/2024).

Kapolres Blitar AKBP Wiwit Adisatria mengatakan pihaknya sudah mendalami konten YouTube yang viral itu. Video itu, katanya, dibuat di wilayah Jawa Barat dan konten fiktif.

“Video itu dibuat di Jawa Barat, bukan di wilayah Blitar. Yang bersangkutan juga menyampaikan bahwa itu hanya dibuat untuk konten (fiktif),” jelas Wiwit.

ISLAMKAFFAH

Merebut Masjid, Ini Kata Fikih

Ada sekelompok umat Islam yang senang merebut masjid. Merebut masjid? Ya, begitu. Lalu, apa tujuannya? Bertujuan menguasai. Dimana imam, khotib dan yang mengisi kajian Islam dari kelompok mereka sendiri.

Kenapa kelompok tersebut tidak mencari lahan lain kemudian membangun masjid?

Disini masalahnya. Sebab mereka memiliki tujuan terselubung untuk menyebarkan doktrin tertentu. Fakta yang banyak ditemukan kelompok yang suka merebut masjid ini adalah kelompok radikal yang anti perbedaan madhab, gemar menyalahkan amaliah kelompok lain, menuduh bid’ah, murtad dan kafir mereka yang tidak sepandang dengan kelompoknya.

Fenomena ini berbeda dengan konsep memakmurkan masjid. Dengan kata lain, tujuan mereka bukan memakmurkan masjid, namun agar lebih mudah dan praktis menjalankan propaganda doktrin radikal mereka.

Bagaimana fikih menyikapi hal ini?

Diantara penjelasannya bisa dibaca dalam kitab Hasyiyah al Jamal (3/584). Apabila orang atau pihak yang mewakafkan memberikan syarat-syarat tertentu, seperti tidak boleh disewakan, atau tidak boleh mendahulukan pihak tertentu, maka syarat yang disebut oleh waqif (orang yang mewakafkan) harus diikuti.

Masih dalam kitab yang sama, kalau orang yang mewakafkan tanah untuk pembangunan masjid atau madrasah untuk pihak tertentu, hal itu juga harus diikuti.

Dengan demikian, mayoritas masjid di Indonesia biasanya diperuntukkan untuk penduduk sekitar dalam pengelolaan dan pengurusannya. Orang atau pihak yang mewakafkan telah memberikan wewenang untuk masyarakat sekitar tentang pemanfaatan masjid atau mushalla.

Sehingga, apabila ada kelompok lain yang datang kemudian bermaksud menguasai masjid tersebut hukumnya haram, sebab telah melanggar persyaratan yang telah dibuat atau dikatakan oleh orang atau pihak yang mewakafkan.

Apalagi kelompok yang gemar merebut masjid tersebut nyata-nyata memiliki sikap ekslusif alias anti perbedaan. Lebih jauh, sebagai kelompok yang menebarkan bibit-bibit radikalisme dengan sikap mereka yang anti perbedaan pendapat dan sampai pada taraf mengkafirkan kelompok lain.

Fenomena ini tentu bukan kabar baik bagi peradaban Islam di Indonesia. Sejak ratusan tahun lalu, Islam mengajarkan tentang perbedaan pendapat dalam kehidupan beragama, baik perbedaan madhab maupun perbedaan agama. Dan, Islam mengajarkan persaudaraan, bukan perpecahan.

ISLAMKAFFAH

Teks Khotbah Jumat: Pentingnya Teman Saleh di Zaman Keterasingan

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. 

أَمَّا بَعْدُ: 

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Kita hidup di zaman di mana agama Islam kembali menjadi “asing”. Sesuatu yang seharusnya menjadi identitas seorang muslim seringkali malah tidak terlihat dari sebagian besar kaum muslimin yang ada. Mereka yang berusaha menghidupkan sunah dengan memelihara jenggot dan mengenakan pakaian di atas mata kaki seringkali justru menjadi bahan pembicaraan. Para wanita yang berusaha menjaga auratnya dengan mengenakan baju yang menutup seluruh tubuhnya, berkerudung lebar, dan berusaha menutup wajahnya, seringkali menjadi pusat perhatian manusia. Sungguh benar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan yang asing. Akan kembali pula dalam keadaan asing sebagaimana waktu datang. Sungguh beruntunglah orang yang asing.” (HR. Muslim no. 145)

Wahai hamba-hamba Allah sekalian,

Di zaman keterasingan seperti ini, memiliki sahabat, teman, saudara semuslim, dan lingkungan yang baik merupakan kebutuhan mendasar untuk bisa terus istikamah di atas jalan kebenaran dan ketakwaan. Kita butuh kepada saudara dan teman yang dapat menguatkan dan mengingatkan kita saat sedang lemah iman dan terjatuh ke dalam kemaksiatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda menggambarkan beratnya kondisi kehidupan di zaman keterasingan ini,

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu masa yang ketika itu orang yang sabar di atas agamanya seperti menggenggam bara api.”  (HR. Tirmidzi no. 2260)

Simaklah kisah kebiasaan Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu yang kemudian menuai pujian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini! Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

“Dahulu kala, jika Abdullah bin Rawahah bertemu dengan salah satu sahabat Nabi, maka akan mengatakan, ‘Mari sejenak kita duduk untuk beriman dan mengingat Allah Ta’ala.’ Hingga suatu hari ia mengajak seseorang, lalu orang tersebut marah dan tersinggung, kemudian ia mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia berkata, “Wahai Nabi, lihatlah Abdullah bin Rawahah, ia berpaling dari beriman kepadamu dan lebih memilih untuk duduk beriman sesaat.”

Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanggapi keluhan tersebut! Alih-alih memarahi Abdullah bin Rawahah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam justru memujinya. Beliau bersabda,

يرحمُ اللهُ ابنَ رواحةَ إنه يحبُّ المجالسَ التي تتباهَى بها الملائكةُ

“Semoga Allah merahmati Abdullah bin Rawahah, sungguh dia mencintai majelis-majelis yang para malaikat berbangga dengan majelis tersebut.” (HR. Ahmad no. 13796)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala, sesungguhnya hati kita mudah sekali usang dan berubah. Ia sangat butuh akan nasihat dan peringatan dari saudara-saudara mukmin lainnya. Abdullah bin Rawahah merupakan teladan yang baik terkait hal ini. Beliau senantiasa mengajak sahabat-sahabat lainnya untuk mengingat Allah Ta’ala, juga memberikan mereka nasihat dan masukan.

Memberikan nasihat kepada saudara semuslim kita merupakan salah satu hak yang harus kita penuhi. Ingatlah firman Allah Ta’ala yang menjelaskan karakteristik orang-orang beriman yang tidak akan merugi di kehidupan dunia ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلْعَصْرِ* إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ * إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Kaum mukminin yang Allah sebutkan di dalam ayat ini memiliki sifat saling menasihati dalam hal kebaikan dan kesabaran dengan saudara mukmin lainnya. Di mana kedua hal ini (kebaikan dan kesabaran) sangatlah dibutuhkan di kehidupan zaman keterasingan ini.

Jemaah Jumat yang berbahagia,

Seorang muslim sangatlah lemah jika ia hanya sendirian dan akan menjadi kuat jika bersama dengan saudara semuslim lainnya. Saat sedang bersama, maka ia akan ditegur jika melakukan kesalahan. Dan akan dikuatkan serta diberikan motivasi ketika sedang futur dan malas. Nabiyullah Musa ‘alaihis salam saja, Nabi yang memiliki pendirian dan fisik kuat pun meminta kepada Allah Ta’ala untuk diberikan kawan tatkala akan mengahadapi Firaun. Beliau ‘alaihis salam meminta Harun ‘alaihis salam untuk membantunya, mengingatkannya, dan menguatkannya. Nabi Musa ‘alaihis salam berkata,

وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي * هَارُونَ أَخِي * اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي * وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي * كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا * وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا * إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا

“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku. Dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat (keadaan) kami.” (QS. Thaha: 29-35)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Salah satu tolak ukur keberhasilan dan keselamatan seseorang di dunia dan akhirat adalah bagaimana ia dapat memilih temannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

لا تُصاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا ، ولا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ

“Janganlah kalian berkawan, kecuali dengan seorang mukmin. Dan jangan sampai ada yang memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Abu Dawud no. 4832 dan Tirmidzi no. 2395)

Syekh Binbaz menjelaskan,

“Jangan jadikan orang-orang yang senang bermaksiat sebagai sahabat, tetapi ambillah orang-orang baik yang mempunyai sifat-sifat yang baik lagi terpuji. Yaitu, mereka yang menjaga salat, serta menjaga lidah dan anggota tubuhnya dari apa yang diharamkan Allah. Dan janganlah engkau mengundang, kecuali orang-orang baik untuk memakan hidanganmu. Janganlah kamu mengundang ahli maksiat dan orang-orang kafir. Para ulama berkata, ‘Ini pada hal yang kita pilih dan kita jadikan kebiasaan. Adapun dalam hal menjamu tamu, maka itu ranah yang berbeda. Disunahkan dan tidak ada halangan untuk menyuguhkan makanan, meskipun mereka bukanlah orang-orang yang bertakwa, atau bahkan ahli maksiat dan orang kafir sekalipun.’” (Fatawa Nur Ala Ad-Darbi)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

المَرْءُ مع مَن أحَبَّ

“Seseorang itu bersama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari no. 6168 dan Muslim no. 2640)

Saat seseorang memilih untuk berteman dan bergaul dengan orang-orang saleh lagi taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka insyaAllah kelak di akhirat nanti, ia juga akan dikumpulkan bersama mereka di surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.

Saat mendapati saudara semuslim kita yang sedang terpuruk, futur, malas, dan menjauh dari hidayah, maka yang harus kita lakukan adalah merangkulnya, membesarkan hatinya, menyemangatinya, dan membahagiakannya. Bukan malah menjauhinya, membicarakannya, dan memusuhinya. Alangkah indahnya apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam perihal keutamaan orang-orang yang dapat membahagiakan dan menyemangati saudaranya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَحَبُّ الناسِ إلى اللهِ أنفعُهم للناسِ ، وأَحَبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ تُدخِلُه على مسلمٍ ، تَكشِفُ عنه كُربةً ، أو تقضِي عنه دَيْنًا ، أو تَطرُدُ عنه جوعًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau berikan kepada diri seorang muslim atau engkau menghilangkan kesulitannya atau engkau melunasi utangnya atau membebaskannya dari kelaparan.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath, no. 6029)

Jika belum bisa membantu mereka untuk meringankan rasa susah mereka, atau belum mampu menyelamatkan mereka dari rasa malas yang menimpa mereka, atau belum mampu mengingatkan mereka secara langsung tatkala mereka melalukan kesalahan, setidaknya bantulah mereka dengan doa-doa kita. Karena berdoa dalam kondisi seperti ini merupakan salah satu doa yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

دَعْوَةُ المَرْءِ المُسْلِمِ لأَخِيهِ بظَهْرِ الغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّما دَعَا لأَخِيهِ بخَيْرٍ، قالَ المَلَكُ المُوَكَّلُ بهِ: آمِينَ وَلَكَ بمِثْلٍ

“Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali ia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka malaikat yang menjaganya berkata, ‘Amin dan bagimu hal yang semisal dengan apa yang engkau minta untuk saudaramu.’” (HR. Muslim no. 2733)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga setiap pertemanan yang dilandasi oleh ketakwaan dan keimanan, pertemanan yang akan mengantarkan seseorang ke surga Allah Ta’ala. Ya Allah, berikanlah kami teman dan sahabat yang saleh, dekatkanlah kami dengan teman-teman yang saleh dan jauhkanlah kami dari teman-teman yang buruk.

Ya Allah, berilah kami keistikamahan di dalam menjalankan syariat-Mu hingga ajal menjemput kami, wafatkanlah kami dalam kondisi muslim dan beriman, dan pertemukanlah kami di surga dengan orang-orang yang saleh lagi beriman kepada-Mu.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ انصر إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنَِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/91658-pentingnya-teman-saleh-di-zaman-keterasingan.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Bertengkar dengan Diri Sendiri

Barangkali, kita sering mendengar kabar bahwa pada hari kiamat kelak, anggota tubuh akan bersaksi mengenai perbuatan tuannya semasa hidup di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS An-Nur: 24)

Penyebutan lidah, tangan, dan kaki pada ayat ini bukanlah pembatasan. Setiap anggota tubuh kita akan bersaksi pada hari akhir kelak. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu menjelaskan,

فكل جارحة تشهد عليهم بما عملته، ينطقها الذي أنطق كل شيء، فلا يمكنه الإنكار، ولقد عدل في العباد من جعل شهودهم من أنفسهم

Setiap anggota tubuh akan bersaksi atas amalan yang ia perbuat. Dzat yang membuat segalanya dapat berbicara menjadikannya bisa berbicara, sehingga ia tak mungkin bisa menolaknya. Sungguh telah berbuat adil Dzat yang mengangkat para saksi dari diri-diri mereka sendiri.” [1]

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa seluruh anggota tubuh kita sebenarnya tahu persis untuk apa mereka digunakan. Hanya saja, mereka belum diberi kuasa untuk berbicara di alam dunia. Tentunya keputusan Allah adalah yang terbaik, entah kita mengetahui hikmah dibaliknya maupun tidak. Bukan dalam rangka menyesali takdir, tulisan ini akan menjadi nasihat dalam bingkai gambaran jawab atas pertanyaan,

“Apa yang mungkin akan terjadi jika tubuh kita sudah dapat berbicara sejak saat ini?”

‘Cerewet’ menuntut haknya

Andai bisa bicara, tubuh kita mungkin akan begitu ‘cerewet’ meminta tuannya menjaga kesehatan, memberi hak-hak mereka yang selama ini terabaikan. Sebagaimana kisah Salman Al-Farisi tatkala memberi nasihat kepada Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhuma,

إِنَّ لِرَبِّكَ عليك حَقًّا، وإِنَّ لِنَفْسِكَ عليك حَقًّا، ولأهْلِكَ عليك حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ

“Sungguh Rabb-mu memiliki hak, tubuhmu memiliki hak, dan keluargamu juga memiliki hak pada dirimu. Maka berikanlah hak tersebut pada tiap pemiliknya.”

Ketika Abu Darda’ mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menceritakan hal tersebut, beliau pun bersabda,

صَدَقَ سَلْمَانُ

“Salman benar.” [2]

Andai tubuh bisa bicara, mungkin mereka menyampaikan kecemburuan pada tuannya yang begitu candu memperhatikan gadget dan internet dibanding tubuh sendiri. Mungkin mata kita akan mengeluh karena terus diminta berjaga, tak kenal istirahat kecuali jika terpaksa atau tak sengaja. Lambung kita mungkin merintih sebab kebiasaan makan tuannya yang sewenang-wenang. Di banyak tempat, mungkin ada banyak paru-paru yang mengeluh tiap kali asap beracun keluar masuk menghampiri. Mereka mengeluhkan sikap tuannya yang terus mencari pembenaran dengan dalih “merokok tak merokok ujungnya mati juga”, alibi dangkal tanpa empati terhadap kesulitan mereka.

Andai tubuh bisa bicara, mungkin seluruh anggota tubuh akan bersatu menuntut tuannya menjalankan gaya hidup sehat, karena gerah melihat tuannya yang begitu bebal mengabaikan sinyal yang mereka kirim berupa lelah, kantuk, bahkan sakit, seakan hanya angin lalu semata.

Diceramahi habis-habisan

Andai tubuh kita bisa bicara, mungkin kita akan diceramahi habis-habisan karena mereka tak terima digunakan untuk bermaksiat. Mereka mungkin heran bukan main saat melihat tuannya begitu enteng mematikan lampu kamarnya, mencari posisi nyaman yang tak terlihat manusia untuk kemudian bermaksiat.

Alhasil, mungkin mereka akan menjadi pengingat setia bahwa kita tak pernah sendirian. Kita hanya sering merasa sendirian, padahal nyatanya tubuh kita sendiri ikut menyaksikan, padahal ada malaikat yang mencatat permanen semua perbuatan. Tubuh kita mungkin akan menjadi pengingat pertama kala tuannya lupa, bahwa Allah Maha Mengetahui atas setiap gerak-geriknya.

Andai bisa bicara, mungkin ada banyak mata yang mengungkap kekecewaan pada tuannya yang candu memandang hal haram, atau ada tangan yang berjuang mencegah tuannya berzina dengan diri sendiri di pojokan kamarnya. Mungkin juga, ada kaki yang merengek mengajak tuannya pergi salat berjamaah ke masjid, dan seterusnya.

Andai tubuh ini bisa bicara, mungkin mereka akan mengeluhkan kondisinya yang semakin rusak karena maksiat harian yang terus diterjang. Sebagaimana pernyataan Ibnul Qayyim rahimahullah mengenai dampak maksiat,

وأما وهنها للبدن فإن المؤمن قوته من قلبه، وكلما قوي قلبه قوي بدنه

“Adapun dampak maksiat dalam melemahkan badan, karena sungguh orang yang beriman sumber kekuatannya dari hati. Tatkala hatinya kuat, begitu juga badannya.” [3]

Sebaliknya, ketika hati kita lemah, tubuh juga akan melemah. Dan salah satu sebab lemah bahkan rusaknya hati adalah maksiat, selaras dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa ia adalah hati.” [4]

Hal ini bukannya tanpa bukti. Sudah banyak kita saksikan pelaku maksiat yang tak berdaya di depan berbagai kecanduan yang merusak hati maupun tubuhnya.

“Self Love”

Andai tubuh ini bisa bicara, mungkin mereka akan terus mengingatkan kita untuk menjauhi berbagai tindakan melukai diri sendiri, seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

Tidak boleh melakukan sesuatu yang berbahaya dan menimbulkan bahaya bagi orang lain.” [5]

Andai bisa bicara, mungkin tubuh ini akan terus menagih janji kita yang katanya ingin mencintai diri sendiri, dengan tidak menjadi orang yang menzalimi diri sendiri sebagaimana firman-Nya,

ثُمَّ اَوۡرَثۡنَا الۡكِتٰبَ الَّذِيۡنَ اصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۚ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهٖ‌ۚ وَمِنۡهُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ‌ۚ وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَيۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ ذٰلِكَ هُوَ الۡفَضۡلُ الۡكَبِيۡرُؕ

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (QS Fatir: 32)

Maksiat itu kezaliman pada diri sendiri, karena pelakunya justru memilih menjerumuskan diri ke dalam kesengsaraan daripada mengikuti tuntunan Allah yang sebenarnya adalah untuk kebaikannya.

Tak jauh berbeda dengan sekarang

Sekali lagi, keputusan Allah atas tidak berbicaranya tubuh kita di dunia adalah takdir terbaik. Lagipula, andai tubuh kita sudah bisa bicara, situasinya mungkin tak akan jauh berbeda dengan sekarang. Siapa yang hari ini mudah menerima nasihat, dialah yang akan berterima kasih pada setiap jengkal tubuhnya atas semua nasihat yang didapat. Dan siapa yang hari enggan lagi pongah kala dinasihati, ia juga yang mungkin akan bertengkar dengan dirinya sendiri karena muak mendengar nasihat.

Ternyata, intinya bukan hanya pada seberapa banyak nasihat, siapa yang menyampaikannya, atau betapa indahnya nasihat itu, melainkan juga seberapa siap kita mengakui masalah yang ada untuk kemudian dapat menyikapinya secara bijak.

***

Penulis: Reza Mahendra

Sumber: https://muslim.or.id/91975-bertengkar-dengan-diri-sendiri.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Kisah Mualaf Mantan Pesepakbola Real Madrid Jota Peleteiro

Jota Peleteiro, seorang mantan pemain sepak bola klub Brentford dan Aston Villa telah memilih masuk Islam dan menjadi mualaf.

Pesepakbola berdarah Spanyol yang juga pernah membela Real Madrid Castilla, tim cadangan Real Madrid, masuk Islam usai terkesan dengan perlakuan sahabatnya yang berasal dari Kuwait, Faisal Buresli.

Peleteiro, yang merupakan ayah dari dua anak sang model, Jota Jr. dan Alejandro, mengambil keputusan tersebut setelah mempelajari adat istiadat dan tradisi dari keluarga temannya yang berkebangsaan Kuwait, Faisal Buresli, yang ia temui 11 tahun silam dalam sebuah acara di Amerika Serikat.

Minggu lalu, Peleteiro melakukan perjalanan ke Kuwait untuk menyelesaikan proses mualafnya. Ide tersebut mulai terlintas di benak Peleteiro setahun yang lalu ketika ia pertama kali mengunjungi Buresli, yang ia gambarkan sebagai “teman, mitra bisnis dan saudara.”

“Ini (keputusan untuk pindah agama) mulai terlintas sejak setahun yang lalu ketika pertama kali mengunjungi Buresli,” ujar Jota dilansir media lokal, Al Qabas.

Al Qabas juga membagikan sebuah video yang Jota Peleteiro mengucapkan dua kalimat syahadat dengan dituntun oleh sahabatnya, Faisal.

Kata-kata pertama Jota Peleteiro setelah masuk Islam: “Saya sangat bahagia, sangat kuat. Saya berada dalam momen terbaik dalam hidup saya.”

Jota, yang tampil mengenakan jas, menjelaskan bagaimana perlakuan dan sikap dari keluarga Faisal yang membuatnya semakin mantap untuk masuk Islam.

“Dia (ibu Faisal) memberi saya begitu banyak cinta,” ungkap Jota.

Profil Mualaf Jota Peleteiro

Jota Peleteiro bernama lengkap José Ignacio Peleteiro Ramallo. Lahir di A Pobra do Caramiñal, Provinsi A Coruña, dia adalah putra dari pasangan José Ignacio Peleteiro dan istrinya, Lupe.

Ia berasal dari keluarga kelas menengah: ayahnya bekerja di bank tabungan Caixa Galicia sebelum mengelola agen jasa keuangan dan bisnis lainnya.

Jota mengatakan bahwa ia dilatih oleh ayahnya di klub sepak bola muda pertamanya, Xuventud Aguiño, saat diwawancarai pada tahun 2017.

Pemain berposisi sebagai gelandang serang itu merupakan produk dari sistem akademi Celta Vigo, ia hanya bermain beberapa kali di tim utama klub, meskipun secara reguler tampil untuk Celta B.

Ia sempat menjalani masa peminjaman bersama Real Madrid Castilla pada tahun 2012-13 dan membantu Eibar meraih promosi ke La Liga dengan status pemain pinjaman pada musim 2013-14.

Ia kemudian menghabiskan tiga tahun bersama klub Inggris Brentford, di mana selama itu ia kembali bermain sebagai pemain pinjaman di Eibar. Pada bulan Agustus 2017, ia bergabung dengan Birmingham City dengan biaya yang memecahkan rekor klub.

Di tengah-tengah masa kontrak empat tahun, ia bergabung dengan rival lokal Aston Villa, di mana ia tidak banyak bermain, dan pergi pada Oktober 2020 untuk menghabiskan sisa musim bersama Alavés.

Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan jumlah Muslim akan tumbuh lebih dari dua kali lipat dari total populasi dunia antara tahun 2015 dan 2060 menurut penelitian dari Pew Research Center.*

HIDAYATULLAH

Benarkah Janin yang Gugur Menjadi Syafaat Bagi Orang Tuanya Kelak?

Keguguran adalah berhentinya kehamilan dengan sendirinya saat masih hamil muda (sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu). Penyebab keguguran sangat beragam pada tiap orang, misalnya akibat penyakit yang diderita ibu hamil atau akibat janin tidak berkembang secara normal. Namun, janin yang telah gugur dianggap mampu memberi syafaat bagi orang tuanya kelak.

Keguguran dapat ditandai dengan keluarnya darah dari vagina, serta nyeri atau kram di perut dan punggung bagian bawah. Dalam dunia fiqih, banyak dikenal dengan istilah as Siqtu yang bermakna anak laki-laki atau perempuan yang meninggal dalam perut ibunya sebelum waktunya dia lahir dan sudah jelas bentuknya.

Tentu menjadi hal yang menyedihkan bagi orang tua ketika mengetahui bayinya di dalam perut sudah tidak hidup lagi. Namun begitulah kehidupan, Dia yang menciptakan, Dia pula yang meniadakan. Oleh karena itu, kesabaran memiliki peran penting dalam menghadapi kondisi yang tak menentu itu. Karena Allah akan memerikan balasan kepada orang tua yang mendapatkan musibah keguguran, dengan sebaik-baik pembalasan. Dalam riwayat ibnu majah disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَدَّمَ ثَلَاثَةً مِنْ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ كَانُوا لَهُ حِصْنًا حَصِينًا مِنْ النَّارِ فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ قَدَّمْتُ اثْنَيْنِ قَالَ وَاثْنَيْنِ فَقَالَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ سَيِّدُ الْقُرَّاءِ قَدَّمْتُ وَاحِدًا قَالَ وَوَاحِدًا

Artinya: Dari Abdullah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memberikan (ditinggal mati) tiga anak laki-laki yang belum berumur baligh, maka mereka akan menjadi benteng penghalang baginya dari api neraka. ” Abu Dzar berkata, “Aku telah memberikan dua orang anak?” beliau bersabda: “Dan dua anak. ” Ubai bin Ka’b, tuannya ahli Qur’an, berkata, “Aku telah memberikan satu  anak?” beliau bersabda: “Dan satu anak. ” (HR Ibn Majah)

Dalam kitab al Majmu, Imam Nawawi berkomentar bahwa meninggalnya salah satu anak seseorang, maka akan menjadi penghalang antara dirinya dan neraka, begitu pula janin yang keguguran. Hal ini sebab terdapat keutamaan yang besar bagi setiap orang tua yang tetap berprasangka baik kepada Allah dalam saat-saat yang menyedihkan ini. Sehingga mereka menjadi syafaat bagi kedua orangtuanya.

Tapi sebaliknya Jika yang ada malah permasalahan buruk sangka pada Allah, maka pembalasan Allah berbalik menjadi penambahan dosa. Na’udzubillahi mindzalik.

BINCANG MUSLIMAH