Ahli Psikologi Islam Ungkap Penyebab Orang Termotivasi Jadi Mualaf

Pengalaman mualaf berbeda-berbeda dalam menemukan Tuhannya.

Ahli Psikologi Islam dari Universitas Gajah Mada (UGM) sekaligus Presiden Asosiasi Psikolog Muslim Internasional Bagus Riyono mengungkapkan alasan orang termotivasi masuk Islam dan menjadi mualaf. Menurut dia, orang banyak menjadi mualaf karena ada kekosongan dalam hatinya.

Dia mengatakan pengalaman mualaf berbeda-berbeda dalam menemukan Tuhannya. Namun, secara psikologi manusia itu memiliki hati nurani yang jarang dirasakan. Jika sering berkontemplasi, kata dia, maka manusia itu akan merasakan ada kekosongan di dalam hatinya.

“Kekosongan di dalam hati itu lalu membuat mereka gelisah, tapi sering teralihkan dengan aktivitas yang lainnya. Nah, mereka yang peka hati nuraninya itu akan terus mencari apa sebetulnya yang kurang dalam hatinya,” ujar Bagus saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (27/12/2023).

“Mereka mencari. Nah, begitu mereka mengenal Allah itu langsung jawabannya terasa,” ucap dia.

Baru-baru ini, menurut dia, ada sekitar 30 perempuan Australia yang memeluk Islam setelah menyaksikan tragedi kemanusiaan di Gaza, Palestina. Mereka juga terkesan dengan perlawanan Gaza terhadap Israel. Di samping itu, menurut Bagus, sebenarnya mereka masuk Islam juga karena ada kekosongan dalam hatinya.

“Ketika diminta testimoni dia bilang menyaksikan kekejaman Israel di Gaza itu mereka setiap hari menangis, tapi gak tahu kenapa. Jadi ada sesuatu yang kosong dalam hatinya itu, dan sangat gelisah karena itu,” kata dia.

Bagus mengatakan, kegelisahan itu tidak bisa dipahami dengan akal. Setelah masuk Islam, kekosongan hati mereka pun terisi dan percaya bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.

“Mereka akhirnya ketika masuk Islam, kekosongan itu terisi bahwa segala sesuatu sudah menjadi rencana Allah. Dengan keyakinan Islam itu membuat mereka jadi senang, tidak lebih tergoncang,” jelas Bagus.

Seperti diketahui, semakin banyak orang-orang yang termotivasi memeluk agama Islam, tidak hanya generasi muda tapi juga dari generasi tua, mulai dari kalangan artis hingga olahragawan. Salah satu olahragawan yang baru menjadi mualaf adalah petinju juara dunia Gervonta Davis.

Gervonta Davis membagikan kabar menjadi mualaf secara langsung melalui Instagram mantan rapper Mutah Beale. Melalui akun @mutahbeale, Gervonta Davis mengucapkan syahadat dan memeluk agama Islam pada Senin (25/12/2023).

Petinju profesional tersebut juga membaca syahadat bersama dua orang lainnya yang dipandu oleh imam masjid. “Alhamdulillah saudara kita Hasan As-Somali imam dari @gtwonmasjidofficial di Philly, memberikan syahadat kepada saudara kita tank @gervontaa selamat datang di islam akhi, semoga Allah memberikan keteguhan kalian, turut hadir saat syahadat, Abdul-Haq (Big Durk),” kata akun @mutahbeale.

KHAZANAH

Hikmah Manusia Diciptakan Bertingkat-Tingkat

Ketika menciptakan manusia, Allah Ta’ala ciptakan dalam kondisi yang berbeda-beda levelnya dan bertingkat-tingkat. Tidak hanya dalam hal rezeki, tetapi juga dalam hal keimanan, ketakwaan, ilmu, fisik, dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,

هُمْ دَرَجَٰتٌ عِندَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 163)

Dalam firman-Nya yang lain,

يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Asy-Syura: 12)

Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia memberikan perbedaan level pada hamba-Nya. Hal ini merupakan salah satu bentuk keadilan Allah. Dan semua ketetapan Allah pasti ada hikmahnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْخَبِيرُ

“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)

Ada beberapa hikmah bertingkat-tingkatnya level manusia sebagai berikut:

Pertama, agar menyadari bahwa di akhirat manusia pun tidak sama tingkatannya

Allah Ta’ala berfirman,

ٱنظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْءَاخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَٰتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

“Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isra’: 21)

Hendaknya disadari bahwa tingkatan kehidupan di akhirat jauh berbeda dibandingkan dengan dunia. Ketika dibangkitkan, manusia akan memiliki fisik yang berbeda. Bahkan, sampai di surga dan neraka pun memiliki tingkatan-tingkatan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (QS. An-Nisa’: 145)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إنَّ في الجنةِ مائةَ درجةٍ ، أعدَّها اللهُ للمجاهدين في سبيلِه ، كلُّ درجتيْنِ ما بينهما كما بين السماءِ والأرضِ ، فإذا سألتم اللهَ فسلُوهُ الفردوسَ ، فإنَّهُ أوسطُ الجنةِ ، وأعلى الجنةِ ، وفوقَه عرشُ الرحمنِ ، ومنه تَفجَّرُ أنهارُ الجنةِ

Surga itu ada 100 tingkatan, yang dipersiapkan oleh Allah untuk para mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua surga yang berdekatan sejauh jarak langit dan bumi. Dan jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus. Karena itulah surga yang paling tengah dan paling tinggi, yang di atasnya terdapat Arsy milik Ar-Rahman, darinya pula (Firdaus) bercabang sungai-sungai surga. (HR. Al-Bukhari)

Kedua, melatih syukur dan sabar

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati, kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan nikmat (kesenangan), maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan musibah (kesusahan), maka ia bersabar. Itu pun baik baginya. (HR. Muslim)

Allah Ta’ala membuat level manusia tidak sama agar mereka senantiasa bersabar dan bersyukur. Bersabar atas segala kekurangan dan kesusahannya, serta bersyukur atas kelebihan dan kenikmatan yang ia dapatkan.

Terkadang Allah berikan kesempitan kepada seorang hamba, agar ia ingat dan mau kembali kepada Allah. Sehingga ia bermunajat, berdoa, dan bertawakal kepada Allah.

Ketiga, agar saling melengkapi dan memberi manfaat

Allah Ta’ala berfirman,

وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا

“…dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.” (QS. Az-Zukhruf: 32)

Allah jadikan sebagian orang lebih kaya, lebih pintar, lebih kuat dari yang lain agar saling melengkapi dan memberi manfaat. Jika semua orang kaya dan tidak ada yang miskin, apakah masih ada yang ingin menjadi pembantu, tukang sayur keliling, tukang sampah, tukang bangunan yang bisa memberi bantuan dan manfaat kepada orang kaya? Jika semua orang ingin jadi presiden atau direktur, siapa yang menjadi rakyat atau karyawannya?

Keempat, bentuk keadilan Allah agar manusia menjadi baik dan benar

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرٌۢ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27)

Sudah menjadi hal umum bahwa kebanyakan orang kaya suka menghambur-hamburkan harta. Berbeda dengan sebagian besar orang miskin yang berusaha menjaga dan menghemat hartanya. Allah juga lebih tahu yang terbaik untuk hamba-Nya sebagaimana hadis dha’if (tetapi maknanya benar), Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إنَّ مِنْ عِبَادِى مَنْ لاَ يَصْلُحُ إِيْمَانُهُ إِلاَّ بِالغِنَى وَلَوْ أَفْقَرْتُهُ لَكَفَرَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِى مَنْ لاَ يَصْلُحُ إِيْمَانُهُ إِلاَّ الفَقْر وَلَوْ أَغْنَيْتُهُ لَكَفَرَ

Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur. (HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Auliya, 8:318 . Lihat juga Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 5: 71)

Ada sebagian manusia yang menjadi tidak beriman dan lupa bersyukur jika ia diberikan kekayaan, kesehatan, atau kelebihan lainnya. Ketika dijadikan kaya, ia lalai dari ibadah, jauh dari ketaatan dan sibuk dengan urusan dunianya. Sebaliknya, ada sebagian orang yang cocoknya menjadi orang kaya. Ketika ia miskin, malah ia akan mudah mengeluh.

Kelima, kaya dan miskin itu sama-sama ujian

Allah Ta’ala berfirman,

وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Kaya bisa menjadi istridaj (jebakan nikmat yang disegerakan di dunia), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah. (HR. Ahmad, 4: 145)

Dan miskin bisa jadi sebagai hukuman atas dosa yang diperbuat sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS. Asy-Syura: 30)

Mutiara nasihat

Bagi yang Allah berikan kelebihan dari yang lain, hendaknya tidak boleh merasa sombong dan merendahkan orang-orang yang di bawahnya. Sedangkan bagi orang yang Allah berikan kekurangan, maka hendaknya ia mengejar dengan memperbanyak amal.

أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي

Kekasihku, yakni Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan tujuh perkara padaku: 1)Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, 2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku.…” (HR. Ahmad)

Dalam sabda beliau yang lain,

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al-khalq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)

***

Penulis: Arif Muhammad N.

Sumber: https://muslim.or.id/90544-hikmah-manusia-diciptakan-bertingkat-tingkat.html
Copyright © 2023 muslim.or.id

Surat Al Waqiah Artinya Hari Kiamat, Mengapa Jadi Amalan Pembuka Pintu Rezeki?

Keutamaan dari Surat Al Waqiah adalah menarik rezeki.

Sudah sangat masyhur surat Al-Waqiah dijadikan amalan untuk membukakan pintu rezeki. Banyak Muslim mendapatkan anjuran dari para ulama agar mengamalkan Al-Waqiah ketika menghadapi kesulitan ekonomi.

Padahal Al-Waqiah memiliki arti hari kiamat. Mengapa Al-Waqiah yang memiliki arti hari kiamat bisa menjadi sangat masyhur sebagai amalan pembuka pintu rezeki?

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga bidang Ilmu Tafsir Prof Sahiron Syamsuddin mengatakan Al-Waqiah memang diamalkan banyak orang. Salah satu harapannya agar diberikan rezeki yang lebih baik dari Allah. Hal tersebut berdasarkan beberapa riwayat hadits.

Diriwayatkan dalam biografi Abdullah ibn Mas’ud, seorang sahabat besar Nabi Muhammad Saw., bahwa ketika Abdullah sakit (yang karena beliau wafat), Utsman ibn Affan menjenguknya. Lalu terjadilah dialog antara dua sahabat tersebut.

Ustman: “Apa yang engkau keluhkan?”

Abdullah: “Dosa-dosaku.”

Ustman : “Apa yang engkau harapkan?”

Abdullah: “Rahmat Tuhanku.”

Ustman: “Perlukah saya memerintah (seseorang) untuk mengundang seorang dokter untukmu?”

Abdullah: “Dokter sudah mengobatiku.”

Ustman: “Perlukah saya memerintah (seseorang) untuk memberikan sesuatu untukmu?”

Abdullah: “Saya tidak memerlukannya.”

Ustman: “Barangkali saja sesuatu itu bermanfaat bagi anak-anak perempuanmu setelah kamu nanti.”

Abdullah: “Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan atas anak-anakku? Sesungguhnya saya memerintahkan mereka membaca Surat al-Waqiah setiap malam. Sungguh saya mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa membaca Surat al-Waqiah setiap malam, maka dia tidak akan jatuh pada kemiskinan.”

Prof Sahiron mengatakan atas dasar sabda Rasulullah dalam percakapan dua sahabat tersebut, surat Al-Waqiah juga mempunyai keutamaan melapangkan rezeki. Meskipun Al-Waqiah banyak membicarakan tentang Hari Kiamat, namun sebagian ayat-ayatnya berbicara tentang kenikmatan dari Allah SWT.

“Coba perhatikan ayat 63-76, ayat-ayat tersebut membicarakan bahwa Allah itu sumber kenikmatan dan kebahagiaan,” ujar Prof Sahiron kepada Republika.co.id, Kamis (28/12/2023).

Sayyid Muhammad bin al-Alawy al-Maliki al-Hasani dalam karyanya Abwab al-Farah sebagaimana termuat di Republika.co.id menyebutkan bahwa keutamaan dari Al-Waqiah adalah menarik rezeki. Dan dalam riwayat dari Ibnu Mas’ud yang dinukilkan oleh Abu ‘Ubaidah dalam Fadhail, Ibn ad-Dharis, al-Harits bin Abi Usamah, Abu Ya’la, Ibn Mardawaih, dan al-Baihaqi dalam Sya’b al-Iman menyebutkan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi,

”Barang siapa yang membaca surah al-Waqiah tiap malam, ia tak akan terjangkit kemiskinan selamanya.”

Baca Surat Al Waqiah Arab, Latin, dan Terjemahan di sini

IQRA

Selain Bershalawat, Lakukan Dua Hal Ini untuk Mendatangkan Rezeki

Besar kecilnya rezeki seseorang tidak akan tertukar atau salah alamat.

Setiap manusia telah ditetapkan rezekinya sejak dalam kandungan hingga dia meninggal. Sehingga besar kecilnya rezeki seseorang tidak akan tertukar atau salah alamat.

Karena besar kecilnya rezeki itu sejatinya adalah karunia dari Allah yang patut kita syukuri, maka kewajiban kita sebagai hamba Allah adalah berikhtiar dan bertawakal kepada Allah.  Sudah sepatutnya kita berusaha mencari rezeki dengan jalan yang diridhai Allah.

Kita juga melakukan amalan-amalan untuk memperlancar rezeki seperti memperbanyak membaca shalawat atau sedekah. Tetapi, selain bershalawat, ternyata dengan memperbanyak membaca istighfar dan bertawakal kepada Allah pun dipercaya ampuh mendatangkan rezeki.

Amalan untuk Mendatangkan Rezeki

1. Tawakal

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Majah.

حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ ابْنِ هُبَيْرَةَ عَنْ أَبِي تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانً

Telah menceritakan kepada kami (Harmalah bin Yahya) telah menceritakan kepada kami (Abdullah bin Wahb) telah mengabarkan kepadaku (Ibnu Lahi’ah) dari (Ibnu Hubairah) dari (Abu Tamim Al Jaisyani) dia berkata: Saya mendengar (Umar) berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki terhadap burung, ia pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (Hadith Ibnu Majah).

Hadits ini bermakna jika saja orang-orang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan datangkan rezeki dengan mudah sebagaimana Allah mendatangkan rezeki untuk burung-burung agar kenyang.

Karenanya, barang siapa bertawakal kepada Allah, menyerahkan semua atas usahanya kepada Allah, maka Allah yang akan mencukupi kebutuhannya. Seperti firmannya dalam surat At Talaq:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS Ath Thalaq ayat 2-3).

2. Istighfar

Istighfar bukan hanya bacaan dzikir untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada penciptanya. Keajaiban istighfar juga ternyata mampu mendatangkan rezeki, sebagaimana tertulis dalam surat Nuh ayat 10-12

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا* يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا* وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَننِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengatakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”

Imam Al Qurthubi dalam kitabnya Tafsir Al Qurthubi menjelaskan, sesungguhnya ayat-ayat ini menjelaskan istighfar dapat menarik rezeki dan karunia Allah Swt. Istighfar juga dapat mengundang dan mendatangkan hujan yang kita butuhkan dan menyelamatkan kita dari kekeringan.

IQRA

3 Alasan Tawakal kepada Allah Jadi Kunci Membuka Rezeki

Tawakal berarti kesungguhan hati dalam bergantung secara penuh kepada Allah SWT.

Seorang Muslim yang beriman tidak perlu khawatir dengan perkara-perkara dunia, seperti rezeki. Mereka sepenuhnya telah menyerahkan urusan dunia mereka kepada Allah SWT yang telah menciptakan dunia itu sendiri.

Sebagaimana disebutkan Imam Ghazali dałam kitabnya Minhajul Abidin, “Sebenarnya rezeki itu menjadi cukup dengan tawakal. Engkau dianjurkan bertawakal kepada Allah pada sumber-sumber rezeki dan semua kebutuhan dunia.”

Menurut Imam Ghazali, tawakal berarti kesungguhan hati dalam bergantung secara penuh kepada Allah SWT untuk mendapatkan kebaikan dan menjauhkan diri dari kemudharatan duniawi dan ukhrawi.

Hal senada dikatakan Syaikh Ibnu Utsaimin, tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah dalam mengupayakan yang dicari dan menolak apa-apa yang tidak disenangi disertai percaya penuh kepada Allah dan menempuh sebab (upaya dan aktivitas yang dilakukan untuk meraih tujuan, seperti berobat agar sembuh, bekerja agar dapat rezeki dan sejenisnya yang diizinkan syariat).

Dengan kata lain, tawakal harus memenuhi dua syarat. Pertama, menyandarkan segala urusan kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Kedua, berusaha sebaik-baiknya dengan tidak melanggar syariat.

Jika sudah demikian, maka pintu rezeki akan terbuka dengan sendirinya. Karena salah satu kunci membuka pintu rezeki adalah dengan tawakal kepada Allah SWT dan tidak berburuk sangka.

Berikut ini tiga alasan sebab tawakal menjadi kunci pembuka pintu rezeki.

Alasan Tawakal Menjadi Kunci Pembuka Rezeki

1 Allah menjamin rezeki setiap makhluknya

عَنْ عُمرَ بن الخطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : لَو أَنَّكُمْ تَوكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرزُقُ الطَّيرَ ، تَغدُو خِماصاً ، وتَروحُ بِطَاناً

Dari Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi di waktu pagi dalam keadaan lapar dan kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang.”

2. Rezeki yang tidak disangka

Dengan bertawakal, Allah akan mendatangkan rezeki kepada hamba-Nya dari arah yang tidak pernah disangka-sangka.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq ayat 2-3)

3. Dengan bertawakal hati akan tenang dan rezeki akan datang

Surat At Talaq ayat 2-3 disebut juga ayat seribu dinar. Nabi Muhammad membacakan ayat ini kepada Abu Dzar.

  يَا أَبَا ذَرٍّ، لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوا بِهَا كَفَتْهُمْ”. وَقَالَ: فَجَعَلَ يَتْلُوهَا ويُرددها عَلَيَّ حَتَّى نَعَست،

Artinya: “Hai Abu Dzar, “Seandainya semua manusia mengamalkan ayat ini yakni Surat At-Talaq ayat 2-3, niscaya mereka akan diberi kecukupan. Abu Dzar melanjutkan, bahwa lalu Rasulullah membaca ayat ini berulang-ulang kepadanya hingga ia merasa mengantuk.”

Maksudnya, seandainya kaum muslimin merealisasikan taqwa dan tawakal dengan benar, urusan dunia dan agama mereka akan tercukupi. (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:497)

ISLAMDIGEST

Sholat Paling Utama di Awal Waktu, Kecuali dalam Beberapa Kondisi Berikut

Sholat 5 waktu mempunyai sejumlah keutamaan yang agung

Sholat fardhu merupakan rukun Islam ke dua dan amalan pertama kali yang akan dihisab di akhirat. Artinya, mereka yang meninggalkan sholat fardlu lima waktu akan berdosa. 

Lalu bagaimana jika seorang Muslim tersebut gemar menunda-nunda atau mengakhirkan waktu sholat? Jelas, ulama sepakat bahwa mengakhiri waktu sholat hingga ia lalai adalah dosa.

“Bila seseorang dengan lalai dan sengaja menunda-nunda pengerjaan sholat, hingga terlewat waktunya, para ulama sepakat dia telah berdosa,” kata Ustadz Ahmad Sarwat dalam bukunya Enslikopdia Fikih Indonesia 3: Sholat. 

Akan tetapi lanjut dia, Islam bukanlah agama yang memberatkan pemeluknya. Dengan kata lain, jika ada udzur yang mengharuskan menunda sholat, maka dibolehkan selama waktu sholat masih ada.

“Mengakhirkan sholat hingga ke bagian akhir dari waktunya oleh para ulama disepakati kebolehannya dan bahwa sholat masih dibenarkan untuk dikerjakan,” kata Ahmad Sarwat.

“Karena prinsipnya agama Islam diturunkan sebagai bentuk keringanan dan bukan sebagai agama yang menghukum manusia sehingga Allah SWT memberikan kelonggaran buat manusia untuk mengerjakan sholat, bukan pada waktu yang sempit dan terbatas, melainkan diberikan keluasan untuk mengerjakan sholat fardu di dalam rentang waktu yang lebar,” jelasnya lagi. Rasulullah SAW bersabada

 عن أبي مَحْذُورة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أولُ الوقت رِضْوَان الله، ووسَط الوقت رحمة   الله، وآخر الوقت عَفْو الله

“Sholat di awal waktu akan mendapat keridhaan dari Allah. Sholat di tengah waktu mendapat rahmat dari Allah. Dan sholat di akhir waktu akan mendapatkan maaf dari Allah.” (HR Ad-Daruquthuni). Namun udzur seperti apa yang membolehkan sholat di akhir waktu ini?

1. Tidak ada air

Dalam keadaan kelangkaan air untuk berwudu, tapi masih ada keyakinan dan harapan untuk mendapatkannya di akhir waktu, para ulama sepakat memfatwakan bahwa sholat lebih baik ditunda pelaksanaannya, bahkan meski sampai di bagian akhir dari waktunya.

Mazhab Asy-Syafiiyah menegaskan lebih utama menunda sholat tetapi dengan tetap berwudu menggunakan air, daripada melakukan sholat di awal waktu, tetapi hanya dengan bertayamum dengan tanah.

2. Menunggu jamaah

Meski sholat di awal waktu itu lebih utama, kenyataanya hal itu tidak bersifat mutlak. Sebab ternyata Rasulullah SAW sendiri tidak selamanya sholat di awal waktu. Ada kalanya beliau menunda sholat hingga beberapa waktu, tetapi tetap masih di dalam waktunya.

Salah satunya adalah sholat Isya yang kadang beliau mengakhirkannya, bahkan dikomentari sebagai waktu sholat yang lebih utama. 

Beliau seringkali memperlambat dimulainya sholat bila melihat jamaah belum berkumpul semuanya. 

Misalnya, dalam sholat Isya beliau seringkali menunda dimulainya sholat manakala dilihatnya para sahabat belum semua tiba di masjid.

3. Menunda sholat Zuhur

Rasulullah SAW menunda sholat saat matahari sedang panas-panasnya, sehingga ulama mengatakan hukumnya mustahab bila sedikit diundurkan.

“Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Nabi bila dingin sedang menyengat menyegerakan sholat. Tapi bila panas sedang menyengat, beliau mengundurkan sholat.” (HR Bukhari).

4. Menunda sholat maghrib

Terkadang Rasulullah menunda sholat maghrib bila sedang berbuka puasa. Padahal waktu maghrib adalah waktu yang paling pendek.

5. Menunda sholat bila makanan dihidangkan 

Sholat juga lebih utama untuk ditunda atau diakhirkan manakala makanan telah terhidang. Beliau SAW juga menganjurkan untuk menunda sholat manakala seseorang sedang menahan buang hajat.

لا صلاة بحضرة طعام ولا هو يدافعة الأخبثان

“Tidak ada sholat ketika makanan telah terhidang atau menahan kencing atau buang hajat.” (HR Muslim)

Maka mengakhirkan atau menunda pelaksanaan sholat tidak selamanya buruk, ada kalanya justru lebih baik, karena memang ada ‘illat yang mendasarinya.

Dalam format sholat berjamaah di masjid, wewenang untuk mengakhirkan pelaksanaan sholat berada sepenuhnya di tangan imam masjid. 

ISLAMDIGEST

Rambu-Rambu Allah dalam Mencari Rezeki, Apa Saja?

Bekerja adalah bentuk tanggung jawab seseorang.

Bekerja adalah sebuah keharusan bagi setap manusia. Bekerja adalah bentuk tanggung jawab seseorang untuk menghidupi diri sendiri maupun orang lain, seperti anak dan istri atau keluarga lainnya.

Oleh karena itu mayoritas orang berbondong-bondong membangun usaha agar ekonominya terjamin. Namun demikian, Islam memberikan rambu-rambu bagaimana membangun dan menjalankan usaha dalam mencari rezeki agar sesuai dengan perintah agama.

Sebab manusia dipenuhi oleh hawa nafsu yang besar sehingga Allah memberikan batasan-batasan dalam bekerja. Dalam firman Allah disebutkan:

“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa dan kamu mengetahuinya”. (QS al-Baqarah (2):188).

Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan darah, harta dan kehormatan kalian”.

Al-Harits al-Muhasibi dalam bukunya Kerja Halal Hidup Berkah menekankan bagaimana seseorang dalam bekerja untuk mencari rezeki tidak melampaui batas. Sebab melampaui batas adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah. Al-Harits menegaskan bersikap melampaui batas adalah suatu sikap tercela.

Ia mengajak kepada umat Islam agar dalam berusaha tetap mengikuti rambu-rambu yang telah diperingatkan oleh Allah dan Rasulullah. Beberapa sifat terpuji dalam berusaha, yaitu menegakkan ketaatan kepada Allah, mencari usaha yang cocok dan dibenarkan oleh Allah, dan berhenti ketika melampaui batas.

Dalam berusaha mencari rezeki, Islam juga mengajarkan beberapa amalan dzikir, sholat dan doa-doa. Tujuannya agar rezeki yang didapatkan berkah dan dimudahkan.

ISLAMDIGEST

10 Nama Surga

ADA beberapa nama Surga yang sudah disebutkan dalam Al-Quran. Ini dia:

1. Nama Surga: Darussalam (دَارُ السَّلامِ)

Allah Ta’ala berfirman,

لَهُمْ دَارُ السَّلامِ عِنْدَرَبِّهِمْوَهُوَوَلِيُّهُمْبِمَاكَانُوايَعْمَلُونَ

“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal shalih yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 127)

Sebagian ulama mengatakan, “Disebut darussalam karena surga adalah tempat yang terbebas dari hal yang kotor, hal yang membahayakan dan hal yang tidak disukai”. Pendapat yang lain mengatakan artinya Darullah, karena As-Salam adalah salah satu nama Allah.

2. Nama Surga: Jannatul Khuld (جَنَّةُ الْخُلْدِ)

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ أَذَلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءً وَمَصِيرًا

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah (adzab) seperti itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan, dan tempat kembali bagi mereka?” (QS. Al-Furqan: 15)

Disebut dengan nama ini karena penduduk surga itu kekal berada di dalam surga, tidak berpindah posisi ke tempat yang lain, dan tidak mencari cari tempat lain selain surga.

3. Nama Surga: Jannatul Ma’wa (جَنَّةُ الْمَأْوَى)

Allah Ta’ala berfirman,

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى

“(yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 14-15)

4. Nama Surga: Darul Muqamah (دَارَ الْمُقَامَةِ)

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ (٣٤) الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ (٣٥)

“Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Rabb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang dengan karunia-Nya menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga); di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu”. (QS. Fathir: 34-35)

5. Nama Surga: Jannatu ‘Adn (جَنَّاتِ عَدْنٍ)

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. Ash-Shaff: 12)

6. Nama Surga: Maq’adu Shidq (مَقْعَدِ صِدْقٍ)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (٥٤)فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ (٥٥)

“Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)

7. Nama Surga: Qadama Shidq (قَدَمَ صِدْقٍ)

Allah Ta’ala berfirman,

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ

“Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang yang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Rabb kalian.” (QS. Yunus: 2)

8. Nama Surga: Al-Maqamul Amin (مَقَامٍ أَمِينٍ)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat yang aman.” (QS. Ad-Dukhan: 51)

9. Nama Surga: Jannatun Na’im (جَنَّاتُ النَّعِيمِ)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتُ النَّعِيمِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan.” (QS. Luqman: 8)

(Referensi: Kitab Washful Jannah Karya Musthafa Al ‘Adawi, penulis: Wiwit Hardi P.)

10. Nama Surga: Jannatul firdaus

الْفِرْدَوْسُ رَبْوَةُ الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُهَا وَأَفْضَلُهَا

Firdaus adalah surga yang paling tinggi, yang paling bagus, dan yang paling afdhal. (HR. Turmudzi 3174

“Di surga itu terdapat seratus tingkatan, Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah, jarak antara keduanya seperti antara langit dan bumi. Karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Firdaus, karena sungguh dia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada Arsy Sang Maha Pengasih, dan darinya sumber sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611). []

ISLAMPOS

Ke Kajian Selfie Dulu?

SEKITAR awal tahun lalu, seseorang ngajak saja ke kajian yang baru dia gagas bersama kawan-kawannya. Malam Kamis. Nggak bisa lah saya. Sudah lebih dari 20 tahun, saya punya jadwal hadir ke kajian setiap pekan. Ya di malam Kamis. Saya tolak.

Sepekan kemudian, 2 orang karib ke rumah. Mereka berkata, “Pak B berkata sama kita-kita kalau antum itu gimana sih, nggak mau hadir ke kajian. Ilmu antum udah banyak mungkin yah…”

Hah, saya mengernyit, nggak mengerti.

Oh jadi, si Pak B itu, yang ngajak saya ke kajian yang digagas oleh dia sama teman-temannya mungkin nggak ngerti, nggak paham, atau nggak tahu soal prioritas.

Atau dia nggak percaya sama saya, alias nyangka saya bohong kalau di malam Kamis itu saya udah ada jadwal rutin kajian, nyaris separuh hidup saya. Saya jadi heran, kok gitu ya, masa teman ga percaya sama temannya, dan temannya bohong, teman macam apa saya ini?

Saya sih cuma tertawa aja kemudian sambil garuk-garuk kepala. Masa setiap kali ke kajian, saya musti foto dan unggah di medsos, “Cheeeseee…. Selfie dulu!” sebagai bukti sih?

Terus saya bilang, “Itu bukan urusan saya dia mau ngomong apa. Itu urusan dia sama dirinya sendiri hehehee….”

Saya denger-denger, bukannya kepo, karena 2 orang yang datang ke saya itu juga bilang kalau mereka udah ga pernah hadir lagi, kajian yang dia gagas sekarang udah ga jalan lagi. Sementara saya, Allah masih mengizinkan, sampai saat ini, masih diberikan jalan dan kemudahan duduk di majelis ilmu menyimak kajian pada Ustadz. Alhamdulillah.

ISLAMPOS

Tiga Amalan Spesial Menyambut Akhir Tahun

Berikut artikel tentang tiga amalan spesial menyambut akhir tahun. Tak terasa, kini kita telah berada di penghujung tahun 2023. Artinya, tak lama lagi tahun 2024 akan segera tiba, sementara tahun 2023 segera berakhir.

Momentum akhir (sekaligus pergantian awal) tahun ini biasanya disambut dengan berbagai ceremony spesial dari seluruh masyarakat dunia, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sendiri biasanya menyambut moment akhir tahun ini dengan temu kangen bersama keluarga besar, membuat pertunjukan kembang api atau sejenisnya, dan masih banyak lagi.

Selain dirayakan, momentum akhir tahun ini juga penting sekali untuk diperhatikan oleh kita sebagai umat Islam. Dalam menyambut momentum akhir tahun ini, setidaknya ada 3 amalan yang dapat kita lakukan sebagai berikut:

1. Membaca doa akhir tahun.

Dalam kitab Kanzu An-Najah wa As-Surur (halaman 298-299) karya Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus bin Abdil Qadir (w. 1335 H) -salah seorang ulama Nusantara keturunan Kudus Jawa Tengah-, terdapat keterangan lafadh do’a akhir tahun yang dapat kita baca sebagai berikut:

   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللهم  مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي السَّنَةِ الْمَاضِيَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ، وَنَسِيْتُهُ وَلَمْ تَنْسَهُ، وَحَلُمْتَ عَنِّيْ مَعَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ، وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ بَعْدَ جَرَاءَتِيْ عَلَيْكَ،اَللهم  إِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ مِنْهُ فَاغْفِرْ لِيْ.اَللهم وَمَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهِ الثَّوَابَ وَالْغُفْرَانَ فَتَقَبَّلْهُ مِنِّيْ، وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ  

Artinya: “Bismillahirrahmanirrahim. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Ya Allah, amal yang telah Aku lakukan pada tahun lalu dari sekian amal yang Engkau cegah diriku darinya, yang aku belum tobat darinya dan Engkaupun tidak meridhainya, yang telah Aku lupakan namun tidak Engkau lupakan, Engkau telah berbuat bijak kepadaku meskipun sebenarnya mampu untuk menghukumku, Engkau menyeru kepadaku untuk bertobat setelah kenekatanku (bermaksiat) kepada-Mu, ya Allah sungguh Aku memohon ampunan kepadamu dari amal itu, maka ampunilah diriku.

Ya Allah, dan amal yang telah Aku lakukan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan pahala dan ampunan atasnya, maka terimalah amal itu dariku, dan jangan engkau putus harapanku kepada-Mu, wahai Zat Yang Maha Mulia, wahai Zat Yang Paling Maha engasih dari para kekasih. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.”  

Dalam keterangan kitab ini, do’a akhir tahun tersebut dianjurkan dibaca sebanyak tiga kali. Diantara fadhilah bagi orang yang membaca do’a ini sebanyak tiga kali ialah Allah SWT membentengi dirinya dari godaan setan. Selain itu, ketika seseorang membaca do’a akhir tahun tersebut sebanyak tiga kali, setan akan berkata: “Aku lelah menyertainya sepanjang tahun dan ia menghancurkan usahaku dalam waktu sesaat saja.”

Doa yang disebutkan di atas merupakan doa akhir tahun yang dianjurkan untuk dibaca pada pergantian tahun baru Hijriyah (hari terakhir Bulan Dzulhijjah). Akan tetapi, jika ditinjau dari segi makna dan maksud do’a tersebut, intinya memohon ampunan Allah atas segala dosa selama satu tahun silam.

Di samping itu, doa ini juga memohon ridho Allah agar tak terputus dari rahmat-Nya untuk menjalani kehidupan satu tahun kedepan-, tentu tidaklah mengapa bila doa tersebut juga didawamkan ketika pergantian tahun baru Masehi, dan justru tercatat sebagai amal shalih bagi yang mengamalkannya.

2. Melakukan Muhasabah An-Nafsi (introspeksi diri)

Momentum akhir tahun merupakan saat yang tepat digunakan untuk melakukan Muhasabah An-Nafsi (introspeksi diri). Kita mesti mengevaluasi segala ucapan, tindakan, dan sikap yang telah kita lakukan selama satu tahun silam. Bila ada yang baik, kita pertahankan dan tingkatkan. Bila ada yang tidak baik, maka sudah semestinya kita berbenah diri dan bertekad menjadi lebih baik kedepannya dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik di masa mendatang.

Dengan introspeksi diri ini, kita akan tergolong sebagai pribadi yang beruntung dengan berprinsip: “hari ini lebih baik dari hari kemarin; dan hari besok harus lebih baik daripada hari ini”.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa berintrospeksi diri sebagaimana dalam QS. Al-Hasyr ayat 18 berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Hasyr [59]:18).

Dengan melakukan introspeksi diri, khususnya dalam momentum akhir tahun, sebagai manusia yang tak luput dari salah dan lupa, kita akan menemukan hal apa saja yang harus dibenahi selama satu tahun, sehingga kita dapat membuka lembaran kehidupan baru dengan menggoreskan tinta emas perubahan ke arah yang lebih baik selama satu tahun ke depan dan seterusnya.

3. Beramal shalih dan meninggalkan maksiat.

Sebagai umat Islam, menyambut atau merayakan momentum akhir tahun (sekaligus pergantian tahun baru) merupakan perkara yang diperbolehkan selama tidak disertai dengan beberapa hal yang bertentangan dengan prinsip syariah Islam, seperti mabuk-mabukan, narkoba, judi, seks bebas, dan sebagainya. ‘

Bila disertai perayaan momentum akhir tahun dengan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip syariah Islam tersebut, maka hukumnya tidak boleh dilakukan dan semestinya wajib dihindari.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam sudah semestinya dapat mengisi momentum akhir tahun dengan melakukan amal-amal shalih yang telah lazim dilakukan oleh para ulama salafus-sholihin, yang sanad keilmuan tersambung kepada Rasulullah SAW.

Berikut ini merupakan beberapa amalan yang dapat dilakukan untuk mengisi momentum akhir tahun: Pertama, berpuasa sunnah. Kedua, bersedekah kepada keluarga/kerabat terdekat dan orang lain yang membutuhkan. Ketiga, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Keempat, menggelar tasyakkuran dan do’a bersama masyarakat. Kelima, menyambung silaturahmi dengan sanak keluarga.

Demikian ulasan mengenai amalan menyambut momentum akhir tahun yang patut diperhatikan dan diamalkan oleh kita sebagai umat Islam. Semoga bermanfaat. Waallahu a’lam bish-showaab.

https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/memaknai-tahun-baru-dengan-semangat-perbaikan-diri-PPs18

BINCANG SYARIAH