Doa Ketika Hendak Berutang Agar Diberi Kemudahan

Dalam Islam, kita diperbolehkan untuk berutang atau meminjam kepada orang lain. Berutang hukumnya boleh selama kita punya keinginan kuat untuk membayarnya. Bahkan jika berutang karena Allah dan karena kita benar-benar sangat butuh, maka Allah akan membantu kita untuk melunasinya.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Ibnu Majah, Nabi Saw bersabda;

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ

Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.

Sebaliknya, jika kita berutang dan tidak punya keinginan untuk membayarnya, maka Allah akan membinasakannya. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari, Nabi Saw bersabda;

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ

Barang siapa meminjam harta manusia dan dia ingin membayarnya, maka Allah akan membayarkannya. Barang siapa yang meminjamnya dan dia tidak ingin membayarnya, maka Allah akan menghilangkan harta tersebut darinya.

Oleh karena itu, ketika kita hendak meminjam uang misalnya, agar diberi pertolongan oleh Allah, maka kita harus memiliki niat yang kuat untuk segera melunasinya. Selain itu, membaca doa berikut ketika hendak berutang;

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ تَدَايَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَمْرِيْ فَوَّضْتُ

Allohumma innii tadaayantu wa ‘alaika tawakkaltu wa ilaika amrii fawwadhtu.

Ya Allah, aku berutang dan kepada-Mu aku tawakkal, serta kepada-Mu aku menyerahkan semua urusanku.

Doa berutang ini sebagaimana disebutkan oleh Habib Zain bin Sumaith dalam kitab Al-Nujum Al-Zahirah fi Al-Azkar berikut;

واذا تداينت فتوجه بقلبك الى الله وتداين عليه يكون اداؤه عليه وقلاَللَّهُمَّ اِنِّيْ تَدَايَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَمْرِيْ فَوَّضْتُ

Jika kamu mau berutang, maka hendaknya menghadap Allah dengan hatimu dan berutanglah atas nama-Nya, maka Dia yang akan melunasinya, serta hendaklah kamu mengucapkan; Allohumma innii tadaayantu wa ‘alaika tawakkaltu wa ilaika amrii fawwadhtu.

Bahkan kita sangat dianjurkan untuk memberikan pinjaman kepada saudara kita yang sangat membutuhkan. Allah akan memberikan pahala kepada orang memberikan pinjaman kepada saudaranya yang membutuhkan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nabi Saw. bersabda;

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّة

Setiap Muslim yang memberikan pinjaman kepada Muslim lainnya sebanyak dua kali, maka pahalanya seperti orang yang bersedekah satu kali.

MOH JURIYANTO

\BINCANG SYARIAH


Jangan Pernah Lupakan yang Terpenting dalam Hidupmu!

Allah Swt Berfirman :

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ – لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ كَلَّآۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَاۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan. (QS.Al-Mu’minun:99-100)

Ayat ini ingin menggugah kesadaran kita dari hati yang terdalam. Karena pada kenyataannya, banyak dari kita yang sibuk dengan sesuatu yang tidak ada manfaatnya atau hanya memberi manfaat sesaat saja. Tak hanya tiada manfaatnya, tapi hal-hal tersebut justru mengantar kita pada kerugian dan penyesalan panjang.

Kita sering melupakan dan tidak mempedulikan sesuatu yang sebenarnya memberi manfaat yang luar biasa dalam hidup kita. Seperti misalnya kita sering lupa dengan sebab utama yang bisa mengantarkan kita pada kesuksesan dan kebahagiaan abadi di akhirat yaitu AMAL SHOLEH !

Ayat di atas menceritakan bahwa ketika manusia telah dijemput oleh ajalnya maka ia memohon dan mengemis kepada Allah agar memberi kesempatan sekali lagi agar ia bisa melakukan amal kebaikan di dunia. Tapi semua itu telah terlambat, kesempatan itu telah hilang dan tak bisa berulang.

فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ

“Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS.Al-A’raf:34)

Mari kita simak kisah berikut ini :

Dikisahkan bahwa seorang wanita miskin sedang berjalan dengan membawa anaknya dan melewati sebuah gua.

Lalu ia mendengar suara dari dalam gua tersebut, suara itu memanggil-manggil dan berkata :

“Masuklah ke dalam gua ini dan ambillah semua yang kau inginkan. Tapi jangan lupakan yang terpenting dari itu semua ! Karena setelah engkau keluar maka gua ini akan tertutup selamanya.

Manfaatkan kesempatan ini tapi waspadalah ! Jangan sampai kau melupakan yang terpenting dari itu semua !”

Ketika wanita itu masuk ke dalam perut gua tersebut, ia melihat berbagai perhiasan, permata dan emas yang begitu banyak. Ia pun terpesona dan segera memanfaatkan kesempatan ini. Ia letakkan anaknya dan mulai mengambil permata dan emas yang ada di hadapannya.

Semua kantungnya telah penuh dengan emas dan permata bahkan dadanya pun telah penuh untuk membawanya. Dia begitu bersemangat sembari membayangkan betapa indahnya hidup setelah keluar dari gua ini.

Tak lama kemudian terdengar lagi suara peringatan dari gua tersebut bahwa waktunya tinggal 60 detik dan jangan lupakan sesuatu yang terpenting !

Ia terus berusaha mengambil harta itu sebanyak-banyaknya dan ketika waktu semakin menipis, ia segera berlari keluar gua.

Setelah keluar dari gua, ia pun duduk dan hendak menghitung semua yang telah ia dapatkan. Seketika ia teringat bahwa ia melupakam anaknya dan meninggalkannya di dalam gua. Sementara gua tersebut telah tertutup untuk selamanya !

Semua yang ia dapatkan kini tiada berarti sama sekali karena ia kehilangan anak tercintanya. Dan kesedihannya tidak akan pernah hilang walau di tukar dengan semua harta yang ia dapatkan.

Begitulah dunia ! Ambillah apa yang kau inginkan dari dunia tapi jangan pernah melupakan sesuatu yang terpenting dalam hidupmu. Yaitu amal kebaikan yang akan menyelamatkanmu dan mengantarmu menuju kebahagiaan sejati. Engkau tidak pernah tau kapan pintu kesempatan akan tertutup dan engkau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk kedua kalinya.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Tafsir Alif Laam miim

الۤمّۤ ۚ

Tafsir Ringkas Kemenag

Alif Laam miim. Beberapa surah dalam Al-Qur’an dibuka dengan huruf abjad seperti Alif Laam miim, Alif Laam Raa , dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu.

Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur’an, karena Al-Qur’an disusun dari rangkaian hurufhuruf abjad yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi seperti Al-Qur’an.


Tafsir Kemenag

Alif Lam Mim. Ayat pertama surah Al-Baqarah ini terdiri dari huruf-huruf lepas. Sebagaimana pada surah-surah Makkiyah banyak yang dibuka dengan huruf-huruf lepas seperti Alif Lam Ra, Alif Lam Mim Ra, ha Mim, ta Ha, Kaf Ha Ya ‘Ain sad, dan lain-lain. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf singkatan (muqattha’ah) semuanya berjumlah 29 surah.

Selengkapnya sebagai berikut: al-Baqarah dengan Alif Lam Mim, Ali ‘Imran dimulai dengan Alif Lam Mim, al-A’raf dimulai dengan Alif Lam Mim sad, Yunus dengan Alif Lam Ra, Hud dengan Alif Lam Ra, ar-Ra’d dengan Alif Lam Mim Ra; Ibrahim dengan Alif Lam Ra; al-hijr dengan Alif Lam Ra; Maryam dengan Kaf Ha Ya ‘Ain sad; taha dengan ta ha; asy-Syu’ara’ dengan ta Sin Mim; an-Naml dengan ta Sin; al-Qasas dengan ta Sin Mim; al-‘Ankabut dengan Alif Lam Mim; ar-Rum dengan Alif Lam Mim, Luqman dengan Alif Lam Mim, as-Sajdah dengan Alif Lam Mim, Yasin dengan Ya Sin; sad dengan sad; al-Mu’min dengan ha Mim; Fussilat dengan ha Mim; asy-Syura dengan ha Mim; az-Zukhruf dengan ha Mim; ad-Dukhan dengan ha Mim; al-Jasiyah dengan ha Mim; al-Ahqaf dengan ha Mim; Qaf dengan Qaf; dan al-Qalam dengan Nun.

Huruf yang disebutkan ini berjumlah 14 huruf, yaitu setengah dari huruf hijaiyah. Huruf-huruf ini adalah huruf-huruf yang banyak terpakai dalam bahasa Arab. Huruf-huruf ini ada yang disebutkan berulang-ulang. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Al-Qur’an itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini.

Tentang soal pertama, maka para mufasir berlainan pendapat:

1.Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, “Allah saja yang mengetahui maksudnya.” Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.

2.Ada yang menafsirkannya. Mufasir yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka:

a.Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (singkatan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka Alif adalah singkatan dari “Allah”, Lam singkatan dari “Jibril”, dan Mim singkatan dari Muhammad, yang berarti bahwa Al-Qur’an itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra, Alif singkatan dari “Ana”, Lam singkatan dari “Allah” dan Ra singkatan dari “ar-Rahman”, yang berarti “Aku Allah Yang Maha Pengasih.”

b.Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.

c.Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan Alif adalah “Alif”, yang dimaksud dengan Lam, adalah “Lam”, yang dimaksud dengan Nun adalah “Nun”, dan begitu seterusnya.

d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian. Ada mufasir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh Bangsa Arab pada waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.

e. Untuk tantangan. Menurut para mufasir ini, huruf-huruf singkatan itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Al-Qur’an, hikmahnya adalah untuk “menantang”. Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf singkatan, seperti Alif, Lam Mim Ra, Kaf Ha Ya ‘Ain sad, Qaf, ta Sin dan lain-lain. Maka kalau kamu tidak percaya bahwa Al-Qur’an datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Al-Qur’an ini.

Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya” Maka ada “penantang”, yaitu Allah, dan ada “yang ditantang”, yaitu bangsa Arab, dan ada “alat penantang”, yaitu Al-Qur’an. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk beluk bahasa Arab menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu ada pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Al-Qur’an dengan membuat ayat-ayat seperti Al-Qur’an. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Al-Qur’an itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Al-Qur’an itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.

Sumber:

KEMENAG RI


Doa yang DIbaca Rasulullah agar Selamat dari Bahaya Dajjal

Rasulullah SAW senantiasa berdoa saat tasyahud akhir agar selamat dari Dajjal.

Kemunculan Dajjal merupakan peristiwa yang menakutkan bagi seluruh manusia di muka bumi, dan peristiwa tersebut akan terjadi di akhir zaman. 

Dajjal akan merajalela di muka bumi dengan menyebarkan kerusakan dimana-mana, dan meneror orang-orang beriman serta mengalihkan mereka dari keimanan kepada kekufuran.

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tak akan ada huru-hara di muka bumi ini sejak masa Adam yang lebih besar dari pada huru-hara Dajjal. Sesungguhnya setiap Nabi yang dikirim Allah akan memperingatkan ummatnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi terakhir dan kalian adalah ummat terakhir.” (HR Ibnu Majah)

Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik RA, Rasulullah bersabda, ”Tidak ada tempat yang tidak dimasuki Dajjal kecuali Makkah dan Madinah (Riwayat Muslim). 

Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Tak diragukan lagi, Nuh telah memperingatkan umatnya tentang Dajjal, tetapi aku akan menceritakan sesuatu tentang Dajjal yang tak diceritakan oleh para nabi sebelumku. Kalian harus tahu bahwa dia bermata satu dan Allah tidak bermata satu (HR al-Bukharī).

Imam Bukhari dan Muslim memperingatkan kita akan bahaya Dajjal. Dajjal, menurut Dr Yusuf Qordhowi dalam kitab Sunnah Rasul adalah sosok yang digunakan Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya pada masa-masa fitnah, untuk mengetahui siapa yang benar-benar mengikuti Rasul dan siapa yang kemudian berbalik dari mengikutinya.

Sebagaimana diceritakan sahabat Hudzaifah, di antara kemahiran tipu muslihat Dajjal adalah kemampuannya ”menyulap” kebenaran dengan kebatilan (dan sebaliknya). 

Hudzaifah mengisahkan, Dajjal keluar membawa air dan api. Yang dilihat manusia sebagai api, sebenarnya air. Sedangkan apa yang dilihat manusia sebagai air, sebenarnya adalah api. Rekayasa Dajjal semakin sempurna karena bersamanya ada dukungan materi yang melimpah. Sahabat Mughirah berkata, ”Bersamanya ada gunung roti dan sungai air.”

Melalui dua senjata utama itu (tipu muslihat dan iming-iming materi), Dajjal dikisahkan hadir di masa-masa fitnah. Sebuah masa yang tepat, sehingga Dajjal berhasil menyedot massa yang tidak sedikit, yang segera akan digiring ke dalam surganya (baca: neraka-Nya). 

Diceritakan, mayoritas pengikut Dajjal adalah mereka yang tidak memiliki furqon (kemampuan memilih antara hak dan batil). Oleh karenanya, Rasulullah SAW memberi teladan kepada kita dengan berdoa kepada Allah SWT dari fitnah Dajjal. 

Doa ini lebih sering diucapkan Rasulullah dalam tasyahud akhir menjelang salam. Yaitu sebagai berikut: 

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

 “Allahumma inni audzubika min ‘adzabi jahannama wa min adzabil qabri wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min syarri fitnatil masihid dajjal. (Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, dari fitnah kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-masikh ad-Dajjal (HR Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).  

Meski di antara kita tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan dalam wujud apa Dajjal itu akan muncul, namun seyogianya kita tetap berhati-hati.

n Ratna Ajeng Tejomukti

KHAZANAH REPUBLIKA

Ini Doa yang Dibaca Ibn Abbas Setelah Bersin

Dalam Islam, ketika kita bersin, kita dianjurkan untuk membaca hamdalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Anjuran ini berdasarkan hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw bersabda;

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan; Alhamdulillah. Sementara saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan; Yarhamukallah. Jika saudaranya berkata; Yarhamukallah, maka hendaknya dia berkata; Yahdikumullah wa yushlihu baalakum.

Selain membaca hamdalah, ada riwayat doa yang dibaca Ibn Abbas setelah bersin, sebagaimana disebutkan oleh Habib Zain bin Sumaith dalam kitab Al-Nujum Al-Zahirah fi Al-Azkar berikut;

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ مَالاً يَكْفِيْنِيْ وَبَيْتًا يَأْوِيْنِيْ وَاحْفَظْ عَلَيَّ عَقْلِيْ وَدِيْنِيْ وَاكْفِنِيْ شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنِيْ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَهْلِ بَيْتِهِ

Allaohummarzuqnii maalan yakfiini wa baitan ya’wiinii wahfadz ‘alayya ‘aqlii wa diinii wakfinii syarro man yu’dziinii. Allohumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa ahli baitihii.

Ya Allah, berilah aku rezeki harta yang cukup untukku, rumah yang meneduhiku, periharalah akal dan agamaku, dan cukupkan aku dari keburukan orang yang menyakitiku. Ya Allah, berilah rahmat dan keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya.

MOH JURIYANTO

Haruskah Muslim Takut Hadapi Datangnya Hari Kiamat

Hari Kiamat akan dilewati setiap orang tak terkecuali Muslim.

Kondisi ketakutan berlebih akan terjadinya bencana justru mengindikasikan bahwa orang itu mengalami gangguan pada kejiwaannya.

Lebih dari itu, juga menandakan lemahnya keimanan terhadap kekuasaan Allah SWT. Padahal setiap kejadian yang menimpa makhluk telah digariskan Allah. 

مَاأَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu,” (QS At-Taghabun ayat 11).  

Orang yang mengalami ketakutan berlebih akan terjadinya bencana bahkan dapat berperilaku abnormal dengan menyiapkan berbagai hal secara berlebihan agar selamat dari bencana.  

Bagi umat Islam, informasi tentang kejadian-kejadian maha dahsyat sudah diberitahukan baik dalam Alquran maupun hadits. Termasuk yakni peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya atau yang hari kiamat. Bahkan meyakini akan datangnya hari kiamat adalah wajib bagi seorang mukmin.  

Tetapi informasi tentang kiamat tidak lantas membuat seorang Muslim dihantui ketakutan menjalani hidup. Melainkan sebagai pengingat untuk senantiasa memeperbanyak amal saleh dan meningkatkan ketakwaan. 

Sebab sejatinya tak akan ada satu makhluk pun yang akan lolos dari kematian. Sedangkan hanya orang-orang yang beriman, bertakwa dan beramal saleh yang akan dapat selamat dari kehidupan yang kekal setelah kematian.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan,” (QS Al Ankabut: 57).  

Informasi tentang potensi gempa dan tsunami seperti yang diungkapkan dalam hasil riset baru-baru ini lebih baik disikapi dengan sudut pandang positif dan optimis, yakni menjadi pemantik untuk meningkatkan literasi tentang ilmu bumi serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam melakukan mitigasi bencana alam. 

Di samping itu pada sisi spiritual, menambah keimanan sehingga mendorong untuk terus melakukan amal saleh dan mencegah kemungkaran. Sebab bisa jadi datangnya sebuah bencana dikarenakan kezaliman yang terus berlangsung dan kelalaian akan perintah Allah SWTL   

“Sesungguhnya manusia apabila melihat kezaliman dan tidak berusaha mencegahnya maka akan dikhawatirkan Allah akan meratakan azabnya,” (HR. Abu Daud). Selain itu melakukan tobat dari segala dosa dengan senatiasa beristighfar. وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan, tidaklah pula akan menghukum mereka sedangkan mereka masih memohon ampunan,” (QS Al-Anfal; 33).

KHAZANAH REPUBLIKA

7 Keutamaan Membaca Alquran Menurut Dalil Terlengkap

Allah memuliakan ummat ini dengan islam, Allah menurunkan al-Quran al-karim kepada Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wa sallam, dan termasuk dari keistimewaan al-Quran adalah tidak ada kebatilan yang terdapat padanya, tidak dari depan maupun dari belakang, dia adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang terang menerangi kehidupan seorang muslim, jalan hidayah bagi manusia yang mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik kepada cahaya tauhid.

Al-quran mengumpulkan kisah-kisah ummat terdahulu bersama nabi-nabi mereka, sebagaimana terkandung di dalamnya penjelasan hukum-hukum syariat, penjelasan tentang halal haram, aturan yang mengatur kehidupan manusia, maka al-Quran adalah sebuah pedoman hidup dan jalan yang lurus bagi manusia, al-Quran tidak menjadikan orang malas untuk mendengar dan membacanya, bahkan perasaan terasa indah dan manis ketika mendengar al-Quran, ini berlaku tidak hanya bagi manusia, bahkan golongan jin pun menikmati bacaan al-Quran, sampai-sampai kemudian mereka mengimaninya dan pulang ke tempat asal mereka dengan memberi peringatan, Allah berfirman:

قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَقَالُوٓا۟ إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا *يَهْدِىٓ إِلَى ٱلرُّشْدِ فَـَٔامَنَّا بِهِۦ ۖ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدًا

“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami”.
(QS Al-jin :1-2)

Juga dalam firman yang lain:

وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ ٱلْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓا۟ أَنصِتُوا۟ ۖ فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوْا۟ إِلَىٰ قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan”.
(QS Al-Ahqaf: 29)

Termasuk hal penting yang perlu kita tahu, bahwa Allah ta’ala telah berjanji untuk menjaga al-Quran dari hilang dan penyimpangan, sesuai dengan firman-Nya subhanahu wa ta’ala:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
(QS Al-Hijr :9)

Dan Allah ta’ala telah menjadikan sebab-sebab terjaganya al-Quran, Allah turunkan al-Quran di tengah ummat yang kebiasaannya menghafal, mereka dimotivasi untuk menghafal dan membacanya, senantiasa mempelajari dan mengajarkannya, bahkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan betapa besar keutamaan al-Quran, dan tingginya kedudukan di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang mempelajarinya, selain itu al-Quran pun bisa menjadi sebab seseorang masuk surga Allah ta’ala.

Dari penjelasan global di atas, kita tahu betapa mulia dan agungnya al-Quran, dan untuk mengetahui sedikit lebih detail tentang fadhilah bagi para ahlul Quran dan pembacanya, berikut coba kami bawakan beberapa dalil yang berkaitan dengan keutamaan membaca al-Quran, semoga dengannya bisa lebih memotivasi kita untuk banyak membaca al-Quran:

1. Pahala yang berlipat ganda.

Telah valid dalam hadist bahwa Allah melipatgandakan pahala membaca al-Quran dari hadist Abdullah bin mas’ud rodiyallahu anhu bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

2. Pembaca al-Quran yang mahir akan bersama malaikat yang terhormat

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala”.
(H.R Muslim no:798)

3. Mendapatkan syafaat di hari kiamat

Dalam hadist dijelaskan bahwa membaca al-Quran adalah salah satu sebab seseorang mendapatkan syafaat di hari kiamat, dari sahabat Abu Umamah al-Bahili rodiyallahu anhu dari Rasul sallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda:

اقْرَؤُوا القُرْآنَ فإنَّه يَأْتي يَومَ القِيامَةِ شَفِيعًا لأَصْحابِهِ

“Bacalah oleh kalian al-Quran, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberikan syafaat bagi para pembacanya”.
(H.R Muslim no:804)

4. Allah mengangkat derajat para ahli al-Quran di dunia

Para pembaca al-Quran, ahli al-Quran akan diangkat derajatnya di dunia terlebih di akhirat, sebagaimana disebutkan dalam hadist berikut, bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda :

إنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بهذا الكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ به آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat sebagian kaum karena sebab al-Quran ini dan akan merendahkan dengannya sebagian kaum yang lain”.
(H.R Muslim no:817)

5. Mendapat derajat yang tinggi di surga

Surga mempunyai beberapa tingkatan derajat, dan para ahli al-Quran akan menempati derajat surga sesuai dengan ayat terakhir yang ia baca, ini sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh Rasul sallallahu alaihi wa sallam:

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
(H.R Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzino. 2914)

6. Memiliki kedudukan khusus di sisi Allah ta’ala

Ini sebagaimana juga dijelaskan dalam hadist Nabi sallallahu alaihi wa sallam dari sahabat Anas bin malik rodiyallahu anhu:

إِنَّ للهِ أهلِينَ مِنَ الناسِ قالوا: من هُمْ يا رسولَ اللهِ؟ قال أهلُ القرآنِ هُمْ أهلُ اللهِ وخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah memiliki orang khusus (Ahliyyin) dari kalangan manusia. Mereka (para shahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah siapakah mereka?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah Ahlu Al-Qur’an, Ahlullah dan orang khusus-Nya.”

(H.R Ibnu Majah, no 215 dan Ahmad, no. 11870)

7. Dijauhkan menjadi orang yang lalai mengingat Allah

Telah datang penjelasan dari Rasul sallallahu alaihi wa sallam bahwa pembacaan al-Quran bisa menjadikan seorang hamba senantiasa ingat dengan Allah ta’ala dan menghindarkannya dari sifat lalai, seperti dalam sabda Beliau:

مَن قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ فِي لَيلَةٍ لَم يُكتَبْ مِنَ الغَافِلِينَ

“Barangsiapa membaca sepuluh ayat pada malam hari, maka dia tidak termasuk orang-orang yang lalai.”
(HR. Hakim dalam kitab Al-Mustadrak, 1/742, dishahihkan oleh Al-Alabny dalam Shahih At-Targhib, 2/81)

Demikian sedikit kutipan hadist-hadist Nabi sallallahu alaihi wa sallam yang bisa kami bawakan, semoga semakin menambah motivasi dan semangat kita untuk meraih fadhilah dan keutamaan al-Quran, mengimaninya, menghafalnya dan mengamalkan isinya, sehingga bisa menjadi penerang kehidupan dunia kita, dan menuntun kita kepada kebahagiaan kehidupan akhirat.

Wallahu a’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله

BIMBINGAN ISLAM

Kandungan Ayat dan Huruf dalam Al-Quran

Ikhwatal Iman Ahabbakumullah, saudara saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla..

Sudah menjadi hal yang lazim bagi seorang mukmin dalam membuktikan cintanya pada Allah, serta keyakinannya terhadap Hari Akhir dengan membaca Al-Quran. Sebab membaca Al-Quran berarti berinteraksi dengan KalamNya, yakni membaca kabar, perintah, dan juga laranganNya. Rosululloh sholAllahu ‘alaihi wasallam memberikan perumpamaan kepada kita tentang orang yang membaca dan yang tidak membaca Al-Quran seperti buah yang enak dan tidak enak, baik itu rasa ataupun aromanya. Beliau bersabda,

الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ

“Permisalan orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan aromanya enak.
Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma.
Orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan roihaanah, aromanya enak namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan hanzholah, rasanya pahit dan aromanya tidak enak”
[HR Bukhori 5059]

Belum lagi kabar dari Beliau tentang syafa’at yang berbanding lurus dengan para pembaca Al-Quran kelak di akhirat,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti”
[HR Muslim 1337]

Sungguh, melimpahnya fadhilah membaca Al-Quran ini sejalan dengan apa yang Allah kabarkan sendiri dalam firmanNya, yakni perniagaan yang tiada pernah merugi

الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

“Sejatinya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat serta menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”
(QS Fathir 29)

Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan ayat diatas menukilkan perkataan Qotadah,

قال قتادة رحمه الله : كان مُطَرف، رحمه الله، إذا قرأ هذه الآية يقول: هذه آية القراء

‘Qatadah rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdulloh jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran”’
(Tafsir Al Quran Al Azhim VI/545)

Lalu muncul pertanyaan; orang-orang yang gemar membaca Al-Quran itu (termasuk kita Insya Allah) apakah tahu berapa banyak kandungan ayat dan huruf di dalam Al-Quran?
Hal ini sering ditanyakan karena terkait dengan Hadits Ibnu Mas’ud rodhiAllahu ‘anhu yang menjelaskan bahwa 1 ayat Alif Laam Mim tidak dihitung 1 huruf tapi 3 huruf,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf”
[HR Tirmidzi 2835]

Jika 1 ayat pendek di awal surat Al-Baqoroh dihitung 3 huruf berarti ada 30 pahala yang didapatkan pembacanya, lalu bagaimana jika membaca semua huruf dalam Al-Quran alias mengkhatamkannya?

Tentang jumlah ayat dan huruf dalam Al-Quran Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya menyebutkan beberapa pendapat, dan beliau menegaskan bahwa jumlah ayat Al-Quran tidak kurang dari 6000 ayat. Adapun angka selebihnya adalah perkara yang diperselisihkan. Beliau mengatakan,

فأما عدد آيات القرآن فستة آلاف آية، ثم اختلف فيما زاد على ذلك على أقوال، فمنهم من لم يزد على ذلك، ومنهم من قال: ومائتا آية وأربع آيات، وقيل: وأربع عشرة آية، وقيل: ومائتان وتسع عشرة، وقيل: ومائتان وخمس وعشرون آية، وست وعشرون آية، وقيل: ومائتا آية، وست وثلاثون آية. حكى ذلك أبو عمرو الداني في كتاب البيان

“Berkenaan jumlah ayat dalam Al-Quran, ada 6000 ayat. Lalu ada silang pendapat dikalangan para ulama tentang kelebihan dari jumlah tersebut (6000). Diantara mereka ada yang berpendapat tidak lebih dari jumlah itu. Ada yang mengatakan 6204 ayat. Ada yang mengatakan 6014 ayat. Ada juga yang mengatakan 6219 ayat. Ada yang mengatakan 6225 atau 6226 ayat. Dan ada yang mengatakan 6236 ayat, pendapat ini disampaikan oleh Abu Amr Ad-Daani dalam Kitab Al-Bayan”
(Tafsir Ibn Katsir 1/98).

Tentu saja inilah yang harus kita yakini, bahwa jumlah ayat yang ada dalam Al-Quran sekitar 6000an ayat, atau jika dinisbatkan pada pendapat Abu Amr Ad-Daani maka jumlahnya 6236 ayat. Berbeda jauh dengan apa yang diyakini orang-orang Syi’ah bahwa Al-Quran sampai memiliki puluhan ribu ayat, sebagaimana disebutkan oleh Al-Kulainiy dalam kitabnya Al-Kaafi,

عن هشام بن سالم ، عن أبي عبد الله عليه السلام قال:
إن القرآن الذي جاء به جبرئيل عليه السلام إلى محمد صلى الله عليه وآله سبعة عشر ألف آية

Dari Hisyam bin Salim dari Abu Abdillah ‘alaihissalam ia berkata, “Sejatinya Al-Quran yang dibawa Jibril kepada Muhammad sholAllahu ‘alaihi wasallam terdiri dari 17.000 ayat”
(Al-Kaafi Lil-Kulainiy II/634)

Adapun jumlah huruf dan kata, Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan beberapa keterangan dari kalangan tabiin,

وأما كلماته، فقال الفضل بن شاذان، عن عطاءِ بن يسار: سبع وسبعون ألف كلمة وأربعمائة وتسع وثلاثون كلمة. وأما حروفُه، فقال عبد الله بن كثير، عن مجاهد: هذا ما أحصينا من القرآن وهو ثلاثُمائِة ألفِ حرف وواحدٌ وعشرون ألفَ حَرْفٍ ومائَةٌ وثمانونَ حرفًا.

‘Berkenaan jumlah kata dalam Al-Quran, Fadhl bin Syadan meriwayatkan dari Atha’ bin Yasar, beliau mengatakan: “77439 jumlah kata”. Sedangkan jumlah hurufnya, diriwayatkan oleh Abdullah bin Katsir dari Mujahid, beliau mengatakan, “Inilah yang kami hitung (jumlah huruf) dari Al-Quran, yakni 321.180 huruf”
(Tafsir Ibn Katsir, 1/98).

Jadi tinggal hitung saja berapa pahala yang didapat ketika membaca semua huruf dalam Al-Quran.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Dan semoga Allah mudahkan kita semua berserta anggota keluarga untuk menjadi Ahlul Quran.

Wallahu A’lam Bisshowab.

Ditulis oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Sabtu, 15 Shafar 1441 H/ 03 Oktober 2020 M

BIMBINGAN ISLAM

5 Faktor Penghapus Pahala Ibadah yang Kita Lakukan

Terdapat lima faktor yang bisa menghapus pahala ibadah umat Islam.

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW selalu menyerukan umat Muslim untuk berbuat baik dan menambah pahala. Namun selayaknya manusia, hilaf dan kesalahan merupakan hal yang tak bisa dihindarkan dari kehidupan.  

Dari semua tindakan atau kekhilafan yang dilakukan manusia, ada beberapa hal yang bila dilakukan dapat menghapus pahala atau amal-amal yang telah dikumpulkan. Setidaknya, ada lima perbuatan yang perlu diperhatikan dan menjadi kewaspadaan umat.

1. Syirik besar atau kafir 

Perbuatan pertama yang dapat menghapus pahala adalah syirik besar atau kafir. Syirik besar merupakan perbuatan yang mengambil tandingan selain Allah SWT dan menyamakannya dengan Sang Pencipta.

Beberapa contoh perbuatan syirik besar adalah bernadzar pada selain Allah SWT, thawaf keliling kubur dan berdoa meminta pada penghuni kubur. Selain itu, meminta perlindungan pada selain Allah, dan bertawakkal padanya merupakan contoh kafir.

Kesyirikan besar merupakan bentuk kezaliman besar dan penghinaan terhadap Allah SWT. Dengan melakukan hal tersebut, sama artinya menyamakan derajat Allah dan makhluk-Nya.

Balasan yang setimpal dengan perilaku ini adalah terhapusnya semua pahala amalan kebaikan. Selain itu, Allah SWT tidak akan memberikan ampun bila seorang manusia mati dalam keadaan berbuat syirik dan belum bertaubat darinya. Hal ini disampaikan dalam Alquran, QS Al-An’am ayat 88: :

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”

Penghapus pahala dosa berkaitan dengan persoalan hati dan lisan

2. Syirik kecil atau Riya

Perbuatan berikutnya yang dapat menghapus pahala adalah syirik kecil atau riya. Riya artinya memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Perbuatan ini pasti menghapus amalan yang telah dilakukan karena tujuannya yang tidak tulus, ingin dipuji oleh orang yang melihat atau mendengarnya.  

Ustadz Abuya Masnur sebelumnya pernah menyebut, riya’ dalam Bahasa Arab adalah arriya, berasal dari kata kerja ‘raa’ yang bermakna memperlihatkan. Dengan memperlihatkan amalan kita pada orang lain, amal akan menjadi sia-sia.Allah SWT pernah berfirman dalam HR Muslim:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.”

3. Ujub, membangga-banggakan amal

Perilaku bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan merupakan hal yang baik dan ciri Muslim yang bertakwa. Namun, batas antara bersyukur dan ujub atau membanggakan amal di luar batas sangat tipis.

Syukur yang tak terukur, bisa berubah menjadi ujub yang merasuk ke dalam hati, dan puncaknya adalah takabbur. Perbuatan ini dapat mengundang benih-benih keburukan dalam hati seorang umat.

Ujub merupakan perilaku mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan diri karena merasa memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Perbuatan seperti ini jelas tidak baik dan dapat menghapus pahala seseorang.

Ibnul Mubarak pernah berkata, “Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub.” Syekh Ibnu Al Utsaimin juga pernah mengungkapkan, ujub itu dapat membatalkan amal.

“Kelompok yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memiliki tahqiq (kesungguhan) dalam pokok iman kepada takdir. Mereka melakukan ibadah sekadar yang mereka lakukan. Namun mereka kita sungguh-sungguh dalam ber-isti’anah kepada Allah dan tidak bersabar dalam menjalankan hukum-hukum Allah yang kauwni maupun syar’i. Sehingga dalam beramal mereka pun malas dan lemah, yang terkadang membuat mereka terhalang dari beramal dan menghalangi kesempurnaan amal mereka. Dan membuat mereka ujub dan sombong setelah beramal yang terkadang bisa menjadi sebab amalan mereka hangus dan terhapus.” ujarnya dikutip di Majmu’ Fatawa war Rasail, 4/250.

Nabi Muhammad SAW pun pernah mengungkit perihal ujub ini. Dalam HR Thabrani dituliskan: 

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“”Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri.” 

Allah SWT akan menghapus pahala ibadah dan menjadikannya sia-sia

4. Mengungkit amalan

Ketika seorang Muslim melakukan ibadah atau perbuatan baik dalam hidup, ikhlas merupakan pondasi yang harus terus dimiliki. Rasa ikhlas juga harus dijaga ketika sedang berinfak atau bersedekah. 

Dalam QS Al-Baqarah ayat 262, Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allâh, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Robb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” 

Untuk menjaga rasa ikhlas itu, Allah SWT lantas melarang seseorang untuk mengungkit-ungkit amalan yang telah ia lakukan. Dalam QS Al-Baqarah ayat 264, Allah SWT mengingatkan agar seorang Muslim tidak mengumbar-umbar amalan baik yang dia lakukan atau pahala yang ia dapatkan sebelumnya akan hilang.

Di ayat tersebut dituliskan: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian”.

5. Menyakiti perasaan seseorang

Menyakiti perasaan seseorang bisa menjadi salah satu faktor hilangnya pahala seorang Muslim. Hal ini juga disampaikan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 264 di atas.

Selain itu, dalam QS AL-Baqarah ayat 263 disebutkan tentang perbuatan yang lebih baik dari sedekah adalah perkataan yang baik atau memberi maaf. Lengkapnya surat tersebut berbunyi :

قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti.” 

Dalam HR Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah bersabda: 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ:…  إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ.

“Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara batil/zalim), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka”.


KHAZANAH REPUBLIKA

Mengapa Harus Hijrah? Ini Kisah Nabi Muhammad SAW

Ketika berbagai cobaan dan ujian silih berganti dialami umat Islam, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Perihal tempat untuk hijrah ini, Allah SWT telah memberitahukan Rasulullah.

Dalam buku berjudul Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Martin Lings mengungkapkan, Nabi SAW sudah mengetahui bahwa Yastrib adalah lahan subur di antara dua jalur batu-batu hitam yang beliau lihat dalam mimpinya. Beliau juga tahu bahwa tibalah waktunya untuk hijrah.

Sementara itu, Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran menuliskan, Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” (Shahih Muslim: 2272).

Rasul pun memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Adapun Rasul SAW, rencananya akan menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Sebab, Rasul mengetahui, yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri beliau, dan bukan kaum Muslimin.

Kaum Quraisy pun menyiapkan strategi untuk melakukan penangkapan terhadap Rasul SAW. Namun, rencana kaum Quraisy ini diketahui oleh Nabi SAW. Saat itu, Rasulullah sendiri memang masih tinggal di Makkah dan kaum Muslim sudah tidak ada lagi yang tinggal, kecuali sebagian kecil. Sambil menunggu perintah Allah SWT untuk berhijrah, Nabi SAW menemui Abu Bakar dan memberitahukannya untuk bersiap hijrah ke Madinah.

“Dan, katakanlah, Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.”(Al-Isra [17]: 80).

Di sinilah, sebagaimana dipaparkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya demi kebenaran, keyakinan, dan keimanan.

Untuk mengelabui kaum Quraisy, Rasulullah memutuskan akan menempuh jalan lain (rute yang berbeda) dari jalur yang biasa digunakan penduduk Makkah untuk menuju Madinah. Rasulullah SAW memutuskan akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.

Padahal, Abu Bakar sudah menyiapkan dua ekor unta sebagai kendaraan yang akan dipergunakan Nabi SAW pada saat berhijrah. Hijrah ini dilakukan semata-mata untuk menyelamatkan dakwah dan akidah Islam serta kaum Muslimin.

Rute yang ditempuh Rasul itu adalah setelah keluar dari rumah beliau, jalan yang ditempuh adalah Gua Tsur, berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah. Sedangkan Madinah berada di sebelah utara Makkah. Langkah ini diambil untuk mengelabui kafir Quraisy. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari.

Selanjutnya, beliau mengambil jalur ke arah barat menuju Hudaibiyah, arah sebelah timur desa Sarat. Kemudian, menuju arah Madinah dan berhenti di sebuah kawasan di al-Jumum dekat wilayah Usfan. Lalu, bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan Ummul Ma’bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah.

Selanjutnya, beliau menuju Thanniyat al-Murrah, Mulijah Laqaf, Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir, hingga tiba di Dzu Salam. Di sini, beliau memutar ke arah barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan berhenti di daerah Quba. Di sinilah beliau mendirikan Masjid Quba, yaitu Masjid pertama yang didirikan Rasul SAW.

Setelah dari Quba, atau sekitar satu kilometer dari Quba, beliau bersama umat Islam lainnya, melaksanakan shalat Jumat. Untuk memperingati peristiwa itu, dibangunlah masjid di lokasi ini dengan nama Masjid Jumat. Setelah itu, barulah Rasul SAW menuju Madinah.

KHAZANAH REPUBLIKA