Puasa Syawal hukumnya adalah sunah. Dalam hadis Nabi terdapat pelbagai penjelasan terkait keutamaan puasa enam Syawal. Salah satunya hadis riwayat Imam Muslim. Nabi bersabda;
عن أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya; Dari Sahabat Nabi, Musa al Anshari Semoga Allah senantiasa meridhainya, Rasullulah SAW bersabda; “barang siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti pahala berpuasa selama satu tahun” (HR. Muslim).
Lantas bagaimana hukum puasa Syawal tapi lupa niat di malam hari, apakah sah? Sebelum melangkah lebih jauh, penting sekiranya menjelaskan terlebih dahulu bahwa status puasa Syawal. Nah menurut ulama puasa Syawal hukumnya sunah, bukan wajib.
Kemudian yang paling penting, terdapat perbedaan antara puasa sunah dan wajib, terutama dalam masalah niat. Puasa sunah memiliki kekhususan tersendiri dalam tata cara niat. Dalam puasa sunah, jika niatnya dilakukannya setelah Subuh—siang hari—, puasanya tetap sah.
Pendapat sahnya puasa sunah meski niatnya di siang hari diungkapkan oleh Ibn Qudamah dalam kitab al Mughni. Menurut Ibn Qudamah puasa sunah tetap sah meski niatnya setelah subuh. Pasalnya, ini merupakan keringanan dalam puasa sunah. Berikut kutipan dalam kitab al Mughni, Jilid III, halaman 114;
أَنَّ صَوْمَ التَّطَوُّعِ يَجُوزُ بِنِيَّةٍ مِنْ النَّهَارِ، عِنْدَ إمَامِنَا، وَأَبِي حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيِّ. وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، وَأَبِي طَلْحَةَ وَابْنِ مَسْعُودٍ، وَحُذَيْفَةَ، وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، وَالنَّخَعِيِّ، وَأَصْحَابِ الرَّأْيِ
Artinya; Sesungguhnya puasa sunah boleh hukumnya niatnya ketika siang hari. Pendapat ini diungkapkan oleh ulama dari dikalangan mazhab Maliki, Syafi’i, dan Abu Hanifah. Dan ini berasal dari riwayat Abi Darda, Abi Thalhah, Ibn Mas’ud, Said bin Musaib, Sa’id bin Jubeir, dan Nakhai, dan sahabat lain.
Di sisi lain, Imam Nawawi dalam kitab al Majmu’ Syarah al Muhadzab, Jilid VI, pada Bab Puasa mengatakan bahwa sah hukumnya puasa sunah meski niatnya di siang hari. Tapi dengan catatan, niat itu diungkapkan sebelum matahari terkelincir— sebelum masuk waktu shalat zuhur.
ذَكَرْنَا أَنَّ مَذْهَبَنَا صِحَّتُهُ بِنِيَّةٍ قَبْلَ الزَّوَالِ وَبِهِ قَالَ علي ابن أَبِي طَالِبٍ وَابْنُ مَسْعُودٍ وَحُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ وَطَلْحَةُ وَأَبُو أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيُّ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَأَبُو حَنِيفَةَ وَأَحْمَدُ وَآخَرُونَ
Artinya; Kami menyebutkan, berdasarkan pendapat mazhab Syafi’i, bahwa puasa sunat sah dengan menetapkan niat sebelum tergelincirnya matahari di hari tersebut. Argumen ini merupakan pendapat dari Ali ibn Abi Thalib, Ibn Mas’ud, Huzaifah Ibn Al-yamani, Thalhah, Abu Ayub, Ibn Abbas, Abu Hanifah, Ahmad dan sahabat dan ulama ulama lain. (al Majmu’ Syarah al Muhadzab, Jilid VI, halaman 302).
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah yang bersumber dari Aisyah Semoga Allah meridhainya. Dalam hadis tersebut termaktub dalil bolehnya melakukan niat puasa sunnah setelah siang hari. Puasa itu tetap sah. Nabi bersabda;
قالَ لي رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: ذَاتَ يَومٍ يا عَائِشَةُ، هلْ عِنْدَكُمْ شيءٌ؟ قالَتْ: فَقُلتُ: يا رَسولَ اللهِ، ما عِنْدَنَا شيءٌ قالَ: فإنِّي صَائِمٌ قالَتْ: فَخَرَجَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فَأُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ، أَوْ جَاءَنَا زَوْرٌ، قالَتْ: فَلَمَّا رَجَعَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ قُلتُ: يا رَسولَ اللهِ، أُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ، أَوْ جَاءَنَا زَوْرٌ، وَقَدْ خَبَأْتُ لكَ شيئًا، قالَ: ما هُوَ؟ قُلتُ: حَيْسٌ، قالَ: هَاتِيهِ فَجِئْتُ به فأكَلَ، ثُمَّ قالَ: قدْ كُنْتُ أَصْبَحْتُ صَائِمًا
Artinya; Rasulullah Saw. berkata kepadaku suatu hari, “Wahai ‘Aisyah, kamu punya sesuatu (untuk dimakan)?”, Saya (‘Aisyah) berkata: “Tidak ada wahai Rasul”. Rasulullah Saw. kemudian bersabda: “Kalau begitu hari ini saya puasa!”.
Di dalam riwayat lain ibunda ‘Aisyah Ra. meneruskan ceritanya: ‘Aisyh berkata: “Rasulullah Saw. kemudian keluar. Kemudian, kami diberikan hadiah (sejenis berkat). Aisyah Ra.: Kemudian, ketika Rasulullah Saw. kembali ke rumah, aku berkata, “Wahai Rasulullah Saw. suamiku, kita diberikan hadiah. Dan, sudah saya simpan sebagian untukmu !” Rasulullah Saw. berkata: “Apa isinya?” Aku (Aisyah’ Ra.) berkata: “kurma yang dicampur dengan minyak zaitun dan gandum (hayyis). Rasulullah Saw. berkata: “bawa sini (wahai ‘Aisyah) !. Aisyah lalu mengeluarkan hadiah tadi, dan Rasulullah Saw. memakannya. Kemudian, beliau berkata, “Loh, tadi pagi kan saya sudah (niat) puasa !”
Dari penjelasan ini dapat diterik kesimpulan bahwa puasa sunah tetap sah meski niatnya dilakukan siang hari. Begitu pun puasa Syawal, tetap sah meski lupa niat pada malam harinya. Tetapi dengan catatan dari Imam Nawawi, niat itu dilakukan sebelum matahari terkelincir.
Demikian penjelasan terkait puasa Syawal tapi lupa niat di malam hari, apakah sah? Semoga bermanfaat.