Segeralah Tunduk Bersujud

Membaca surah as-Sajdah Anda akan menemukan ayat tentang kematian:Qul yatawffaakum malakul mautil ladzii wukkila bikum tsumma ilaa rabbikum turja’uun (Katakanlah, malaikat maut yang ditugaskan untuk mencabut nyawa akan me matikanmu.Kemudian hanya ke pa da Tuhanmulah kamu akan dikembalikan). (QS as-Sajdah: 11).

Ayat ini memberikan triger agar kita sebagai hamba Allah, bersungguh-sungguh tunduk dan sujud kepada-Nya. Sebab, hanya dengan mengingat mati semua keterlenaan dengan dunia akan terempaskan.

Kematian pasti datang, tanpa seorang pun yang tahu. Ia menjemput siapa saja sesuai dengan ketentuan-Nya secara tiba-tiba, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, miskin maupun kaya, sedih maupun senang. Tugas hamba hanyalah mempersiapkan kematian agar menjadi akhir yang paling indah.Caranya segeralah beramal saleh.

Sebab, hanyalah amal saleh bekal terbaik untuk menghadap Allah. Supaya jelas, Allah memberikan perbandingan: Afa man kaanamu’minan ka man kaana faasiqaa, laa yastawuun (Apakah sama orang yang beriman dengan orang yang fasik). (QS as-Sajdah:18).

Maksudnya apakah kelak di alam akhirat akan diperlakukan sama antara orang yang tunduk bersujud kepada Allah dengan orang yang membangkang, menolak perintah-perintah-Nya dan melanggar larang-larangan- Nya? Tentu tidak sama. Allah Mahaadil, tidak mungkin kedua golongan manusia tersebut akan mendapatkan perlakukan yang sama.

Karena itu, pada ayat 12, surah as-Sajdah, Allah SWT menggambarkan betapa hinanya para pendurhaka itu di akhirat:Wa law taraa idzil mujrimuuna naakisuu ruusihim inda rabbihim (Andaikan engkau menyaksikan bagaimana hinanya para pendosa itu mereka menudukkan kepalanya di hadapan Allah Tuhannya).

Naakisuu ruusihim maksudnya kepala mereka disungkurkan karena merasa hina dengan penuh penyesalan atas dosa-dosa yang telah meraka perbuat. Mereka mengakui bahwa sekarang telah melihat dengan nyata hari kebangkitan yang pernah mereka dengar dari para rasul itu benar-benar terjadi:Rabbana absharnaa wa sami’naa.

Mereka menyesal, karena itu mereka ingin kembali ke dunia untuk beramal: Farji’naa na’mal shaalihan. Kata na’mal shaalihan menunjukkan bahwa yang pertama-tama ingin mereka kerjakan jika dikembalikan ke dunia adalah amal saleh. Sebab, mereka tahu bahwa hanya amal saleh yang bisa menyelamatkan mereka di akhirat.

Namun sayang, penyesalan itu tidak ada gunanya. Sebab dunia sebagai tempat beramal sudah berakhir. Sementara di akhirat tidak ada amal. Dikatakan: ad dunya daaru amalin wa laa jzaa’wal akhiratu daru jazaain wa laaamal. Akibatnya datanglah panggilan kepada para pendosa itu setelah mereka dilempar ke neraka: Fa dzuuquu bimaa nasitum liqaa yaumikum hadzaa (Rasakan olehmu azab ini, karena kamu telah melailaikan hari kiamat ini). Lalu ditegaskan:Innaa nasiinakum wa dzuuquu azdaabal khuldi bimaa kuntum ta’maluun(Kami pun melalai kanmu. Rasakanlah azab yang kekal ini sebagai akibat dari per buatanmu). (QS as-Sajdah: 14).

Oleh:Ustaz Dr Amir Faishol Fath, Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional & CEO Fath Institute

IHRAM