Islam memiliki sejarah panjang di Aotearoa, Tanah Berawan Putih Panjang, sebutan untuk Selandia Baru. Islam pertama kali hadir di negara kepulauan di barat daya Samudra Pasifik ini sejak 1850.
Kedatangan Islam dibawa oleh keluarga India yang menetap di Cashmere, Christchurch. Selanjutnya, pada awal 1900-an, tiga keluarga Gujarat Muslim datang kembali dari India.
Menurut Abdullah Drury dalam Mostly Harmless, Waikato Islamic Studies, sejak itulah imigrasi besar-besaran Muslim dimulai dengan kedatangan pekerja Fiji India pada 1970-an.
Pada awal 1990-an, imigran Muslim Selandia diisi oleh pengungsi dari berbagai negara yang dilanda perang, seperti Somalia, Bosnia, Afghanistan, Kosovo, dan Irak. Ada juga sejumlah besar umat Islam dari Iran yang tinggal di Selandia Baru.
Pada 1951, perahu pengungsi SS Goya membawa lebih dari 60 orang Muslim dari Eropa Timur, termasuk Mazhar Krasniqi yang kemudian menjabat sebagai presiden dari Asosiasi Muslim Selandia Baru selama dua periode. Imigran India dan Eropa bekerja sama pada 1950-an untuk membeli rumah dan mengubahnya menjadi pusat Islam pada 1959.
Mayoritas Muslim di Selandia Baru terkonsentrasi di kota-kota besar, seperti Auckland, Hamilton, Wellington, dan Christchurch. Dalam beberapa tahun terakhir, masuknya siswa Melayu dari Malaysia dan Singapura telah meningkatkan proporsi Muslim di beberapa pusat, terutama kota Universitas Dunedin.
Menurut sensus kependudukan pada 2013, populasi Muslim di Selandia Baru sebanyak 46.149 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 28 persen dari 36.072 dalam sensus 2006.