SEKARANG aku mengerti kenapa hubunganku dengan lelaki yang kukasihi, berakhir di tengah perjalanan menuju niat kami untuk menghalalkan hubungan ini. Aku sudah cukup lama menjalin kasih dengannya, lelaki yang berprofesi sebagai abdi negara. Kami saling mengenal sejak bersekolah di tingkat menengah pertama. Dia adalah teman sekelasku.
Selepas sekolah menengah kejuruan, kami menjalin hubungan, dan setelah beberapa tahun setelah itu, kami berniat mengakhiri hubungan ini dengan sebuah predikat ‘Halal’. Kalian tahu gerak-gerik kita di dunia ini sudah diketahui Allah, bahkan sebelum kita melakukan sebuah tindakan, Allah sudah mengetahui isi hati kita, mengetahui niat kita.
Allah telah mengetahui niatku untuk segera melengkapi kodratku sebagai wanita, yaitu menjadi seorang istri dan ibu. Namun sayang, aku tidak tahu niat lelaki yang mengaku menyayangiku, tapi Allah telah lebih tahu, sangat tahu.
Menjalin hubungan beda agama bukanlah hal yang mudah, sungguh sangat sulit kurasa. Harus banyak toleransi antara aku dan dia. Tapi aku tak mengapa, aku tetap menjalani hubungan itu, dengan harapan kelak Allah akan memberikan hidayah untuk lelaki yang selalu ku sebut namanya dalam obrolanku dengan Allah.
Hingga pada akhirnya, aku mengira ia mendapat hidayah untuk memilih Islam sebagai agamanya. Alhamdulillah, gumamku dalam hati. Namun kalian tahu, apa niatnya sebenarnya, lelaki yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktu bersamaku berjuang bersama mengejar cita-cita kami masing-masing. Ternyata, ia hanya ingin memeluk Islam jika aku mau menikah bersamanya.
Aku sungguh kecewa dengan kejujurannya. Aku memang berharap ia bisa seiman denganku, tapi bukan karena kau, tapi karena Allah swt. Dalam tiap sujudku, aku mendoakannya agar bisa mengenal Allah, zat yang maha membolak-balikkan hati. Dan akhirnya ia akan menjadi seorang muslim karena telah mengenal sang Illahi Rabbi, bukan karena aku.
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan” (HR Bukhari : 7)
Aku hanya wanita yang juga sedang berhijrah menjadi wanita lebih baik, walau tidak sebaik Fatimah Az-zahra. Aku memiliki banyak kekurangan dalam diri, jika lelaki itu ingin memilih Islam hanya karena aku, maka ia akan menemukan banyak kekurangan dalam diriku, dan ia akan kecewa ia akan kembali lagi ke dunianya, ke agamanya. Dan apa artinya dua kalimat syahadatnya?
Apapun yang kita lakukan akan kembali seperti apa niat kita sebelumnya. Apakah niatnya semata untuk mengharap rida Allah, atau karena orang lain. Aku percaya, tidak ada niat terbaik selain niat hanya untuk mengharap keridaan Allah swt. [Chairunnisa Dhiee]