Setitik Kasih Sayang Allah

PERNAH ada seorang berusia lanjut menasihati penulis dengan kalimat bijaknya, “Panas e dunyo disonggo wong akeh, panas e ati disonggo dewe-dewe.”  Tafsiran bebasnya adalah panasnya dunia itu ditopang bareng-bareng oleh manusia, tapi panasnya hati ditanggung sendiri-sendiri.”

Kalimat itu meluncur dari lisan beliau saat daerah kami mengalami musim panas (kemarau) yang lumayan lama daripada tahun-tahun sebelumnya. Dan suhu panas saat itu juga dirasakan sangat panas menyengat dibanding musim-musim yang telah lewat.

Nasihat itu terasa sejuk di hati penulis sebab saat itu banyak sekali manusia mengeluh merasakan panasnya kemarau.  Dan yang lebih membuat  hati adem adalah ketika penulis membuka kitab Mukhtarul Ahadisun Nabawiyah karya Sayyid Ahmad Al Hasyimi ada tertera sebuah hadis dari Rasulullah ﷺ yang berbunyi,

وَكل بِالشَّمۡسِ تِسۡعَۃُ أَمۡلاَكٍ

يَرۡمُوۡنَهَا بِالثَّلۡجِ كُلَّ يَوۡمٍ وَلَوۡلاَ ذَلِكَ مَا أَتَتۡ عَلَی شَيءٍ إِلاَّ

أَحۡرَقَتۡهُ

“Kepada matahari diutus sembilan Malaikat. Setiap harinya mereka menghujani matahari dengan salju. Seandainya tidaklah demikian niscaya tiada sesuatu pun yang terkena sinar matahari melainkan pasti terbakar.” (HR. Thabrani melalui Abu Umamah).

Dan matahari yang sudah “dijinakkan” itu pun ternyata masih bisa mengancam keselamatan kehidupan di bumi.  Maka Allah Swt ciptakan pula “hijab” untuk melindunginya yang berupa atmosfer di langit. “Hijab” ini bertugas menjaga bumi dari ancaman benda-benda angkasa.

Atmosfer merupakan selimut gas yang menyelimuti beberapa planet, termasuk bumi. Atmosfer terletak di ruang angkasa dan berada di lapisan terluar bumi.

Mengutip Encilopedia Britannica, pengertian atmosfer adalah lapisan gas dengan ketebalan ribuan kilometer yang terdiri atas beberapa lapisan dan berfungsi melindungi bumi dari radiasi dan pecahan meteor.

Ketebalan atmosfer sendiri mencapai 1.000 kilometer dari permukaan bumi. Kandungannya terdiri dari beberapa gas, yaitu 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, 0,9 persen argon, dan 0,03 persen karbondioksida. Sisanya uap air, krypton, neon, xinon, hidrogen, kalium, serta 0,7 persen ozon.

Atmosfer yang tersusun dari enam bagian itu memiliki fungsi :

  1. Melindungi bumi dari paparan radiasi sinar ultraviolet dan lapisan ozon sebab sinar ultraviolet sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi.
  2. Melindungi bumi dari benda-benda luar angkasa yang jatuh imbas adanya gaya gravitasi bumi.
  3. Menjadi media cuaca yang bisa memengaruhi hujan, badai, topan, angin, salju, awan, dan lainnya.
  4. Memiliki kandungan berbagai macam gas yang diperlukan oleh manusia, tumbuhan, dan juga hewan untuk bernapas dan kebutuhan lainnya.

Selain atmosfer, Allah Swt juga telah meng-hijab-i bumi dengan satu pelindung lagi yaitu Sabuk Van Allen.  Sebuah “hijab” pelindung berupa suatu lapisan yang terdiri dari dua sabuk partikel bermuatan di sekitar planet Bumi.  Pelindung ini tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi yang tertahan di tempatnya.

Manfaat dari Sabuk Van Allen hampir mirip dengan atmosfer. Sabuk Van Allen berperan sebagai perisai bumi dari radiasi berbahaya yang secara terus-menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang yang ada di luar angkasa.

Hal tersebut tentu sangat berguna untuk keberlangsungan makhluk hidup di Bumi.  Seandainya Sabuk Van Allen tidak pernah ada, kemungkinan besar kehidupan di bumi sudah hancur dan punah sekarang.   Hal ini disebabkan karena semburan energi raksasa yang dikenal dengan istilah jilatan api matahari yang muncul dan terjadi beberapa kali pada matahari bisa memusnahkan kehidupan di bumi. Inilah salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt kepada seluruh makhlukNya.

Allah Swt menciptakan mereka, lalu memberi kehidupan, kemudian menyediakan sumber penghidupan, dan menjaga keseimbangan alam agar semua makhlukNya bisa hidup serta melindungi mereka dari berbagai ancaman dari luar bumi.  Padahal beberapa makhluk Allah Swt setiap harinya ingin memusnahkan manusia di atas bumi karena kegeraman mereka kepada kelakuan manusia yang sering berbuat durhaka kepada Allah Swt.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam Musnadnya , dari Umar bin Al-Khathab –Radiyallahu ‘anhu– beliau berkata, Rasulullah ﷺbersabda,

لَيْسَ مِنْ لَيْلَةٍ إِلَّا وَالْبَحْرُ يُشْرِفُ فِيهَا ثَلاثَ مَرَّاتٍ عَلَى الْأَرْضِ، يَسْتَأْذِنُ اللهَ فِي أَنْ يَنْفَضِخَ عَلَيْهِمْ، فَيَكُفُّهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Tidak ada satu malam pun, kecuali di dalamnya lautan mendekat ke bumi tiga kali, meminta izin kepada Allah Swt untuk membanjiri/menenggelamkan mereka. Maka Allah -Azza wa Jalla- menahannya.” [Musnad : 303/1/395]

Allah Swt yang Maha Penyabar, Maha Pengasih dan Penyayang masih enggan memberi izin kepada lautan karena welas asih Nya kepada manusia.  Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa,

وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شَىْءٍ ۚ

”Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS al-A’raf [7]: 156).

Wal hasil ketika kita mengetahui bagaimana welas asih dan kuatnya perlindungan yang diberikan Allah Swt kepada manusia, maka sudah menjadi sebuah kemestian bagi manusia untuk selalu bersyukur kepadaNya.  Dan syukur tertinggi adalah mampu menempatkan diri pada posisi yang sudah dikehendaki Allah Swt bagi manusia yakni sebagai hamba Allah lalu menjalani hidup pada rel kehambaan pada Allah tersebut.

Allah SWT berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat : Ayat 56).

Artinya tugas kita hanyalah beribadah kepada Allah Swt dan fokus pada jalan itu. Menjemput rejeki, belajar, bermasyarakat dll harus pula dikaitkan pada niatan untuk beribadah kepada Allah Swt. Dan yang selain itu (yang sudah diatur Allah) maka kita tidak usah ikut memikirkannya. Di dalam Kitab Al Hikam pasal empat Syeikh Ibn Atho’illah As Sakandary mengatakan,

أَرِحْ نــَفْسَـكَ مِنَ الـتَّدْبِــيْرِ، فَمَا قَامَ بِـهِ غَيْرُ كَ عَـنْكَ لاَ تَـقُمْ بِـهِ لِنَفْسِكَ

“Istirahatkan dirimu dari tadbiir (melakukan pengaturan-pengaturan)! Maka apa-apa yang selainmu (Allah) telah melakukannya untukmu, janganlah engkau (turut) mengurusinya untuk dirimu.”

Allah Swt sudah mengurus semua penunjang kehidupan bagi manusia. Dan Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS: Al Baqoroh :255).

Maka sekali lagi tugas kita hanya beribadah pada Allah Swt. Dan yang sudah diurus oleh Allah maka kita tidak perlu ikut mengurusinya. Wallahu A’lam Bis Showab.

*/ Muhammad Syafii Kudo, Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan

HIDAYATULLAH