Sering kali kita menemukan fenomena menarik, aneh tetapi nyata. Salah satunya fenomena yang terjadi pada sebagian mualaf (orang yang baru masuk Islam). Pemahaman mereka terhadap teksteks keagamaan terkesan lebih segar dan fungsional dibandingkan dengan kebanyakan pemeluk Islam sejak lahir.
Penguasaan ilmu keislamannya terkesan mendalam dan cara penyampaiannya kepada khalayak terasa segar. Mereka seperti yang sudah lama memeluk Islam. Setiap fenomena pasti ada penjelasannya, termasuk fenomena tercerahkannya sebagian mualaf sehingga penguasaan ilmu keislamannya terkesan lebih segar dan fungsional.
Sejak memeluk Islam, sejatinya seorang mualaf sudah tercerahkan dengan mendapatkan hidayah Allah. Dan untuk mendapatkan hidayah ini terka dang tidak melalui jalan yang mudah. Ia harus berhadapan dengan berbagai tantangan, mulai dari pergolakan batin di dalam diri, tantangan dari keluarga, lingkungan sekitar, sampai dari institusi keagamaan yang lama.
Namun, semua tantangan tersebut dihadapi dengan sabar hingga mendapatkan pencerahan dalam bentuk hidayah Allah, yakni Islam. Pencarian kebenaran yang dilakukan oleh sebagian mualaf tidak berhenti pada batas pengucapan dua kalimat syahadah. Namun, mereka meneruskannya dengan mempelajari ajaran Islam yang baru dianutnya dengan penuh kesungguhan. Upaya sungguh-sungguh inilah salah satu penyebab mereka mendapatkan pencerahan.
Mereka dibantu Allah untuk menemukan jalan-Nya. Hal tersebut ditegaskan oleh ayat, “Dan orang-orang yang bersungguhsungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benarbenar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-‘Ankabut [29] : 69).
Kesungguhan mualaf tidak sebatas pada mencari dan mendalami ilmu, tetapi juga dalam mengamalkannya. Mereka selalu berusaha mengamalkan ilmu yang sudah dipahami dan dimilikinya. Dari sudut pandang Islam, hal tersebut bukan hal yang aneh, sebab orang yang mengamalkan ilmunya akan diberi Allah ilmu baru tanpa melalui belajar. Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi SAW, “Barang siapa yang mengamalkan satu ilmu, maka Allah akan menganu ge rahkan kepadanya ilmu dari tempat yang tidak diketahuinya.” (HR ad-Daelami).
Jadi, ilmu mendalam, segar, dan fungsional yang dikuasai mualaf diperoleh dari pengamalan ilmu yang mereka ketahui secara sungguh-sungguh. Artinya, siapa pun bisa seperti para mualaf asalkan mau mengamalkan ilmunya dengan kesungguhan. Ilmu tidak hanya sekadar pengetahuan di pikiran, tetapi juga lekat dalam perbuatan. Wallahu a’lam.