Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menjadikan rumah suci-Nya sebagai ladang pahala dan tempat yang aman bagi umat manusia. Tempat di mana hati seorang mukmin senantiasa tertambat kepadanya. Sampai-sampai mereka rela meninggalkan kampung halaman dan sanak saudara demi berangkat dan beribadah di sekitarnya. Menabung rupiah demi rupiah demi mewujudkan cita-cita menginjakkan kaki di bukit safa dan marwa, berdesak-desakan berjalan perlahan untuk melaksanakan tawaf mengelilingi baitullah yang menjadi saksi bisu peradaban manusia dan sejarah Islam yang penuh kemuliaan ini.
Tanah suci ini dinisbatkan oleh Allah sebagai rumah-Nya serta Allah Ta’ala amanatkan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk menjaganya dan mempersilahkannya bagi siapa saja yang ingin beribadah, tawaf, rukuk, dan sujud kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
وَطَهِّرْ بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْقَآئِمِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ
“Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadat, dan orang-orang yang rukuk dan sujud.” (QS. Al-Hajj: 26)
Layaknya seseorang yang sedang mengejar impiannya untuk bisa diterima di sebuah perusahaan ternama, ia membutuhkan motivasi dan dorongan. Maka, seorang mukmin pasti juga membutuhkan motivasi dan dorongan yang kuat untuk mewujudkan impiannya berangkat ke tanah suci.
Saudaraku, berikut ini adalah beberapa motivasi yang semoga semakin menguatkan niat kita dan semangat kita untuk melaksanakan haji dan umrah ke baitullah yang penuh kemuliaan ini.
Pertama: Haji dan umrah wajib dilaksanakan sekali seumur hidup
Haji dan umrah merupakan dua ibadah agung yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala dilaksanakan sekali seumur hidup bagi siapapun yang telah memenuhi syaratnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali ‘Imran: 96-97)
Di ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَتِمُّواْ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّهِ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS. Al-Baqarah: 196)
Maksud ayat ini adalah sempurnakanlah kedua ibadah tersebut. Di dalam ayat tersebut, digunakan kata perintah yang menunjukkan wajibnya haji dan umrah.
Kewajiban haji dan umrah juga berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tatkala Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri beliau bertanya kepadanya,
هل على النِّساءِ مِن جِهادٍ؟ قال: نعمْ، عليهنَّ جِهادٌ لا قِتالَ فيه؛ الحجُّ والعُمرةُ.
“Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan umrah.” (HR. Ibnu Majah no. 2901 dan Ahmad no. 25322)
Jika wanita saja diwajibkan umrah dan berhaji karena itu adalah jihad bagi mereka, maka begitu pula dengan pria.
Kedua: Allah Ta’ala sesuai persangkaan hamba-Nya
Betapa dahsyatnya keikhlasan dalam berdoa dan betapa agungnya sebuah kejujuran dan sangka baik kepada Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat).’” (HR. Bukhari no. 7405 dan Muslim no. 2675)
Saat seorang hamba berprasangka baik bahwa Allah Ta’ala akan mengabulkan niat dan keinginannya untuk berangkat haji dan umrah, maka dengan izin Allah dan kehendak-Nya, Ia akan mengabulkannya sesuai dengan persangkaan hamba-Nya tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Betapa banyak kita saksikan, orang-orang yang Allah Ta’ala karuniakan rezeki berlimpah, namun hatinya tidak terketuk untuk mengunjungi baitullah, melaksanakan ibadah haji dan umrah. Sedangkan sebaliknya, mereka yang ikhlas memohon kepada Allah Ta’ala dengan hatinya, jujur di dalam kerinduannya kepada-Nya, Allah mampukan untuk berangkat haji dan umrah dengan jalan yang tidak disangka-sangka. Sungguh Allah Maha Mendengar terhadap semua doa yang dipanjatkan hamba-Nya.
Ketiga: Ketahuilah! Haji dan umrah adalah ibadah yang sarat akan keutamaan dan faedah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya. Dan haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya, selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)
Di hadis yang lain yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ، كَمَا يَنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُوْرَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.
“Iringilah antara ibadah haji dan umrah karena keduanya meniadakan dosa dan kefakiran, sebagaimana alat peniup api menghilangkan kotoran (karat) besi, emas, dan perak. Dan tidak ada balasan bagi haji mabrur, melainkan surga.” (HR. Tirmidzi no. 810, An-Nasa’i no. 2631, dan Ahmad no. 3669)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
مَن حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ، ولَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَومِ ولَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Barangsiapa melakukan haji karena Allah ‘Azza wa Jalla tanpa berbuat keji dan kefasikan, maka ia kembali (tanpa dosa) sebagaimana ketika ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521 dan Muslim no. 1350)
Saudaraku, cukuplah tiga hadis di atas sebagai penyemangat bagi diri kita untuk semakin giat berdoa, berusaha, dan menabung agar dimampukan oleh Allah Ta’ala untuk melaksanakan kewajiban haji dan umrah yang mulia ini.
Jaminan pengampunan dosa kecil saat selesai melaksanakan rangkaian umrah, jaminan rezeki dan terhindarkan dari kefakiran, serta kembalinya keadaaan seseorang layaknya bayi yang baru dilahirkan tentu merupakan dambaan siapapun dari kita.
Keempat: Besarnya keutamaan dan pahala salat di masjidil haram dan masjid nabawi
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Salat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 salat di masjid lainnya selain Masjidilharam. Salat di Masjidilharam lebih utama daripada 100.000 salat di masjid lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 1406 dan Ahmad no. 14694)
Bayangkan! Salat satu kali saja (salat Zuhur misalnya) di Masjidilharam, maka keutamaanya seperti salat 100.000 kali di masjid lainnya, dan itu setara dengan salat lima waktu selama 20.000 hari di masjid selainnya.
Sungguh, ini merupakan keutamaan dan kesempatan besar bagi siapapun yang Allah Ta’ala berikan kesempatan untuk berangkat haji maupun umrah. Sebuah kesempatan yang tak ternilai harganya. Karena dengan keutamaan tersebut, Allah berikan kita kesempatan untuk menyempunakan dan menambal kekurangan-kekurangan yang ada dalam ibadah kita sehari-hari.
Kelima: Makkah dan Madinah adalah sebaik-baik tempat di muka bumi yang bisa kita kunjungi
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
وَلا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الحَرَامِ، وَمَسْجِدِي، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Tidaklah pelana itu diikat (yaitu tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan dalam rangka ibadah ke suatu tempat), kecuali ke tiga masjid: Masjidilharam, masjidku (Masjid Nabawi), dan Masjidilaqsa.” (HR. Bukhari no. 1864 dan Muslim no. 8270)
Dan dari Jabir radhiyallahu ’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إنَّ خَيْرَ ما رُكِبَتْ إليه الرَّواحِلُ مَسجِدي هذا والبَيْتُ العَتيقُ
“Sesungguhnya sebaik-baik tunggangan yang dinaiki untuk suatu perjalanan adalah ke Masjidku ini dan ke Baitul Atiq (Masjidilharam).” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 3: 350 dan Ibnu Hibban, 4: 495)
Belum lagi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendoakan kota Madinah agar diberi limpahan keberkahan oleh Allah Azza wa Jalla. Di antara doa beliau,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي ثَمَرِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مَدِينَتِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا
“Ya Allah! Berilah kepada kami keberkahan pada buah-buahan kami dan berilah kepada kami keberkahan pada kota Madinah kami! Limpahkanlah keberkahan untuk kami pada setiap sha’ dan mud (takaran timbangan) yang kami dapatkan.” (HR. Muslim no. 1373)
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai salah satu tamunya yang diundang oleh Allah untuk beribadah langsung di rumah-Nya, baitullah yang penuh kemuliaan dan keutamaan. Amin ya Rabbal ‘alamin.
***
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87997-5-motivasi-agar-semakin-semangat-berangkat-ke-tanah-suci.html