Adab membaca Alquran digital sama seperti mushaf biasa
Alquran digital kini banyak digunakan Muslim di Indonesia, terutama di kalangan milenial. Berbagai platform aplikasi Alquran digital yang dapat diunduh di smartphone makin memudahkan mereka membaca Alquran di manapun, kapan pun. Namun, bagaimana adab memperlakukan Alquran digital ini?
Pendakwah sekaligus Kepala Lembaga Peradaban Luhur (LPL), Ustadz Rakhmad Zailani Kiki, menjelaskan adab membaca Alquran digital sama dengan adab membaca mushaf Alquran. Habib Utsman bin Yahya dalam kitabnya Iqdul Juman menjelaskan sejumlah adab membaca Alquran yaitu sebagai berikut:
Pertama bagi yang membaca Alquran adalah adab yang fardhu ain, yaitu dia wajib membaca Alquran, baik mushaf maupun digital, dengan tajwid. Maka, bagi seseorang yang membaca Alquran tanpa tajwid dia menjadi fasik.
Kedua, membaca Alquran digital dengan sungguh-sungguh dan sunnahnya dalam keadaan berwudhu, menghadap kiblat, menundukkan kepala sebagai bentuk hormat kepada Alquran, dan jangan duduk dengan bersandar.
“Serta jangan duduk seperti kelakuan orang yang takabur mengangkat dirinya,” kata Ustadz Kiki kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Ketiga, seseorang yang membaca Alquran digital wajib merendahkan diri dan berperangai lemah lembut. Maka, jangan berangas dan jangan suka merasa lebih unggul dari yang lain dalam masalah bacaan atau membaca Alquran dengan suara yang berlawanan dari pembaca yang lain.
Keempat, orang yang membaca Alquran digital dan orang yang mendengarkan Alquran digital dengan sedih hati, meskipun dia tidak mengetahui akan artinya.
Kelima, seseorang wajib membaca Alquran digital dengan ikhlas.
Keenam, seseorang yang membaca Alquran digital wajib telah mengamalkan setiap amal ibadah yang kewajibannya tertera di dalam Alquran, seperti sholat, puasa, dan beribadah dengan ikhlas.
“Dan dia juga telah menjauhi setiap larangan Allah SWT yang tertera di dalam Alquran, seperti riya, takabur, dengki, mengumpat, mengadu satu sama lainnya, mencela orang, makan barang yang haram, dan lain-lain,” kata Ustadz Kiki.
Ketujuh, sunnah bagi seseorang yang membaca Alquran digital untuk membaguskan suaranya dengan lagu atau langgam.
Kedelapan, hukumnya sunah untuk berdoa dan meminta rahmat apabila dibacakan ayat yang menyebutkan rahmat. Mintalah surga jika ayat yang dibaca terkait dengan surga dan mintalah dijauhkan dari api neraka jika ayat yang dibacakan terkait dengan neraka.
“Mintalah pula dijauhkan dari siksa apabila dibacakan ayat yang disebutkan siksa. Juga bacalah tasbih apabila dibacakan ayat tentang tasbih,” katanya.
Kesembilan, apabila dibaca Innallah wa malaikatahu hingga akhirnya, disunahkan untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Kesepuluh, hukumnya sunnah membaca Alquran digital dengan perlahan-lahan.
Kesebelas, disunahkan bagi pembaca Alquran digital untuk takbir di akhir tiap-tiap surat, dari surat Ad Dhuha hingga akhir surat Alquran.
Kedua belas, hukumnya sunnah untuk melakukan sujud tilawah sesudah membaca atau mendengarkan ayat yang terkait dengan sunah sujud.
“Kekurangan Alquran digital adalah umumnya aplikasinya atau software-nya tidak tersimpan dalam ponsel atau gawai khusus Alquran, tercampur dengan file atau aplikasi lainnya yang bahkan kurang pantas sehingga kurang baik dalam sisi penghormatannya dan kemuliaannya,” kata Ustadz Kiki.
Karena itu, dia menyarankan, pemilik atau pemakai Alquran digital harus menjaga ponsel atau gawainya dari aplikasi, file atau software yang kurang pantas.