Berharganya Waktu Dalam Islam

Banyak orang-orang jurusan dunia yang berkata bahwa waktu adalah uang, hal ini menunjukkan bahwa waktu itu benar-benar berharga. Apalagi di dalam Islam, maka hal itu lebih berharga lagi dan sangat berharga.

Bahkan ulama pun ada yang berkata bahwa waktu adalah pedang, dalam kitab Al-Jawaabul Kaafi karya imam Ibnul Qayim rahimahullahu disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata,

الوقت سيف فإن قطعته و إلّا قطعتك, و نفسك إن لم تشغلها بالحق و إلاّ شغلتك بالباطل

“Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia”.
Hal ini menunjukkan bahwa kita harus mengolah waktu ke hal-hal yang positif dan bermanfaat. Dan janganlah sekali-kali menggunakannya untuk hal-hal yang sia-sia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس, الصحت و الفراغ

Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (Muttafaqun ‘alaih)

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Bathal. Beliau mengatakan “makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya yang sehat. Barang siapa yang mendapatkan seperti ini maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan-Nya. Dan diantara bentuk bersyukur ialah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya, dan barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini maka dialah orang yang telah tertipu”.

Dan seperti yang telah kita saksikan sekarang, banyak manusia yang telah terjerumus ke lubang kelalaian banyak yang telah terbuai dengan waktu luang dan jasad yang sehat, padahal Allah Ta’ala akan menanyakan atas setiap nikmat yang telah diberikan padanya. Allah Ta’ala berfirman:

ثم لتسألنّ يومئذ عن النعيم

Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu)” (QS. At-Takatsur: 8).

Syaikh Abdul Malik Al-Qasim berkata, ‘Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi setiap muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar benar merugi. Dan waktu yang berlalu tidak mungkin bisa kembali selamanya” (Risalah Al-Waqtu Anfus laa Ta’ud, hal. 3).

Sobat yang dirahmati Allah Ta’ala, seharusnya kita sadar dan menyadari bahwa waktu itu sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba, sangat amat disayangkan jika waktu itu berlalu saja tanpa ada selipan ketaatan di dalamnya. Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:

ما ندمت على شيء ندمي على يوم غربت شمسه نقص فيه أجلي و لم يزد فيه عملي

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam ajalku berkurang, namun amalku tidak bertambah”.

Dan tanda Allah menelantarkan hamba ialah salah satunya Allah jadikan ia sibuk dalam hal-hal yang sia-sia. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

من علامة إعراض الله عن العبد أن يجعله شغله فيما لا يعنيه خذلانا من الله عزوجل

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya” (Al Bahrur Ra’iq, hal. 70).

Dan ketahuilah bahwa kematian lebih layak bagi orang yang menyia-nyiakan waktu. Seperti yang dikatakan imam Ibnul Qayyim rahimahullahu: “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya (Al Jawaabul Kaafi, 109).

Dan janganlah menyia-nyiakan waktumu selain untuk mengingat Allah. Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya, lalu dia berkata pada kami ‘Bertasbihlah sampai sampai di pohon itu’, lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang ia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami,’Bertakbirlah sampai di pohon itu’. Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami ( Az-Zuhdu li Ahmad bin Hambal).

Dari penggalan cerita di atas terdapat beberapa faedah, yaitu:
⚫ Waktu yang berkah adalah waktu yang digunakan untuk ketaatan dan sibuk dengan menambah amal.
⚫Hendaknya orang tua mengajarkan kepada anaknya sedini mungkin tentang pentingnya waktu.
⚫Kehidupan para ulama tak lepas dari menambah dan memperkuat ketaatan.

Setelah kita mengetahui bahwa waktu itu adalah hal yang sangat berharga, maka selanjutnya ialah bagaimana kita mengatur waktu itu sendiri, di antaranya ialah:

Pertama: Usahakan untuk membuat batasan waktu untuk setiap aktifitas kita. Misal dari awal bangun tidur sampai jam berapa waktu untuk bersih-bersih lalu berapa jam untuk belajar, menulis, meringkas, menghafal dan lain-lain.

Kedua: Meninggalkan suatu hal yang sia-sia atau hal mubah yang berlebihan seperti makan, ngobrol tidur dan lain-lain. Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam beliau bersabda:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no2317 Ibnu Majah no 3976, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ketiga: Jangan punya kebiasaan menunda-nunda.

Keempat: Memanfaatkan setiap detiknya untuk hal kebaikan dan beribadah.

Kelima: Membuat jadwal belajar dan waktu mengulang pelajaran.

Di dalam surah Al-‘Ashr Allah bersumpah dengan waktu. Dan ini menunjukkan pentingnya masa (waktu). Di dalam masa terdapat keajaiban-keajaiban, di dalam masa terjadi kesenangan, kesusahan, sehat sakit, kekayaan, dan kemiskinan. Dan sesungguhnya masa merupakan anugerah Allah Ta’ala, tidak ada cela padanya, manusialah yang tercela ketika tidak memanfaatkannya.

Dan manusia tak tahu kapan berakhir waktunya, maka dari itu Allah Ta’ala banyak memerintahkan untuk segera berlomba-lomba dalam ketaatan. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan umatnya untuk bersegera melakukan amalan-amalan shalih. Al-Hasan rahimahullah berkata: “Wahai anak Adam janganlah engkau menunda-nunda (amalan-amalan) karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engku tidak bertemu esok hari engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini” (Taqribuz Zuhd, 1/28)

Maka dari itu sobat perlu kita ingat lagi bahwa waktu itu adalah nikmat yang luar biasa yang kita miliki. Waktu tak bisa dinilai dengan materi dan kekayaan. Waktu berjalan dengan cepat dan tidak terasa, waktu yang berjalan tak akan bisa terulang kembali. Waktu adalah kehidupan, jika waktu habis maka habislah kehidupan, bersyukurlah saat ini kita masih diberi waktu, terkhusus waktu untuk memperbaiki dan memperkuat ketaatan kita pada-Nya.

Penulis: Fauziah

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/13952-berharganya-waktu-dalam-islam.html