Doamu akan Menguatkanmu

HAKIKATNYA manusia adalah makhluk yang lemah. Sebagaimana Allah firmankan, Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah, (An Nisa: 2). Ayat tersebut didahului ayat mengenai wanita. Ulama mufasirin menafsirkan ayat ini mengaitkannya dengan ayat sebelumnya, yakni bahwa laki-laki tidak dapat menahan godaan wanita.

Adapun Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan perihal ayat ini, Yang benar bahwa kelemahan di sini mencakup semuanya secara umum. Kelemahannya lebih dari hal ini dan lebih banyak. Manusia lemah badan, lemah kekuatan, lemah keinginan, lemah ilmu dan lemah kesabaran.

Lalu bagaimana agar kita tidak lemah dalam mengarungi kehidupan? Tentu dengan mendekat kepada yang Maha Kuat. Kelemahan yang ada pada kita adalah modal sekaligus asset penting agar kita sadar untuk kemudian menjadi kuat. Dan kekuatan kita terletak pada penyerahan diri kita kepada Allah.

Adalah doa yang menyebabkan kita menjadi kuat. Rasulullah shalallahualaihi wasallam telah menegaskan ciri manusia yang paling lemah. Sekaligus mengisyaratkan solusinya agar ia menjadi kuat.

Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihiwasallam bersabda, Manusia paling lemah adalah orang yang paling malas berdoa (kepada Allah). Dan orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil memberi salam (HR Abu Yala, Thabrani, Ibnu Hibban).

Mari kuatkan kita yang telah Allah ciptakan sebagai makhluk lemah, dengan cara mendekat kepada yang Maha Kuat, Al Qawiyyu Rabbul Alamin. Sesungguhnya kekuatan kita terletak pada kelemahan kita yang kemudian kita adukan kepada Allah.

Allahu Alam.

 

INILAH MOZAIK

Berdoa dengan Yakin

DARI Abu Hurairah radliyallahuanhu, Nabi Muhammad shalallahualaihi wasallam pernah bersabda, “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai”. (HR Tirmidzi).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Doa adalah sebab terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia disukai, dan sebab utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh doa pada setiap orang berbeda-beda”.

Beliau melanjutkan, “Ada yang doanya berpengaruh lemah sebab dirinya sendiri. Boleh jadi doa itu adalah doa yang tidak Allah sukai karena melampaui batas. Boleh jadi doa tersebut berpengaruh lemah karena hati hamba tersebut yang lemah dan tidak menghadirkan hatinya kala berdoa”.

Masih penjelasan Imam Ibnul Qayyim, “Boleh jadi pula karena adanya penghalang terkabulnya doa dalam dirinya. Seperti makan makanan haram, noda dosa dalam hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang menggejolak, dan hati yang penuh kesiasiaan”. (Al Jawaabul Kaafi).

Ingatlah, doa begitu penting dalam rangkaian usaha kita untuk mencapai suatu tujuan. Menghadirkan keyakinan akan terkabulnya doa kita termasuk bagian penting dalam doa kita. Tentu juga dengan menghindari penyebab-penyebab terhalang terkabulnya doa kita sebagaimana Ibnul Qayyim jelaskan di atas.

Tetaplah berdoa, dan tetaplah yakin dan husnuzhzhan kepada Allah. [*]

 

 

Agar Doa Lebih Cepat Dikabulkan

Salah satu sifat manusia yang perlu diperbaiki adalah hanya mengingat Allah di saat susah saja, sedangkan di saat senang, bisa jadi mereka lupa dan lalai terhadap Allah. Sudah selayaknya seorang muslim mengingat Allah di saat susah maupun di saat lapang dan senang. Demikian juga ketika akan berdoa, hendaknya memperbanyak doa ketika keadaan lapang, agar Allah lebih cepat mengabulkan doanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

“Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang.” (HR. Tirmidzi, Shahihul Jami’ no. 6290)

Syaikh Ali Al-Qari menjelaskan bahwa hadits ini menujukkan “ciri khas” seorang mukmin, beliau berkata,

ﻣِﻦْ ﺷِﻴﻤَﺔِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﺍﻟﺸَّﺎﻛِﺮِ ﺍﻟْﺤَﺎﺯِﻡِ ﺃَﻥْ ﻳَﺮِﻳﺶَ ﻟِﻠﺴَّﻬْﻢِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﺮَّﻣْﻲِ، ﻭَﻳَﻠْﺘَﺠِﺊَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻗَﺒْﻞَ ﻣَﺲِّ ﺍﻟِﺎﺿْﻄِﺮَﺍﺭِ

“Di antara ciri khas serorang mukimin yaitu sering bersyukur dan ‘memperhatikan panah sebelum melepaskannya’, kembali kepada (mengingat) Allah sebelum menimpanya kesulitan.” (Mirqatul Mafatih 4/1531)

Hendaknya seorang mukmin tidak menjadi Allah sebagai pilihan terakhir ketika gembira, namun menjadi pilihan utama ketika bersedih dan susah. Apabila kita membuat permisalan, tentu kita tidak suka apabila keluarga atau saudara kita hanya datang ke kita pada saat susah saja atau pada saat butuh bantuan saja, selama ini dia tidak tahu ke mana rimbanya dan tidak pernah mau menyambung silaturahmi.

Ingatlah Allah waktu senang dan lapang, Allah akan mengingatmu di waktu susah

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺗَﻌَﺮَّﻑْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺧَﺎﺀِ ﻳَﻌْﺮِﻓُﻚ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸِّﺪَّﺓِ

“Kenalilah (ingatlah) Allah di waktu senang pasti Allah akan mengenalimu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi)

Perhatikan bagaimana Allah menolong Nabi Yunus dalam berbagai kesusahan di dalam perut ikan, dalam kegelapan dan Di tengah ganasnya lautan. Allah menolong nabi Yunus karena beliau sering mengingat Allah di waktu lapang

Allah berfirman

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ – لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Maka kalau sekiranya dia (sebelumnya) tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (kiamat).” (Ash Shaaffaat: 144).

Hendaknya di waktu senang dan lapang kita sering shalat malam meminta dan mencari ridha Allah. Banyak bersedekah walaupun sedikit. Sering membaca Al-Quran dan menunaikan hak Allah pada zakat. Tidak lupa
Beristigfar dan dzikir di mana saja dan kapan saja.

 

Saudaraku, mari kita saling mengingatkan agar memperbanyak berdoa. Orang yang berdoa tidak pernah rugi karena doanya akan ada 3 kemungkinan doanya:
1. Dikabulkan
2. Disimpan sebagai kebaikan (jika tidak dikabulkan) untuk akhirat
3. Dijauhkan dari keburukan (misalnya jika dikabulkan menjadi kaya, maka ia akan sombong dan binasa)

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»

“Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara,
[1] baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau
[2] dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau
[3] dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”,
Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya)”( HR. Ahmad, Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633)

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/44789-agar-doa-lebih-cepat-dikabulkan.html

Doa Perlindungan terhadap Perbuatan Riya’

BEBERAPA kiat untuk mengobati riya (Tauhid Muyassar dan beberapa tambahan):

1. Mengingat keutamaan orang-orang yang berbuat ikhlas yang syaithan tidak akan mampu menyesatkan

2. Bersungguh-sungguh dalam mengikhlaskan amal, tidak merasa nyaman ketika di pertengahan amal tertimpa penyakit riya bahkan segera meninggalkan perasaan riya tersebut

3. Mengingat keagungan Allah Taala karena Ia tidak membutuhkan amalan hambaNya

4. Mengingat berbagai dampak negatif dan bahaya riya

5. Mengingat negeri akhirat, kematian, siksa kubur, dan gelapnya kubur serta siksa neraka

6. Meyakini bahwasannya ridha manusia tidak dapat mendatangkan manfaat maupun bahaya baginya

7. Berdoa kepada Allah Taala dengan doa yang dituntunkan, “Allahumma inni auudzubika an usyrika bika syaian wa ana alamu wa astaghfiruka limaa laa aalamu” Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui (sadari) (HR al-Bukhari dalam “al-Adabul mufrad” dari Abu Yala, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani). []

 

 

Tiga Cara Allah Kabulkan Doa

DENGAN sifat-Nya yang Agung, Allah akan senantiasa mengabulkan doa setiap hamba-Nya. Ada sebuah hadis yang menyampaikan dengan indah bahwa Allah mengabulkan doa dengan tiga cara: 1) Allah mengabulkan secara langsung doa yang dipanjatkan; 2) Allah menunda untuk mengabulkan doa tersebut; 3) Allah menggantikan doa tersebut dengan sesuatu yang lebih baik.

Meski demikian, pernahkan kita merenung mengapa doa-doa kita tidak kunjung diijabah? Allah sungguh Maha Penyayang yang sangat mengerti keinginan setiap hamba-Nya. Namun, hendaknya tidak dikabulkannya doa juga menjadi bahan untuk muhasabah. Kisah pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib berikut ini insya Allah akan melimpahkan banyak hikmah yang dapat mengingatkan kepada kita tentang sebuah doa.

Dikisahkan pada masa Bani Israel, ada sepasang suami istri yang selalu berdoa kepada Allah swt, agar mereka segera dikaruniai seorang buah hati. Hingga tahun kelima yang sedih karena merasa Allah telah menjauh darinya bertanya kepada Khalifah Ali yang kebetulan sedang memberikan khutbah. “Ya Amirul Mukminin, mengapa doa kami tak diijabah? Padahal Allah swt berfiman bahwa berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan doamu.”

Ali bin Abi Thalib balik bertanya, “Apakah engkau sudah menjaga pintu-pintu doamu?”

Sang suami mengerutkan kening. “Aku tidak mengerti ucapanmu, wahai Amirul Mukminin.”

“Apakah kau sudah menjaga pintu doamu dengan melaksanakan kewajibanmu sebagai hambaNya? Kau beriman kepada Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Apakah kau menjaga pintu doamu dengan beriman kepada Rasulullah? Kau beriman kepada Rasul-Nya, tetapi kau menentang sunah dan mematikan syariatnya.”

“Apakah kau sudah menjaga pintu doamu dengan mengamalkan ayat-ayat Alquran yang kau baca? Ataukah kau juga belum sadar tatkala mengaku takut kepada neraka, tetapi kau justru mengantarkan dirimu sendiri ke neraka dengan maksiat dan perbuatan sia-sia? Ketika kau menginginkan surga, sebaliknya kau lakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari surga,” Tanya Ali bin Abi Thalib bertubi-tubi. “Apakah kau telah menjaga pintu doamu dengan bersyukur kepada-Nya saat Dia memberikan kenikmatan? Sudahkah engkau memusuhi setan atau malah sebaliknya kau bersahabat dengan setan? Apakah kau pernah menjaga pintu doamu dari menjauhi mencela dan menghina orang lain?” lanjut sang khalifah.

Sang suami terdiam mendengarnya. Khalifah Ali kembali berucap, “Bagaimana doa seorang hamba akan diterima sementara kau tidak menjaga, bahkan menutup pintu doa tersebut? Bertakwalah kepada Allah, perbaikilah amalanmu, ikhlaskanlah batinmu, lalu kerjakanlah amar makruf nahi munkar. Insya Allah, Dia akan segera mengabulkan doa-doamu.” [An Nisaa Gettar]

INILAH MOZAIK

Mengapa Doaku Belum Dikabulkan?

Penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala ditanya tentang orang yang merasa bahwa doanya lama (atau tidak segera) dikabulkan. Dia berkata, “Sungguh aku telah berdoa kepada Allah Ta’ala, namun Allah Ta’ala tidak mengabulkannya.”

Penjelasan beliau:

Segala puji bagi Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Aku bershalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga dan sahabat beliau seluruhnya. Aku meminta kepada Allah Ta’ala untukku dan untuk saudara-saudaraku sesama kaum muslimin untuk mendapatkan hidayah taufik agar aqidah, ucapan dan amal menjadi lurus (shahih).

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir [40]: 60)

Orang yang berdoa kepada Allah Ta’ala, namun tidak dikabulkan, dia pun merasa rancu (bertanya-tanya) melihat realita yang dia dapatkan ketika dikaitkan dengan janji dalam ayat tersebut. Allah Ta’ala telah berjanji dalam ayat tersebut bahwa siapa saja yang berdoa kepada-Nya, niscaya akan Allah Ta’ala kabulkan. Dan Allah Ta’ala tidak pernah menyelisihi janji-Nya.

Jawaban atas kerancuan ini adalah bahwa pengkabulan doa itu memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Syarat pertama

Ikhlas kepada Allah Ta’ala, yaitu seseorang memurnikan niatnya dalam berdoa untuk menghadap Allah Ta’ala, dengan hati yang khusyuk, jujur dalam bersandar kepada-Nya. Dia mengilmui bahwa Allah Ta’ala berkuasa untuk mengabulkan doanya dan dia benar-benar berharap agar doanya dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

Syarat ke dua

Seseorang merasa ketika berdoa bahwa dia berada dalam keadaan mendesak untuk dikabulkannya doa tersebut, bahkan dalam kondisi paling darurat. Dan Allah Ta’ala saja satu-satunya yang mampu mengabulkan doa orang-orang yang dalam keadaan terdesak (kesulitan) ketika berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan.

Adapun orang-orang yang berdoa kepada Allah Ta’ala, namun dia merasa tidak membutuhkan Allah Ta’ala dan tidak merasa dalam kondisi mendesak, (misalnya) dia berdoa hanyalah karena kebiasaan (adat) semata atau untuk coba-coba (siapa tahu dikabulkan), maka doa semacam ini tidaklah layak untuk dikabulkan.

Syarat ketiga

Dia menjauhi makanan haram. Karena sesungguhnya makanan haram adalah penghalang antara doa seorang hamba dengan pengkabulan doa. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits yang valid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimana beliau bersabda,

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

“Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidaklah menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin sebagaimana perintah kepada para Rasul, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172)

Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalih-lah kalian.” (QS. Al-Mu’minuun [23]: 51)

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut (acak-acakan) dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke atas (sambil mengatakan), “Ya Rabb, Ya Rabb”, namun makanannya berasal dari yang haram, pakaiannya berasal dari yang haram, dan tumbuh dari yang haram. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bagaimana mungkin doanya tersebut dikabulkan?” (HR. Muslim no. 1015)

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menilai sangat kecilnya kemungkinan doa orang tersebut dikabulkan. Padahal orang tersebut telah menempuh sebab-sebab dzahir yang memungkinkan doanya untuk dikabulkan, yaitu:

Pertama, mengangkat kedua tangan ke atas, yaitu menuju Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala berada di atas, istiwa’ di atas ‘arsy-Nya. Mengangkat kedua tangan ke atas termasuk sebab pengkabulan doa sebagaimana terdapat dalam hadits,

إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي من عبده إِذَا رَفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah Ta’ala malu kepada hamba-Nya yang mengangkat dua tangannya kepada-Nya, namun kembali dalam keadaan kosong (yaitu, tidak dikabulkan).” (HR. Tirmidzi no. 3556, Abu Dawud no. 1488, Ibnu Majah no. 3865)

Kedua, orang tersebut berdoa kepada Allah dengan menyebut nama Allah “Ar-Rabb”, yaitu dengan memanggil “Ya Rabb, Ya Rabb”.

Tawassul kepada Allah Ta’ala dengan (menyebut) nama Allah Ta’ala tersebut merupakan sebab pengkabulan doa. Karena Rabb merupakan pencipta, raja, yang mengatur seluruh urusan, dan pengaturan langit dan bumi berada di tangan-Nya.

Oleh karena itu, kita jumpai mayoritas lafadz doa yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah dengan menggunakan nama Allah Ta’ala ini,

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ؛ رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ ؛ فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

“Ya Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”

Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 193-195)

Jadi, bertawassul dengan menyebut nama Allah tersebut (Ar-Rabb), meruapakan di antara sebab pengkabulan doa.

Ketiga, orang tersebut melakukan safar (perjalanan jauh). Mayoritas keadaan orang yang sedang safar adalah sebab pengkabulan doa. Hal ini karena orang yang sedang safar (misalnya dengan pesawat, pent.) merasa sangat butuh Allah Ta’ala. Merasa sangat butuhnya seorang hamba kepada-Nya ketika safar itu lebih besar daripada ketika sedang dalam kondisi tidak safar, lebih-lebih di zaman dahulu.

“Rambutnya kusut acak-acakan dan berdebu”, seolah-olah dia tidak memperhatikan kondisi dirinya sendiri. Karena kebutuhan yang lebih penting daripada itu adalah bersandar kepada Allah Ta’ala, dan berdoa kepada-Nya, apapun kondisinya, baik dalam kondisi kusut dan berdebu, atau dalam dalam kondisi nyaman. Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada sore hari ketika hari Arafah, membanggakan orang-orang yang wukuf di Arafah di depan malaikat. Allah Ta’ala berkata,

أتوني شعثا غبرا ضاحين من كل فج عميق

“Mereka mendatangiku dalam keadaan kusut, berdebu, berjalan dari semua tempat yang jauh.”

Sebab-sebab pengkabulan doa ini tidaklah berfaidah sedikit pun ketika makanannya haram, pakaiannya haram dan dia pun tumbuh dari barang haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

“Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?”

Jika syarat-syarat pengkabulan doa ini tidak terpenuhi, maka sangat kecil doa tersebut akan dikabulkan.

Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, namun tidak dikabulkan, maka hal tersebut karena suatu hikmah yang Allah Ta’ala ketahui dan tidak diketahui oleh hamba yang berdoa. Boleh jadi kita menginginkan sesuatu, padahal sesuatu tersebut tidak baik untuk kita.

 

Ketika syarat-syarat tersebut terpenuhi, namun tidak Allah Ta’ala kabulkan, maka bisa jadi:

(Pertama), dia tercegah dari kejelekan (bahaya atau musibah) yang lebih besar.

(Ke dua), Allah Ta’ala simpan doa tersebut sampai hari kiamat dan Allah Ta’ala penuhi pahalanya yang sangat besar.

Hal ini karena hamba yang berdoa dengan terpenuhi syarat-syaratnya, namun tidak dikabulkan, dan tidak dicegah dari kejelekan yang lebih besar, dia telah melakukan sebab-sebab (sebagaimana yang diperintahkan syariat, pent.). Tidak dikabulkannya doa tersebut adalah karena hikmah tertentu, sehingga dia mendapatkan pahala dua kali: (1) karena sebab doanya; (2) karena sebab musibah yang menimpa dirinya dengan tidak dikabulkannya doanya tersebut dan Allah Ta’ala simpan untuknya (berupa pahala) yang lebih besar dan lebih sempurna.

Perkara penting lainnya adalah hendaknya seseorang tidak merasa bahwa doanya tidak segera (lama atau lambat) terkabul. Karena hal semacam ini adalah sebab tidak dikabulkannya doa. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ

“Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa.”

Para sahabat bertanya, “Apa maksud tergesa-gesa itu, wahai Rasulullah?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعَوْتُ و دَعَوْتُ و دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

“Yaitu ketika seseorang berkata, “Aku berdoa, aku berdoa, aku berdoa, namun belum juga dikabulkan.” (HR. Bukhari no. 6340 dan Muslim no. 2735)

Maka tidak sepatutnya seseorang merasa bahwa doanya lama atau tidak segera Allah Ta’ala kabulkan, lalu mundur tidak berdoa dan meninggalkan doa. Bahkan seharusnya dia merengek-rengek dalam doanya. Karena setiap doa yang kita tujukan kepada Allah Ta’ala adalah ibadah yang mendekatkan diri kita kepada Allah Ta’ala dan menambah pahala.

Oleh karena itu, wahai saudaraku, hendaklah kalian berdoa kepada Allah Ta’ala, dalam setiap urusanmu, baik yang umum atau yang khusus, yang sulit atau yang mudah. Jika tidak ada dalam doamu kecuali itu adalah bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala, maka itu sudah layak bagi seseorang untuk bersemangat di dalamnya. Wallahul muwaffiq.

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43793-mengapa-doaku-belum-dikabulkan.html

Habiburrahman ke Quraish Shihab: Apa Doa Favorit Antum?

Novelis yang juga cendekiawan Muslim Ustaz Habiburrahman El Shairazi tampil sebagai pembicara dalam program bincang-bincang Shihab & Shihab, akhir pekan lalu, bersama presenter Najwa Shihab dan pakar tafsir Alquran M Quraish Shihab.

Hadir pula dalam acara yang bertajuk “Santri Zaman Now” itu, dosen di Wellington, Selandia Baru, Faried F Saenong. Dalam kegiatan yang berlangsung di Masjid Baitul Quran, Pondok Cabe, Jakarta Selatan, itu, perbincangan berkutat seputar hubungan antara seorang santri dan kiai.

Saat menyampaikan ceramahnya, Habiburrahman yang akrab disapa Kang Abik itu menanyakan doa favorit yang kerap dibaca oleh Quraish Shihab. “Kita sekarang mau tanya ke antum ya Syekh Maulana, apa doa favorit yang antum baca tiap waktu,” tanya Kang Abik yang disambut dengan tawa hangat tak kurang dari 400 jamaah yang hadir.

Quraish pun lantas menjawab pertanyaan yang dilontarkan alumni al-Azhar Mesir itu. Quraish mengungkapkan, ada dua doa favorit yang tak pernah dia tinggalkan. “Saya selalu membacanya sehabis shalat lima waktu,” kata Quraish yang merupakan penulis tafsir al-Mishbah itu.

Dia menyebutkan, doa pertama yang dia baca adalah kiriman surah al-Fatihah untuk kedua orang tua dan para gurunya baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia.

Tak jarang pula, Quraish mengaku menghadiahkan bacaan surah Alquran itu untuk para kerabat dan teman-temannya yang sudah wafat. “Kita tidak bisa lepas mengirim al-Fatihah untuk mereka,” kata dia, termasuk pula bacaan surah induk Alquran ini untuk para anak-anaknya.

Quraish melanjutkan, doa berikutnya yang kerap dia baca adalah doa yang terdapat dalam surah an-Naml ayat ke-19 berikut, “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

KAZANAH REPUBLIKA

Ya Rabb, Takdirkan Kami Menjadi Dermawan

DALAM kitab Shifat al-Shafwah halaman 649 ada dua baris tulisan yang memuat kisah menarik dan menyentuh hati. Kisah ini disampaikan oleh Syekh Sirri bin Yahya berdasarkan cerita dari Malik bin Dinar yang terkenal zuhud itu.

Beliau bercerita bahwa ada seorang ibu yang anak bayinya direbut oleh binatang buas untuk disantap. Sang ibu dengan cepat bersedekah satu suapan makanan kepada seseorang. Tiba-tiba binatang buas itu melepaskan bayi itu dan membiarkannya hidup dan bebas. Ibu itu mendengar suara: “luqmah bi luqmah” (satu suapan dibalas satu suapan).

Sedekah satu suapan yang tak seberapa harganya dibalas dengan kebebasan dari satu suapan yang mematikan. Betapa apa yang kita lakukan dalam hidup ini berupa kebaikan-kebaikan diketahui olehNya dan dibalas olehNya dengan balasan yang dahsyat dan tak terduga. Masih tak yakinkah?

Mari kita buang karakter bakhil dari dalam diri kita. Bakhil itu hanya membuat kita terpuruk. Bakhil itu mengiming-imingi tumpukan kekayaan tapi faktanya justru menggerogoti kekayaan kita. Keberkahan dicabut sehingga yang muncul adalah keluhan tanpa ujung.

Ada banyak “binatang buas” yang akan memangsa kita dan milik kita. Tak inginkah kita selamat seperti selamatnya bayi si ibu di atas. Segelas air mungkin berharga murah bagi kita. Namun saat kita shadaqahkan, bisa jadi segelas air itu melancarkan mata air kehidupan kita yang telah sama mampet tak mengalir. Biarlah Allah yang membalas kebaikan kita, fokuslah terus menebar kebaikan, menjadi dermawan, manusia yang berderma bermacam bantuan kebaikan. Salam, AIM. [*]

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

Dahsyatnya Kekuatan Doa

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanyalah milik Allah dan hanya kembali kepada-Nya. Dialah Allah, Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha BIjaksana. Tiada yang patut disembah selain Dia, tiada yang pantas dijadikan sandaran selain Dia. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, ada kekuatan yang luar biasa yang membuat air laut bisa terbelah. Ada kekuatan yang sungguh luar biasa yang membuat kobaran api menjadi dingin. Ada kekuatan yang sangat dahsyat yang membuat bulan terbelah dua. Ada kekuatan luar biasa yang menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa yang tak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Kekuatan apakah itu? Itulah kekuatan doa.

Siapapun yang serius menggunakan kekuatan doa, inilah orang yang beruntung. Karena kekuatan doa itu dahsyat sekali. Karena yang dituju dan diandalkan dengan sebuah doa itu adalah Dzat Yang Maha Kuasa.

Ikhtiar jika tidak hati-hati, maka seseorang akan memiliki pola pikir mengandalkan dirinya sendiri. Keberhasilan akan membuatnya berbangga diri dan tinggi hati, dan kegagalan akan membuatnya mudah frustasi. Oleh sebab itu kita perlu selalu menyertai ikhtiar dengan doa, sejak sebelum, sedang dan setelah ikhtiar. Mengapa? Supaya yang kita andalkan hanyalah Allah Swt. Karena tidak ada sesuatu apapun yang keluar dari kekuasaan Allah Swt.

Allah Swt. berfirman, “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” lalu jadilah ia.”(QS. Al Baqoroh [2] : 117)

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak akan terjadi melainkan atas izin Allah Swt. Ikhtiar kita tidak akan mencapai hasil jika Allah tidak mengkhendaki. Pun demikian sebaliknya, kegagalan tidak akan kita temui jikalau Allah tidak mengkhendaki.

Allah Swt. berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqoroh [2] : 186)

Dalam ayat-Nya yang lain Allah Swt. berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al Mumin [40] : 60)

Allah Swt. tidak hanya mengetahui masalah kita, tidak hanya mengetahui jalan keluar masalah kita, namun Allah Maha Mengetahui berbagai kebutuhan kita. Allah yang memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya dan Allah berjanji untuk memenuhi doa kita. Bahkan pada ayat yang disebutkan terakhir, Allah mengiringi perintah berdoa dengan petunjuk untuk mewaspadai kesombongan. Orang yang enggan berdoa adalah orang yang sombong. Sedangkan kesombongan adalah awal dari malapetaka yang besar.

Marilah kita menggiatkan diri untuk berdoa kepada Allah. Iringi setiap kesungguhan ikhtiar kita dengan doa yang sungguh-sungguh pula kepada Allah Swt. Tiada kejadian apapun yang akan terjadi kecuali hanya atas kehendak-Nya. WAllahualam bishowab. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK