Mengenali Dukhan Tanda Kiamat Besar

Mengenali Dukhan Tanda Kiamat Besar

Secara bahasa dukhon bermakna asap. Lantas dukhon yang bagaimana yang menjadi salahsatu tanda kiamat? Apakah asap meteor seperti kata seorang penceramah akhir zaman? Atau asap gunung meletus atau asap yang bagaimana?

Pembicaraan Mengenai Hari Kiamat

Ketika sahabat Hudzaifah bin Usaid dan sejumlah sahabat lainnya, sedang ngobrol tentang hari kiamat, Nabi ﷺ datang mendekati mereka, kemudian menanyakan,

ﻣﺎ ﺗﺬﻛﺮﻭﻥ؟

Sedang mengingat apa kalian?”

ﻧﺬﻛﺮ اﻟﺴﺎﻋﺔ

“Kami sedang bersama mengingat tentang hari kiamat…” Jawab Hudzaifah.

Mengingat tema yang sedang diobrolkan tentang kiamat, ini menjadi mementum yang pas bagi Nabi ﷺ menyampaikan ilmu tentang hari kiamat. Beliau bersabda,

ﺇﻧﻬﺎ ﻟﻦ ﺗﻘﻮﻡ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻭا ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻋﺸﺮ ﺁﻳﺎﺕ، ﻓﺬﻛﺮ اﻟﺪﺧﺎﻥ، ﻭاﻟﺪﺟﺎﻝ، ﻭاﻟﺪاﺑﺔ، ﻭﻃﻠﻮﻉ اﻟﺸﻤﺲ ﻣﻦ ﻣﻐﺮﺑﻬﺎ، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ، ﻭﻳﺄﺟﻮﺝ ﻭﻣﺄﺟﻮﺝ، ﻭﺛﻼﺛﺔ ﺧﺴﻮﻑ، ﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﺸﺮﻕ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﻐﺮﺏ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺠﺰﻳﺮﺓ اﻟﻌﺮﺏ، ﻭﺁﺧﺮ ﺫﻟﻚ ﻧﺎﺭ ﺗﻄﺮﺩ اﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﺸﺮﻫﻢ

Kalian tidak akan pernah melihat hari kiamat sehingga kalian melihat 10 pertandanya. Yaitu munculnya Dukhon (asap), Dajjal, dabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Yajuj Majuj, tiga musibah terbenamnya tanah yaitu di tanah Timur, di tanah barat dan di Jazirah Arab dan akhir dari pertanda kiamat tersebut adalah terdapat api yang menggiring umat manusia pada tempat di mereka bangkitkan”. (HR. Muslim)

Hadis inilah penafsir atau penjelas untuk ayat,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٖ مُّبِينٖ
يَغۡشَى ٱلنَّاسَۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٞ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (QS. Ad-Dukhan: 10 – 11)

(Lihat penjelasannya di Tafsir Ibnu Katsir 7/245- 247, Tafsir Qurtubi 19/105-107)

Secara bahasa dukhon bermakna asap. Lantas dukhon yang bagaimana yang menjadi salahsatu tanda kiamat? Apakah asap meteor seperti kata seorang penceramah akhir zaman? Atau asap gunung meletus atau asap yang bagaimana?

Mari kita bahas di sini pada pembaca yang dimuliakan Allah…

Perbedaan Pendapat Ulama

Ada perbedaan pendapat ulama tentang dukhon yang dimaksud :

Pertama, kabut yang menimpa kaum Quraisy.

Yaitu kabut yang terjadi saat mereka ditimpa kekeringan dan kelaparan, karena doa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, disebabkan kesombongan mereka kepada ajaran Allah. Ketika mereka melihat ke langit, tergambar di mata mereka seakan berkabut, akibat lapar yang sangat.

Pendapat ini dipilih oleh sahabat Ibnu Mas’ud. Kemudian diikuti oleh sejumlah ulama. (Tafsir Ibnu Katsir 7/247)

Dinilai kuat oleh Imam Ibnu Jarir At-Thobari.

Imam Bukhari menyebutkan riwayat sahabat Ibnu Mas’ud tentang ini. Ketika seorang dari Kindah berbicara tentang dukhon, “Nanti di hari kiamat akan muncul dukhon yang akan menulikan pendengaran orang-orang munafik dan membutakan mata mereka.”

Mendengar ucapan ini, sahabat Ibnu Mas’ud marah,

” من علم فليقل، ومن لم يعلم؛ فليقل : الله أعلم؛ فإن من العلم أن يقول لما لا يعلم: لا أعلم؛ فإن الله قال لنبيه : ” قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنْ الْمُتَكَلِّفِينَ (86) ”  [ص: 86] وإن قريشًا أبطؤوا عن الإسلام، فدعا عليهم النبي صلى الله عليه وسلم فقال : ” اللهم أعني عليهم بسبع كسبع يوسف “، فأخذتهم سنة حتى هلكوا فيها، وأكلوا الميتة والعظام، ويرى الرجل ما بين السماء والأرض كهيئة الدُّخان.

“Siapa yang tahu ilmunya, silahkan bicara. Namun siapa tidak tahu, maka katakan saja “Allahua’lam (Allah lebih yang tahu)”. Karena Allah pernah berfirman kepada NabiNya,

قُلۡ مَآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ أَجۡرٖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُتَكَلِّفِينَ

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada. (QS. Shad : 86)

Dahulu orang-orang Quraisy lambat menerima Islam. Lantas Nabi ﷺ mendoakan keburukan untuk mereka.

“Ya Allah tolonglah aku atas perlawanan mereka dengan masa paceklik yang pernah menimpa Nabi Yusuf.”

Akibat doa ini, mereka ditimpa kekeringan dan kelaparan selama satu tahun. Sampai membinasakan mereka. Mereka sampai memakan bangkai dan tulang belulang. Orang-orang ketika itu, memandangi langit seperti kabut.”

Kesimpulannya menurut pendapat ini, dukhon adalah asap berupa khayalan di pandangan mata saja. Bukan asap yang nyata.

Kedua, asap tanda kiamat yang akan muncul mendekati kiamat.

Pendapat ini dipegang oleh Ibnu Abbas dan sebagian sahabat dan taabi’in.

Dari Ibnu Abi Mulaikah, dia berkata, “Suatu hari, aku menemui Ibnu Abbas di waktu pagi. Dia berkata,

ما نمت الليلة حتى أصبحت

“Aku tidak tidur tadi malam hingga subuh.”

Aku bertanya, “Mengapa?”

Beliau bercerita,

طلع الكوكب ذو الذنب، فخشيت أن يكون الدُّخان قد طرق، فما نمت حتى أصبحت

“Bintang berekor telah terbit. Aku khawatir dukhan telah muncul. Ini yang membuatku tidak bisa tidur hingga subuh.” (HR. Hakim)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan status riwayat di atas sebagai riwayat yang shahih,

وهذا إسنادُ صحيح إلى ابن عباس حبر الأمة، وترجمان القرآن، وهكذا قول من وافقه من الصحابة والتابعين أجمعين، مع الأحاديث المرفوعة من الصحاح والحسان وغيرها

“Ini adalah sanad yang shahih sampai kepada Ibnu Abas tintanya umat, penerjemah Al-Qur`an. pendapat ini juga disepakati oleh sejumlah sahabat dan tabi’in. Didukung oleh hadits-hadits shahih maupun hasan dan lainnya.” (Tafsir Ibnu Katsir 7/249)

Pendapat yang Rajih

Wallahua’lam, pendapat yang kuat adalah pendapat kedua. Dukhon adalah asap yang akan muncul sebelum tiba hari kiamat, sebagai tanda kiamat besar. Alasannya adalah berikut :

[1] firman Allah ta’ala,

يَغۡشَى ٱلنَّاسَۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٞ

Kabut itu meliputi seluruh manusia. Inilah azab yang pedih.” (QS. Ad-Dukhon: 11)

Allah mengabarkan dalam ayat ini, kabut tersebut akan meliputi seluruh manusia. Jika kabut itu hanya menimpa kaum Quraisy, maka tidak disebut meliputi seluruh manusia. Karena hanya menimpa sekelompok orang saja.

Sebagaimana keterangan dari Imam Ibnu Katsir rahimahullah,

يَغْشَى النَّاسَ ” أي : يتغشَّاهم ويعمُّهم، ولو كان أمرًا خياليًا يخصُّ أهل مكة المشركين؛ لما قيل فيه : “يَغْشَى النَّاسَ

Kabut itu meliputi manusia.” Maksudnya meliputi seluruh mereka dan menimpa manusia pada umumnya. Kalau seandainya yang dimaksud dukhon itu hanyalah asap khayalan yang menimpa kaum musyrikin penduduk Makkah saja, maka tentu tidak akan disebut meliputi manusia. (Tafsir Ibnu Katsir 7/249-250)

[2] Nabi ﷺ menyebut dukhon sebagai tanda kiamat besar.

ﺇﻧﻬﺎ ﻟﻦ ﺗﻘﻮﻡ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻭا ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻋﺸﺮ ﺁﻳﺎﺕ، ﻓﺬﻛﺮ اﻟﺪﺧﺎﻥ، ﻭاﻟﺪﺟﺎﻝ، ﻭاﻟﺪاﺑﺔ، ﻭﻃﻠﻮﻉ اﻟﺸﻤﺲ ﻣﻦ ﻣﻐﺮﺑﻬﺎ، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ، ﻭﻳﺄﺟﻮﺝ ﻭﻣﺄﺟﻮﺝ، ﻭﺛﻼﺛﺔ ﺧﺴﻮﻑ، ﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﺸﺮﻕ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﻐﺮﺏ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺠﺰﻳﺮﺓ اﻟﻌﺮﺏ، ﻭﺁﺧﺮ ﺫﻟﻚ ﻧﺎﺭ ﺗﻄﺮﺩ اﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﺸﺮﻫﻢ

“Kalian tidak akan pernah melihat hari kiamat sehingga kalian melihat 10 pertandanya. Yaitu munculnya dukhon (asap), Dajjal, dabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Yajuj Majuj, tiga musibah terbenamnya tanah yaitu di tanah Timur, di tanah barat dan di Jazirah Arab dan akhir dari pertanda kiamat tersebut adalah terdapat api yang menggiring umat manusia pada tempat di mereka bangkitkan”. (HR. Muslim)

Menunjukkan kemunculan dukhon, terjadi saat mendekati Kiamat.

[3] dalam Al-Qur’an diterangkan, bahwa asap tersebut berupa asap yang nyata, bukan sekedar khayalan.

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٖ مُّبِينٖ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. (QS. Ad-Dukhan: 10)

[4] hadis tentang kisah Ibnu Shoyyad.

Dalam Shahih Bukhori dan Shahih Muslim disebutkan kisah Rasulullah ﷺ dengan seorang dukun beragama Yahudi bernama Ibnu Shoyyad. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

إني خبأت لك خبئًا

“Sesungguhnya aku menyembunyikan sesuatu untukmu.”

Ibnu Shoyyad menanggapi,

هو الدُّخ

“Yang Anda sembunyikan adalah dukh (asap).”

Beliau bersabda,

اخسأ؛ فلن تعدو قدرك

Tetaplah di tempatmu. Kamu tidak akan melampaui batasmu.

Kemudian Nabi ﷺ membacakan ayat,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٖ مُّبِينٖ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. (QS. Ad-Dukhan: 10)

(HR. Muttafaqun ‘Alaihi).

Dijelaskan oleh hadis serta ayat yang dibaca oleh Nabi di atas, bahwa tanda kiamat berupa dukhon masih ditunggu. Ini menunjukkan tanda ini belum tiba di saat Nabi bersabda ini. Lebih-lebih lagi, kisah ini terjadi setelah hijrahnya Nabi ke kota Madinah. Ini menunjukkan bahwa pendapat pertama di atas, kurang tepat.

Diterangkan dalam kitab Al-‘Aqoid As-Salafiyah,

وأما ما فسر به ابن مسعود رضى الله عنه ؛ فإن ذلك من كلامه، والمرفوع مقدم على كل موقوف

“Adapun penafsiran yang disebutkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, itu adalah pendapat beliau. Dan hadis Nabi, lebih berhak didahulukan daripada pendapat sahabat.” (Al-‘Aqoid As-Salafiyah Bi Adillatiha An-Naqliyah Wal ‘Aqliyah, 2/469)

Wallahua’lam bis showab.

Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/56583-mengenali-dukhan-tanda-kiamat-besar.html

Tafsir Surat Ad Dukhan Ayat 10-15: Munculnya Dukhan Di Akhir Zaman

Kali ini kita akan membahas sebuah tanda akhir zaman yang telah dikabarkan Allah Ta’ala dalam surat Ad Dukhan ayat 10-15

Ad-Dukhan, Sebuah Tanda Akhir Zaman

Dalam Al Qur’an surat Ad Dukhan ayat 10 sampai 15 mengabarkan tentang salah satu peristiwa di akhir zaman kelak yaitu munculnya ad dukhan di akhir zaman. Apa itu dukhan dan bagaimana sifatnya, serta pelajaran apa yang bisa kita petik darinya. Silakan simak penjelasan ringkas berikut ini.

Surat Ad Dukhan Ayat 10-11

Allah Ta’ala berfirman:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa dukhan (kabut) yang nyata. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih” (QS. Ad Dukhan ayat 10 – 11).

Al imam Al Qurthubi dalam Tafsir-nya menjelaskan tentang makna ad dukhan dalam ayat ini:

وفي الدخان أقوال ثلاثة :
الأول : أنه من أشراط الساعة لم يجيء بعد. وممن قال إن الدخان لم يأت بعد : علي وابن عباس وابن عمرو وأبو هريرة وزيد بن علي والحسن وابن أبي مليكة
القول الثاني : أن الدخان هو ما أصاب قريشا من الجوع بدعاء النبي صلى الله عليه وسلم . حتى كان الرجل يرى بين السماء والأرض دخانا .قاله ابن مسعود
القول الثالث : إنه يوم فتح مكة لما حجبت السماء الغبرة ; قاله عبد الرحمن الأعرج

“Makna ad dukhan ada 3 pendapat:

Pertama, ad dukhan adalah salah satu tanda hari kiamat yang belum terjadi. Diantara yang berpendapat demikian adalah Ali, Ibnu Abbas, Ibnu ‘Amr, Abu Hurairah, Zaid bin Ali, Al Hasan dan Ibnu Abi Mulaikah.

Kedua, ad dukhan adalah khayalan yang menimpa kaum Quraisy ketika mereka mengalami kelaparan ekstrim atas doa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sehingga orang-orang ketika itu seperti melihat dukhan (asap) di antara langit dan bumi. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud.

Ketiga, ad dukhan adalah debu yang mengepul di hari Fathu Makkah, sehingga menutupi langit. Ini adalah pendapat Abdurrahman Al A’raj”

Tanda Akhir Zaman yang Belum Terjadi

Tafsiran pertama adalah tafsiran yang lebih rajih, dirajihkan oleh al Imam Ibnu Katsir rahimahullah.

Ayat di atas menunjukkan akan adanya ad dukhan sebagai salah satu tanda hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ السَّاعَةَ لا تَكُونُ حتَّى تَكُونَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بالمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بالمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ في جَزِيرَةِ العَرَبِ وَالدُّخَانُ وَالدَّجَّالُ، وَدَابَّةُ الأرْضِ، وَيَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ، وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِن مَغْرِبِهَا، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِن قُعْرَةِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ

Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda: bencana penenggelaman manusia ke tanah di negeri barat, negeri timur dan di jazirah Arab, terjadi ad dukhan, munculnya dajjal, munculnya dabbah, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, munculnya api yang keluar cekungan Aden yang mengusir manusia” (HR. Muslim no.2901).

Bentuk dan Sifat Ad Dukhan

Ad dukhan bentuknya berupa asap yang jika mengenai orang Muslim maka mereka merasakan seperti pilek, sedangkan jika mengenai orang kafir akan keluar cairan dari kuping mereka dan merasakan kesakitan yang luar biasa.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يَأْتي النَّاسَ يَومَ القِيَامَةِ دُخَانٌ، فَيَأْخُذُ بأَنْفَاسِهِمْ حتَّى يَأْخُذَهُمْ منه كَهَيْئَةِ الزُّكَامِ

“Akan datang dukhan (asap) kepada manusia di hari kiamat, yang memasuki pernapasan mereka, sehingga mereka akan merasakan seperti pilek” (HR. Muslim no.2798).

Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ ربَّكم أنذرُكم ثلاثًا : الدُّخانُ يأخذُ المؤمِنُ كالزُّكْمَةِ ، ويأخذُ الكافرُ فينتفخُ حتَّى يخرُجَ من كلِّ مَسْمَعٍ منهُ ، والثَّانيةُ الدابَّةُ ، والثَّالثةُ الدَّجَّالُ

“Sesungguhnya Rabb kalian memperingatkan kalian dari tiga hal: asap yang jika mengenai orang Muslim maka mereka merasakan seperti pilek, sedangkan jika mengenai orang kafir maka mereka akan sesak nafas dan keluar cairan dari kuping mereka, kemudian yang kedua munculnya dabbah dan yang ketiga munculnya dajjal” (HR. Thabrani, dihasankan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 7/235).

Dalam riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

فالخَلقُ مُلجَّمونَ في العرقِ ، فآمَّا المؤمنُ فهوَ عليهِ كالزَّكْمَةِ ، وأمَّا الكافرُ فيتغشَّاهُ الموتُ

“Manusia akan berkumpul di Irak. Adapun orang Mukmin, mereka akan merasakan seperti pilek. Sedangkan orang kafir mereka akan tertutupi kematian” (HR. Ibnu Wazir dalam Al ‘Awashim wal Qawashim, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 3639).

Surat Ad Dukhan Ayat 12

Allah Ta’ala berfirman:

رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ

“(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman” (QS. Ad Dukhan: 12)

Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan:

قيل : إن قريشا أتوا النبي صلى الله عليه وسلم وقالوا : إن كشف الله عنا هذا العذاب أسلمنا , ثم نقضوا هذا القول . قال قتادة : ” العذاب ” هنا الدخان . وقيل : الجوع

“Sebagian ulama mengatakan, maksud ayat ini, kaum Quraisy datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kemudian mengatakan: jika Allah lenyapkan adzab ini, kami akan masuk Islam. Kemudian ternyata mereka melanggar janji mereka. Qatadah mengatakan bahwa adzab yang dimaksud dalam ayat ini adalah ad dukhan. Sebagian ulama mengatakan, maknanya adalah musibah kelaparan” (Tafsir Al Qurthubi).

Jangan Berlambat-Lambat untuk Bertaubat

Hendaknya kita tidak berlambat-lambat dalam menerima kebenaran dan melakukan ketaatan. Jangan sampai kita baru tersadar untuk menerimanya ketika di masa sulit atau bahkan ketika hampir terlambat. Jangan seperti orang kafir yang baru ingin beriman ketika sudah diuji dengan ad dukhan berupa kelaparan, atau ketika hampir terlambat yaitu ketika datangnya dukhan berupa asap di hari kiamat. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:

رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَصْحَابِهِ تَأَخُّرًا فَقَالَ لَهُمْ : ( تَقَدَّمُوا وَأْتَمُّوا بِي ، وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ ، لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يؤخرهم الله )

Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam melihat sebagian sahabatnya berlambat-lambat untuk shalat. Lalu beliau bersabda: ‘Bersegeralah kalian untuk shalat dan sempurnakanlah shalat bersamaku (jangan masbuk). Sehingga orang-orang yang datang setelah kalian juga bisa menyempurnakan shalatnya. Orang yang senantiasa berlambat-lambat untyk shalat sungguh Allah akan akhirkan ia (masuk surga)‘” (HR. Muslim, no. 438).

Hadits ini menunjukkan fatalnya konsekuensi yang diterima oleh orang yang berlambat-lambat melakukan kebaikan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ungkapan ini merupakan ancaman dari Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam. Bukan hanya pada amalan ini saja, namun juga pada semua amalan shalih. Karena seseorang itu jika dalam hatinya tidak ada kecintaan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, ia akan terus berada dalam kemalasan. Oleh karena itu hendaknya seseorang ketika terbuka peluang untuk melakukan ibadah maka hendaknya bersegera melakukannya. Sehingga jiwa tidak dihinggapi rasa malas. Sehingga ia tidak menjadi orang yang diakhirkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla”. (Asy Syarhul Mumthi’, 5/90).

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بَادِرُوا بالأعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Bersegeralah untuk beramal (shalih) sebelum datangnya fitnah yang samar seperti potongan malam gelap. Sehingga seseorang di pagi hari masih beriman dan sore hari sudah kafir. Di sore hari masih beriman namun di pagi hari sudah kafir. Ia menjual agamanya demi mendapatkan harta dunia (HR. Muslim no.118).

Surat Ad Dukhan Ayat 13-14

Allah Ta’ala berfirman:

أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ

“Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: “Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila” (QS. Ad Dukhan: 13 – 14).

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan:

وهذا يقال يوم القيامة للكفار حين يطلبون الرجوع إلى الدنيا فيقال: قد ذهب وقت الرجوع

“Ini adalah dikatakan di hari Kiamat kepada orang-orang kafir ketika mereka meminta untuk kembali ke dunia. Maka dikatakan kepada mereka telah pergi waktu untuk kembali” (Tafsir As Sa’di).

Penyesalan Orang Kafir Karena Mengingkari Rasulullah

Orang-orang kafir mereka menyadari akibat perbuatan mereka ketika mereka mengabaikan ajaran para Rasul. Ketika mereka melihat ngerinya adzab di akhirat, lalu mereka menyesali perbuatan mereka yaitu telah menolak ajaran para Rasul. Sehingga mereka pun berharap bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki keadaan, namun itu tidak mungkin terjadi. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin” (QS. As-Sajdah:12).

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS.al-Mulk:10).

Orang Beriman pun Menyesal Kelak di Akhirat

Ketahuilah, di akhirat, orang-orang beriman pun menyesal. Namun yang mereka merasa menyesal karena tidak bisa menambah amalan shalih. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al Munafiqun: 10).

Ujian dalam Mendakwahkan Tauhid

Dari ayat ad Dukhan ayat 13-14 ini juga kita mengambil pelajaran bahwa orang yang mendakwahkan tauhid dan Sunnah akan pasti akan mendapatkan rintangan. Diantaranya mereka akan diberi label-label yang jelek seperti “gila”, “tukang sihir”, “radikal”, “ekstremis”, “fanatik” dan lainnya. Allah Ta’ala berfirman:

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

“Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila”. (QS. Adz Dzariyat: 52).

Namun celaan-celaan ini tidak akan merendahkan mereka di sisi Allah, justru memuliakan mereka. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين لا يضرهم من خالفهم حتى يأتي أمر الله

“akan terus ada segolongan dari umatku yang senantiasa menampakkan kebenaran. tidak akan membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka, hingga datang perkara Allah (hari kiamat)” (HR. Abu Daud no. 4252 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

Surat Ad Dukhat Ayat 15

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا كَاشِفُو الْعَذَابِ قَلِيلًا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ

“Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu sedikit saja, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)” (QS. Ad Dukhan: 15).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini, beliau berkata:

إنه يقول تعالى ولو كشفنا عنكم العذاب ورجعناكم إلى الدار الدنيا لعدتم إلى ما كنتم فيه من الكفر والتكذيب

“Maksudnya Allah ta’ala katakan kepada mereka: andaikan kami hilangkan adzab Kami terhadap kalian ini, dan kami kembalikan kalian ke dunia, sungguh kalian akan kembali lagi melakukan apa yang kalian lakukan dahulu, berupa kekufuran dan mendustakan ajaran para Rasul” (Tafsir Ibnu Katsir).

Sebagaimana Allah ta’ala katakan dalam ayat yang lain:

وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka” (QS. An An’am: 28).

Baca Juga:

Istiqamah Ketika Keadaan Senang dan Sulit

Maka di sini ada pelajaran bagi kita semua, untuk senantiasa berusaha istiqamah di masa senang maupun sulit, jangan tunggu mendapat musibah baru ingat Allah! Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang menyesal. Allah ta’ala berfirman:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang beribadah kepada Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini” (QS. Al Kahfi: 28).

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺗَﻌَﺮَّﻑْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺧَﺎﺀِ ﻳَﻌْﺮِﻓُﻚ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸِّﺪَّﺓِ

“Kenalilah (ingatlah) Allah di waktu senang pasti Allah akan mengenalimu di waktu sempit” (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2961).

Sabar Ketika Sedang Futur (Malas)

Ketika iman melemah, mulai futur dan malas, maka upayakan bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar syariat dan mencoreng wibawa. Oleh karena itu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لكلِّ عملٍ شِرَّةٌ ولكلِّ شِرَّةٍ فَترةٌ فمَن كانَت فترتُهُ إلى سنَّتي فقد اهتَدى ومَن كانَت فترتُهُ إلى غيرِ ذلكَ فقَد هلَكَ

“Setiap amalan ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa futurnya. Barangsiapa yang futurnya di atas sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk. Barangsiapa yang futurnya bukan di atas sunnahku, maka ia akan binasa” (HR. Ahmad no. 6764, dishahihkan Al Albani dalam takhrij Kitabus Sunnah hal.51).

Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53059-munculnya-dukhan-di-akhir-zaman.html