SUATU hari di tepi sungai Dajlah, Irak, sufi Hasan Al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.
Kemudian Al-Basri berbisik dalam hati. “Alangkah buruk akhlak orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku! “Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil dia selamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, demi Allah, selamatkanlah seorang lagi yang belum sempat saya tolong itu.”
Tapi betapapun Al-Basri berusaha, dia gagal menyelamatkan penumpang yang tersisa. Maka lelaki itu berkata: “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah Ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak.”
Al-Basri tertegun. “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi, tolong selamatkanlah saya juga dari tenggelam dalam kebanggaan dan rasa sombong.”
Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.”
Semenjak itu, Al-Basri belajar merendahkan hati setiap saat. Bahkan dia menganggap dirinya tidak lebih daripada mahluk lainnya.
Jika Allah membukakan pintu salat tahajud, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur pulas.Jika Allah membukakan pintu puasa sunah, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunnah.
Bisa jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunnah itu lebih dekat pada Allah dari diri kita. Sebab Ilmu Allah amatlah Luas. Jangan pernah ujub dan sombong pada amal sendiri. [Islam Indonesia]