Isra Mikraj Antara Jasad atau Ruh, Simak Perdebatan Antara Aisyah dan Sahabat Lain

Dalam bulan Rajab terdapat peristiwa besar yang di luar nalar, sebagai bukti kemaha kuasaan Allah Swt. yang mana Allah memerintahkan Rasulullah Saw untuk melakukan perjalanan spiritual dalam rangka mengemban amanah yang besar. Peristiwa ini dikenal dengan istilah Isra’ mikraj.

Karena peristiwa ini menembus dinding logika manusia, mungkin saja terlintas dalam benak, apa bisa seorang hamba melakukan perjalanan dalam durasi singkat menuju ke radius jarak yang sangat jauh, yaitu dari Mekkah ke Palestina, kemudian disambung ke langit ke tujuh.

Meski di luar nalar, kita harus percaya, sebab tuhan itu punya kuasa. Semua perkara yang tidak mungkin, dalam kuasa-Nya pasti menjadi mungkin, termasuk peristiwa yang dialami Nabi Saw ini. 

Sebagai seorang muslim yang taat, pasti kita percaya terhadap peristiwa ini. Namun ketika dipikirkan, mungkin terlintas dalam benak, Rasulullah ini Isra Mi’raj dengan jasadnya sahaja atau dengan ruhnya juga? 

Mengenai permasalahan ini, terjad khilaf di antara kibar as-sahabat. Menjadi 2 poros besar, Sayyidah Aisyah R.A menganggap peristiwa Isra mi’raj ini dialami ruhnya Nabi saja sebagaimana redaksi berikut:

وَرُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ مَا فُقِدَ جَسَدُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَكِنْ اللَّهَ أَسْرَى بِرُوحِهِ. وَالْأَكْثَرُونَ عَلَى أنه أسرى بجسده وروحه فِي الْيَقَظَةِ وَتَوَاتَرَتِ الْأَخْبَارُ الصَّحِيحَةُ عَلَى ذَلِكَ.

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah R.A, beliau berkata “Rasulullah isra’ itu dengan ruhnya, bukan dengan jasadnya”. Namun menurut matoritas, Rasulullah isra’ itu dengan ruh dan jasadnya juga (dalam keadaan terjaga dan sadar). Sungguh telah banyak hadis sahih yang menjelaskan demikian. (Tafsir Al-Baghawi, jilid III, halaman 105). 

Hadis dari sayyidah Aisyah ini ternyata bermasalah dalam segi transmisinya, Alawi As-segaf menyatakan bahwa hadis ini berstatuskan daif, sebab Ibnu ishaq meriwayatkannya dengan sanad yang munqati’ (terputus sampai taraf sahabat). (Takhrij ahadits wa atsar kitab fi dzilal al-qur’an https://al-maktaba.org/book/2615/297#p1 halaman 299) 

Mengenai hadis yang meriwayatkan peristiwa isra’ mi’raj, Ibnu Hajar al-Haitami  dalam kitab Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, juz VIII halaman 609, selaku komentator sahih bukhari yang paling masyhur mengatakan:

وَظَاهِرُ الْأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِي الْإِسْرَاءِ تَأْبَى الْحَمْلَ عَلَى ذَلِكَ بَلْ أُسْرِيَ بِجَسَدِهِ وَرُوحِهِ وَعُرِجَ بِهِمَا حَقِيقَةً فِي الْيَقَظَةِ لَا مَنَامًا وَلَا اسْتِغْرَاقًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Secara leksikal, hadis yang meriwayatkan peristiwa isra’ itu tidak bisa diarahkan terhadap pemahaman bahwa yang isra’ itu ruhnya nabi bukan jasadnya, bahkan yang isra’ adalah kedua-duanya. 

Mengapa bisa demikian? Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-qur’an al-adzim, halaman 41 juz 5 mengatakan;

وَأَيْضًا فَإِنَّ العبد عبارة عن مجموع الروح والجسد

Sebab ketika Allah menceritakan peristiwa isra’  mi’raj dalam surat al-isra’ ayat 1, Allah itu menggunakan redaksi abd, yang mana kata tersebut merupakan representasi dari ruh dan jasad.

Jadi menurut pendapat yang valid, dikatakan bahwasanya yang Isra Mikraj itu adalah ruh dan jasadnya Nabi Saw. Adapun mengenai riwayatnya sayyidah Aisyah, tidak bisa dijadikan dalil, sebab transmisinya itu bermasalah. Wallahu A’lam.

BINCANG SYARIAH