Jamaah haji asal Palestina bersyukur bisa menjalankan rukun Islam yang kelima di Tanah Suci. Mereka berterima kasih atas sambutan pihak berwenang Arab Saudi terhadap jamaah Palestina.
Jamaah haji Palestina bernama Salih Yassin membagikan kisah memilukan yang dialami di Tanah Airnya. “Jalur Gaza hanya penjara sepanjang 64 kilometer persegi,” kata dia.
Pria berusia 69 tahun itu mengatakan salah satu jalan keluar dari Gaza adalah melalui persimpangan Mesir. Ia menyebut keberhasilannya sampai ke Tanah Suci adalah takdir karena usaha yang tak pernah menyerah.
Yassin mengatakan mendapat ujian memilukan dari Tuhan. Sebab, ketiga putranya harus berpulang terlebih dahulu karena bentrokan di Palestina.
Yassin mengisahkan, kematian pertama putranya berawal dari serangan Israel ke Gaza sebelum Januari 2009. Seminggu setelah agresi itu, Yassin sedang sarapan dengan istrinya di rumah.
Sementara putra-putranya berada di rumah tetangga. Saat itu, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang mengguncang kawasan rumahnya.
Istri Yasin mencoba melihat situasi di luar rumah. Namun, istrinya malah menemukan tubuh salah satu putranya yang bernama Abdurrahman hancur.
“Tubuhnya hancur berkeping-keping, tersebar di mana-mana,” kata Yasin dengan berurai air mata.
Setahun kemudian, pada Hari Raya Idul Adha, iman keluarga Yassin kembali diuji. Hari itu dia kehilangan dua anaknya sekaligus dalam sebuah serangan, Islam (35 tahun) dan Mohammed (20). Islam merupakan ayah tiga putra dan dua putri. Sementara Mohammed belum berkeluarga.
“Di pagi hari, seluruh keluarga berdandan. Islam dan Mohammed tampak seperti laki-laki sejati,” ujar Yassin.
Namun, berita buruk datang beberapa menit usai adzan Maghrib. Kabar mengatakan mobil yang ditumpangi kedua anaknya itu diledakkan oleh roket Israel di Jalan Al-Nafaq di Gaza.
Yassin langsung pergi ke Rumah Sakit Al-Shifaa, tempat anak-anaknya dirawat. Namun, ia sangat terkejut mengetahui anaknya Mohammed sudah meninggal dunia.
“Ketika kami sampai di rumah sakit, Islam masih bernafas, hanya beberapa menit sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya,” kata dia.
Meskipun berduka, sebagai seorang Muslim, Yassin menerima cobaan dari Allah itu dengan lapang dada. Dia yakin ketiga putranya meninggal di jalan Allah SWT.
“Allah telah berfirman: ‘Dan jangan pernah berpikir mereka yang telah terbunuh di jalan Allah telah mati. Mereka hidup, menerima rezeki dari Tuhan’,” ujar dia.
Yassin meyakini Allah SWT akan menyatukan keluarganya di surga-Nya. Yassin merasa bahagia bisa datang ke Tanah Suci untuk berhaji, dan memuji layanan pemerintah Saudi.
“Saya beruntung tahun ini bisa bergabung dengan program Raja Salman untuk melakukan ritual haji,” kata dia.
Ia memuji layanan khusus Raja Salman untuk berhaji. Menurut dia, Amerika dan negara lain di dunia tidak dapat menyediakan layanan yang sebanding dengan ibadah haji. Yassin mengatakan pernah berhaji pada 1974. Karena itu, dia merasa takjub dengan peningkatan besar di Saudi.
“Situs-situs suci telah sepenuhnya berubah. Proyek-proyek besar, termasuk tenda Mina, jembatan Jamarat, bangunan, kebersihan dan kereta, semuanya membanggakan,” ujar dia.
Jamaah lainnya, Yusuf Abu Tair (62) menceritakan istrinya dibunuh oleh seorang tentara Israel pada 2016. “Dia sedang berdiri di pintu untuk masuk ke rumah. Kemudian seorang tentara Yahudi memanggilnya, tetapi dia mengacuhkan. Saat tak ada respons, mereka menembak dia,” kata AbuTair.
AbuTair menganggap layanan yang disediakan pemerintah Saudi melampaui harapannya. “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk semua layanan dan bantuan yang mereka tawarkan kepada kami,” ujar dia.