Ini Klarifikasi Anggito Soal Dana Haji untuk Infrastruktur

Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Anggito Abimanyu mengatakan tidak ada dana kelolaan haji yang diinvestasikan secara langsung ke proyek infrastruktur.

Ketika ditemui pers di tengah Festival Ekonomi Syariah Indonesia (ISEF) 2018 di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, Anggito merinci dari total dana haji Rp110 triliun yang terkumpul hingga saat ini, sebanyak 50 persennya atau Rp55 triliun ditambah Rp7 triliun dikelola di Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaran Ibadah Haji (BPS-BPIH). Kemudian sisanya dialokasikan ke surat berharga syariah.

“Kami klarifikasi, dari total dana haji, 50 persen di BPS-BPIH plus Rp7 triliun, sisanya di surat berharga negara syariah, tidak ada investasi langsung, termasuk di infrastruktur, tidak ada,” kata Anggito.

Anggota Badan Pelaksana BPKH Iskandar Zulkarnain menambahkan jika ada investasi langsung ke infrastruktur di kemudian hari, pihaknya ingin investasi itu digunakan untuk membiayai infrastruktur khusus yang terkait haji seperti pemondokan.

Terkait dana haji yang disimpan di surat berharga syariah negara (SBSN), bisa saja dana itu digunakan untuk proyek infrastruktur. Adapun BPKH, kata ia, tidak memiliki tujuan itu.

“Kalau di Sukuk/SBSN itu tidak didedikasikan untuk itu (infrastruktur). (Sukuk) itu kan di pemerintah, bukan di BPKH,” kata dia.

Iskandar mengatakan pihaknya terus mengutamakan prinsip transparansi dan akuntabilitas terkait dana haji. Salah satu upaya untuk itu adalah penggunaan rekening virtual (virtual account/VA) bagi calon jemaah haji yang sudah dan akan mendaftar. VA juga akan diberikan kepada jamaah tunggu (sudah mendaftar) yang saat ini berjumlah 3,9 juta orang.

“Targetnya 50 persen total jamaah tunggu akan kami verifikasi hingga selesai pada 2019 dan diberikan VA ,” kata Iskandar.

Rekening virtual akan mencatat saldo setoran awal jamaah ditambah nilai manfaat dari dana haji yang sudah disetorkan. Pemilik rekening virtual dapat memantau langsung penggunaan dana yang telah disetorkan dan juga nilai manfaatnya.

REPUBLIKA

Rakernas Evaluasi Haji Hasilkan Puluhan Rekomendasi

Jakarta (PHU)—Rapat Kerja Nasional Evaluasi Penyelenggaraan Haji telah selesai dengan menghasilkan beberapa rekomendasi. Ketua Panitia Muhajirin Yanis melaporkan rekomendasi yang dihasilkan dalam pembahasan masing-masing Komisi kepada Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

“Sidang Komisi A-D berjalan baik sejak pagi hingga sore hari. Tiap komisi telah menghasilkan rekomendasi dan rencana aksi 2019 serta telah dibahas dalam Sidang Pleno,” kata Muhajirin Yanis dalam laporannya, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Rekomendasi yang dihasilkan oleh seluruh Komisi lebih dari 50 butir. Muhajirin Yanis menyebutkan akan dibentuk tim penyelaras untuk menyusun rumusan hasil Rakernas Evaluasi Penyelenggaraan Haji yang akan diserahkan kepada Menteri Agama.

“Setelah berdiskusi cukup panjang dalam Komisi dan Sidang Pleno, secara umum peserta mengaku penyelenggaraan haji tahun 2018 berjalan lebih baik dari tahun sebelumnya,” imbuh Yanis dalam laporannya.

Rekomendasi yang paling mengemuka terkait pelimpahan nomor porsi bagi jemaah wafat dan percepatan pemberangkatan jemaah haji lanjut usia (lansia). Prosesnya dapat dilakukan setelah dilakukan perubahan regulasi.

“Penguatan regulasi mutlak dilakukan. Usulan pelimpahan nomor porsi agar diperluas tidka hanya bagi jemaah wafat sudah masuk dalam usulan revisi. Selain itu juga bagaimana agar regulasi dapat mengatur percepatan keberangkatan bagi jemaah lansia,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal PHU ini.

Terkait dengan hasil survey Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) 2018, Yanis menuturkan bahwa IKJHI masih belum dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inspektorat Jenderal Kementerian Agama pada tahun 208 juga melakukan survey kepuasan jemaah haji atas layanan yang diberikan. Hasil survey Itjen sebagaimana telah disampaikan oleh Inspektur Jenderal, Nur Kholis Setiawan dalam kegiatan yang sama. (ab/ab).

KEMENAG RI

Indonesia Sabet Tiga Penghargaan dari Arab Saudi

Musim haji telah berakhir, dan sudah saatnya pemerintah mulai melakukan evaluasi guna mengintrospeksi kinerja dan kesuksesan terselenggaranya musim haji 2018. Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama lembaga terkait menggelar Evaluasi Nasional Kesehatan Haji 2018 dengan tema Profesionalitas petugas kesehatan dalam mendukung penyelenggaraan haji.

Acara yang digelar di Jakarta, dan akan berlangsung sejak Kamis 11 Oktober hingga 13 Oktober 2018 ini, dihadiri oLeh lebih dari 150 peserta dari dinas kesehatan berbagai daerah. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Moeloek mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh petugas kesehatan haji yang telah bekerja maksimal dalam menyukseskan penyelenggaraan haji 2018 ini.

“Apa yang telah dikerjakan oleh petugas kesehatan haji, kementrian kesehatan, kementrian agama, sudah sangat maksimal. Mulai dari persiapan, pada saat ibadah haji, hingga kepulangan. Saya kira ini sudah sangat bagus sekali, dan kami akan segera siapkan untuk musim haji 2019 nanti agar bisa lebih bagus lagi,” kata Nila, Kamis (11/10).

Dikatakan Nila, tahun ini, jumlah jamaah yang berisiko tinggi jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sekitar 65.5 persen, atau 2.1 persen lebih tinggi dari sebelumnya. Adapun upaya yang telah dilakukan untuk menanggulanginya adalah dengan istitaah.

Istitaah itu, kata Nila, merupakan kesepakatan antara kementrian kesehatan dan kementerian agama untuk memfilter calon jamaah yang layak berangkat haji. Upaya ini juga merupakan implementasi dari Permenkes No 15 tahun 2016 mengenai istitaah kesehatan haji yang berupa pembinaan, pelayanan, dan bimbingan kesehatan bagi jamaah baik sejak di tanah air maupun saat kembali lagi ke tanah air.

Untuk mewujudkannya, diperlukan kerja sama dinkes daerah dan provinsi untuk mendata riwayat dan kondisi kesehatan terkini calon jamaah. Data yang telah terkumpul akan dimasukkan ke sistem komputerisasi pusat Kemenkes, yang nantinya akan memudahkan petugas mengetahui kondisi kesehatan jamaah.

“Data ini juga akan tersimpan di masing masing kartu kesehatan jamaah haji sehingga pelaksanaan ibadah haji akan semakin mudah,” ujar Menkes.

Menkes berpesan, bagi para calon jamaah haji, agar dapat menjalani istitaah dengan maksimal untuk mengukur kemampuan sebelum menunaikan ibadah haji. Kementerian Agama, lanjut dia, juga telah mengatur kebijakan terkait jamaah yang gagal seleksi istitaah, yakni dapat digantikan oleh wali.

“Karena memang untuk pergi haji bukan hanya membutuhkan kemampuan secara finansial, tapi juga mampu fisiknya,” ujar Nila.

Hingga saat ini, seleksi istitaah telah berjalan maksimal, bahkan telah melebihi target. Hal itu dapat dilihat dari berkurangnya angka kematian jamaah haji dibanding tahun sebelumnya, yakni 1.5 persen dari total jamaah sebanyak 221 ribu jamaah.

Dengan pencapaian ini, Kementrian Kesehatan juga menyabet tiga penghargaan sekaligus dari Pemerintah Arab Saudi. Yakni penghargaan sebagai pelayanan kesehatan terbaik, tim promosi dan preferensi terbaik, dan penghargaan umum sebagai negara dengan pelayanan kesehatan terbaik.

Nila mengaku, inovasi pelayanan haji tahun ini memang lebih matang dan efektif. Mulai dari sistem pengecekan kesehatan, tim gerak cepat, hingga tim promosi baik saat berada di tanah air maupun Tanah Suci.

Fasilitas kesehatan seperti posko kesehatan hingga rumah sakit Indonesia di beberapa wilayah di Arab Saudi seperti Jedah, Makkah dan Madinah, kata Nila, kini juga telah banyak diperbaiki dan diperlengkap, sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih maksimal.

“Penghargaan ini tentu merupakan sebuah penghormatan dan pemacu semangat untuk lebih baik lagi, dan semoga dengan evaluasi ini kita dapat melihat kinerja masing-masing tim pelaksana haji dan meningkatkannya,” tutup Nila.

Kesan Menag Lukman saat Masuk Ruangan Dalam Kakbah

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Selasa (25/09), mendapat kehormatan untuk memasuki ruang bagian dalam Kakbah. Kehormatan itu diberikan oleh Pemerintah Saudi kepada Menag bersamaan dengan momen pencucian Kakbah.

“Alhamdulillah pagi hari ini, saya selaku Menag yang juga amirul hajj pada penyelenggaraan haji tahun ini, merasa bersyukur berkesempatan untuk memenuhi undangan Menteri Haji untuk ikut masuk ke dalam Kakbah,” terang Menag.

Moment pencucian Kakbah dilakukan pagi hari, jelang memasuki waktu Dluha. Dipimpin Gubernur Makkah Prince Kholid Al Faishal, sejumlah tokoh, termasuk Menag Lukman diberi kesempatan untuk melihat bagian dalam bangunan yang menjadi kiblat umat muslim dunia.

Lukman mengaku beberapa saat diperkenankan masuk Kakbah, selanjutnya menunaikan salat dua rakaat sebanyak empat kali karena di setiap bidang, di setiap sudut dia melakukan salat dua rakaat.

“Kami juga memanjatkan doa terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta agar ke depan bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia senantiasa mampu meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan kesejahteraannya,” tutur Menag.

Berkesempatan memasuki Kakbah, menurut putra mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) tidak semata kehormatan bagi dirinya, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. “Kami sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Saudi Arabia yang sudah memberikan kesempatan sekaligus kehormatan ini,” ujarnya.

Dijelaskan Menag, bagian dalam Kakbah sangat bersih dengan lapisan marmer pada dinding dan lantai. Aroma ruangannya juga sangat wangi. Pengalaman pertama memasuki Baitullah ini memberi kesan mendalam yang menurut Menag tidak mudah diungkapkan.

“Kiblat semua Muslim di dunia itu adalah Kakbah. Ketika kita memasuki, tentu kita memiliki kesan tersendiri yang luar biasa,” kenangnya.

Menag dijadwalkan akan berada di Saudi hingga 26 September mendatang. Setelah dari Makkah, Menag akan menuju Kota Nabawi, Madinah. Menag akan melepas kepulangan kloter terakhir jemaah haji Indonesia dari Madinah menuju Tanah Air.

OKEZONE

Total Jamaah Meninggal pada Musim Haji 2018 Sebanyak 385 Orang

Seluruh jamaah haji Indonesia telah meninggalkan Tanah Suci pada Selasa, (25/9/2018). Secara resmi pemulangan mereka dilepas oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Arab Saudi.

Jamaah yang terakhir pulang yakni dari Kloter 63 JKG Banten sebanyak 381 penumpang yang terdiri dari jamaah dan lima petugas pendamping kloter. Sebelumnya pemulangan gelombang pertama dari Bandara Jeddah yang dimulai pada 27 Agustus hingga 9 September lalu, sebanyak 218 kloter yang mengangkut 88.944. Rinciannya, jamaah haji sebanyak 87.853 orang dan petugas kloter 1.091 orang.

Sedangkan untuk gelombang kedua, sejak pemulangan awal dari Bandara Madinah pada 9 September lalu, telah kembali ke Tanah Air sebanyak 488 kloter. Terdiri 195.884 jamaah bersama 2.439 petugas yang menyertai jamaah sehingga total keseluruhan gelombang dua yang telah kembali 198.323 orang.

Sementara itu, dari keseluruhan jamaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci sejak 17 Juli 2018, tercatat total jamaah Indonesia yang meninggal dunia pada musim haji tahun 2018 ini sebanyak 385 orang. Terdiri dari 363 haji reguler dan 22 haji khusus.

Dari angka tersebut, jamaah yang meninggal di Makkah berjumlah 265, Madinah 75, Arafah 8, dan Mina 24.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan Untung Suseno menyatakan, bersyukur penyelenggaraan haji 2018 berjalan sukses. Hal itu ditandai dari hasil evaluasi angka kematian jamaah menurun dari tahun-tahun sebelumnya.

“Alhamdulillah hasil evaluasi memang menunjukkan angka-angka yang lumayan baik. Kalau dihitung specific death rate-nya malah ini yang paling rendah,” kata Untung di KKHI Madinah.

Untung mengatakan, kalau dilihat dari jumlah kematian saja angkanya hampir sama dengan dua tahun lalu, padahal saat itu jumlah jamaahnya 160 ribu orang sedangkan saat ini 221 ribu.

Jadi menurutnya, bahwa perbaikan sistem dan perbaikan sarana prasarana berhasil menurunkan angka kematian. Untung menjelaskan, penyebab kematian yang paling tinggi tahun ini bukan penyakit jantung, tapi paru-paru.

Menurut catatan Siskohat Dirjen PHU Kementerian Agama, pada 2016 jumlah jamaah wafat sebanyak 342 orang. Jumlah itu setara dengan 0,20 persen dri total 168 jamaah. Sementara pada 2017, yang wafat sebanyak 657 jamaah, atau 0,32 persen dari total 203.065 jamaah.

Tahun 2018 ini, total jamaah meninggal sebanyak 381 jamaah wafat. Jumlah itu setara 0,18 persen dari jumlah total 203.351 jamaah yang berangkat tahun ini. Merujuk prosentase tersebut, kematian jamaah tahun ini secara proporsional memang masih lebih sedikit ketimbang dua tahun lalu.

OKEZONE

Survei Kemenag: 94 Persen Jamaah Puas Terhadap Layanan Haji 2018

Sebanyak 94 persen jamaah merasa puas terhadap layanan haji tahun ini. Hal ini merupakan hasil survei Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI. Menggunakan kuesioner yang melibatkan 720 responden di Madinah; 700 responden di Makkah dan 700 responden saat fase Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).

Sekretaris Itjen Muhammad Tambrin menegaskan hal tersebut saat tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Evaluasi Pelayanan Akomodasi, Konsumsi dan Transportasi Darat Jamaah Haji di Arab Saudi 1439 H/2018 M, di Grand Aston Hotel Yogyakarta.

Kegiatan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) ini akan berlangsung hingga Ahad (30/09). Diikuti 86 orang, terdiri dari Kepala Bidang PHU se-Indonesia, pejabat dan staf Ditjen PHU dan mantan Kasektor Makkah-Madinah. Sore sebelumnya, kegiatan dibuka Dirjen PHU Prof. Nizar Ali.

Menurut Tambrin, penelitian tingkat kepuasan jamaah atas layanan haji yang dilakukan pihaknya menggunakan tabulasi Model Isaaq dan Michael. “Tingkat margin error-nya hanya satu persen, jadi hasil tersebut menunjukkan signifikansi peningkatan pelayanan yang luar biasa,” tandasnya yang disambut tepuk tangan hadirin.

Tambrin merinci survei Itjen didahului dengan Analisis Data (regulasi) dan Dokumen (kontrak); realita di lapangan dan kepuasan yang dirasakan jemaah atas pelbagai layanan yang diterima. “Kita semua sadar bahwa layanan haji merupakan ikon Kemenag, ketika nilai yang diraih memuaskan maka citra yang didapat Kemenag sangat positif,” sambungnya.

Menurutnya, dalam segi layanan akomodasi di Makkah, 97 persen jemaah menyatakan puas. “Sementara di Madinah 75 persen jemaah merasa puas, 22 persen menyatakan tidak puas dan 3 persen menjawab tidak tahu,” ungkapnya. Hasil sangat positif diraih layanan katering. “Baik di Makkah maupun Madinah sebanyak 98 persen jemaah menyatakan puas,” ungkap Tambrin.

Sementara yang perlu digenjot menurutnya adalah layanan bus salat lima waktu (salawat). “Tingkat kepuasan jemaah 70 persen dan 25 persen menyatakan tidak puas serta 5 persen menjawab tidak tahu,” jelas Tambrin. Menurutnya, perlu perbaikan layanan bus salawat. “Seperti persoalan AC, ketepatan waktu ataupun dugaan sopir mangkir terutama saat shift malam,” terang Tambrin.

Selain itu, pihaknya juga menyoroti dominasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). “Dominasi KBIH tidak boleh terjadi agar jamaah lainnya tidak merasa termarginalkan,” sambung Tambrin. Ia juga mengingatkan manasik di KUA jangan hanya seremonial saja. “Buktikan hasil manasik dengan ibadah khusyuk, terutama saat di Arafah, jamaah harus lebih menjaga kekhidmatan ibadah,” jelasnya.

Terlepas dari itu, Tambrin menggarisbawahi keteladan yang ditunjukkan Menteri Agama ternyata sangat diapresiasi jemaah. “Suatu teladan kesederhanaan yang ditampilkan Menag dan delegasi Amirul Hajj saat tinggal di wisma haji yang setara hotel bintang II sangat diapresiasi jamaah,” tuturnya.

Sementara Kakanwil Kemenag DIY Muhammad Lutfi Hamid yang turut hadir menjadi narasumber bercerita tak sedikit jamaah yang terharu menangis bahagia karena pelayanan haji menurut mereka sangat baik sekali.

“Tolong sampaikan salam kami kepada Bapak Menag dan Bapak Dirjen serta seluruh jajarannya terima kasih atas pelayanan yang diberikan, kami merasa layanan yang ada sangat-sangat baik sekali,” ungkap Kakanwil menirukan sejumlah jemaah yang ditemuinya saat fase kepulangan kemarin.

Namun Lutfi memberikan catatan perihal keterlambatan pemberian buku manasik haji bagi jamaah. “Buku Manasik Haji belum bisa diberikan saat pelunasan, bahkan baru diberikan ketika jemaah tiba di embarkasi,” kata Lutfi.

Keterlambatan seperti ini tentu membuat tidak nyaman. “Kami berharap kedepan keterlambatan semacam ini tidak terjadi lagi,” pungkas Kakanwil yang sempat diganjar penghargaan sebagai Kanwil Paling Inovatif saat Rapat Kerja Nasional Kemenag awal tahun ini.

OKEZONE

Serba-serbi Haji (27): Kesantunan Pijat Madura

ADA banyak kesamaan tradisi di beberapa tempat yang masih memegang kuat tradisi bahwa bertamu kepada orang yang baru datang haji adalah salah satu cara mendapatkan keberkahan hidup. Tradisi seperti ini sangat kental dianut masyarakat Madura. Biasanya, orang yang baru datang dari haji tidak akan pergi kemana-mana sebelum 40 hari. Bahasa masyarakat, malaikat yang menyertainya semenjak haji bertahan sampai 40 hari.

Bukan tanpa dasar keyakinan ini. Dalam kitab Hasyiatul Jamal malah dinyatakan: “Sebagian ulama mengatakan bahwa permintaan doa ini dapat dilakukan hingga 40 hari sepulangnya dari rumah. Dalam kitab Ihya Ulumuddin diterangkan berdasarkan cerita dari sahabat Umar ra. Keadaan ini dapat diberlangsungkan hingga akhir bulan Dzulhijjah, Muharram dan dua puluh hari Rabiul Awwal.” Itu kan? Orang Madura tak sembarangan. Mat Kelor adalah memegang erat tradisi ini.

Tamu Mat Kelor begitu banyak sampai badannya ngilu-ngilu dan pegal-pegal kurang istirahat. Tadi malam, dia mengundang tukang pijat untuk memijat dan menginjak badannya. Biasanya setelah dipijat dan diinjak-injak, tubuhnya bugar kembali, alira darah dan oksigen menjadi lancar katanya. Celakanya, tukang pijatnya hanya mau memijat tapi tak mau menginjak tubuh Mat Kelor.

Mat Kelor kaget tumben tukang pijat ini tak mau menginjak badannya. Ditanyakanlah alasannya. Tukang pijat ini menjawab dengan aksen Madura yang kental sekali: “Pak Haji ini baru seminggu datang haji. Malaikat masih bersama Bapak. Saya tidak sopan kalau menginjak Bapak. Bagaimana kata malaikatnya nanti?” Mat Kelor bisa memahami, manggut-manggut. Tapi karena pegalnya sangat parah dam serius, Mat Kelor menjawab: “Sudah injak saja. Malaikatnya juga pegal-pegal capek, minta diinjak juga.”

Tukang pijat itu nurut kepada Mat Kelor, menginjaknya pelan-pelan. Seorang Ustadz bernama Ustadz Zainal Abidin Pamekasan yang menyaksikan dialog dua orang ini tak kuasa menahan tawa. Saya pun tertawa mendengar kisah ini. Ya kok ada malaikat pegel-pegel dan ngilu-ngilu. Akhirnya, setelah dipijat dan diinjak, Mat Kelor istighfar. Salam, AIM. [*]

Serba-serbi Haji (26): Revolusi Industri 4.0 Haji

PAGI ini saya sedang di perjalanan menuju Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo untuk memberikan kuliah umum (studium general) dengan judul “Fourth Industrial Revolution and The Future of Islamic Education in Indonesia” (Revolusi Industri 4.0 dan Masa Depan Pendidikan Islam Indonesia). Temanya menarik, semoga saya bisa menjelaskannya juga dengan menarik.

Karena saya baru saja tiba dari luar kota dan sekarang berangkat lagi, tak sempat lagi saya untuk membuka literatur-literatur baru. Iseng-iseng saya telpon Mat Kelor untuk “konsultasi.” Memang dia bukan sarjana, namun saya suka ide-idenya yang kadang-kadang unik dan “out of the box” (di luar dugaan publik). Minimal, selalu saja saya mendapat contoh baru darinya.

Setelah saya sampaikan definisi sederhana revolusi industri 4.0 sebagai era di mana smartphone, smart computer dan smart technology menjadi instrumen utama semua aktivitas keseharian manusia, Mat Kelor tertawa terbahak-bahak. Saya kaget ada apa. Ternyata dia punya pengalaman unik kemaren sore saat mau isi bensin sepeda motornya (jenis MOGE Harley Davidson) di POM Bensin.

Mat Kelor menyodorkan uang ke petugas POM sambil berkata: “Pertamax Full Tank” (Tangki penuh, Pak). Petugas menjawab tidak bisa. Mat Kelor kaget mengapa tak bisa, apa karena tangkinya kebesaran atau apa Pertamaxnya kosong atau gimana. Petugas tetap geleng kepala. Lalu Mat Kelor dengan nada agak tinggi sedikit bertanya: “Memang kenapa?” Petugas menjawab: “Uang Bapak bermasalah, pertama karena itu uang real Arab, kami tak menerima uang asing. Kedua, ini uang hanya 10 real senilai 40 ribu, mana cukup?” Mat Kelor tersipu malu sambil minta maaf dan mengganti uang itu sambil berkata: “syukran.”

Mat Kelor menyampaikan kepada saya bahwa harusnya fasilitas umum di era revolusi industri itu semua bisa menerima dan membaca uang internasional. Katanya, Arab Saudi itu sudah lebih maju karena bisa bertransaksi memakai rupiah, real, dollar, ringgit dan lainnya. Hahaaa, rupanya pengalaman haji Mat Kelor sangat membekas.

Pendidikan Islam di Indonesia masa kini dan masa yang akan datang harus mampu mengakses semua sumber keilmuan dari berbagai tempat di dunia ini. Kecanggihan teknologi komunikasi dan jaringan harus dipelajari dan dimanfaatkan. Jika tidak, maka pendidikan Islam akan jalan di tempat di saat yang lain maju ke depan, sehingga akhirnya tertinggal jauh di belakang.

Mat Kelor lalu bertanya kepada saya: “Bolehkah pelaksanaan ibadah haji itu memanfaatkan kecanggihan teknologi? Misalnya, thawaf dan sai tanpa jalan kaki melainkan dibuatkan teknologi seperti eskalator datar yang jalan sendiri seperti di airport canggih itu? Bukankah itu lebih aman, rapi dan efektif? Bolehkah lempar jumroh memakai alat mainan elektronik pistol-pistolan? Ini kan bisa mengurang kemacetan karena bisa “melempar” dari jarak jauh?”

Saya terhenyak dengan pertanyaan canggih ini larena keluar dari mulut seorang Mat Kelor yang tak pernah lulus sekolah, SD sekalipun. Ketika saya jawab, dia ngakak dan saya pun tertawa. Salam, AIM. [*]

 

 

Dari Dalam Kabah, Menag Doakan Kesejahteraan Indonesia

Makkah (PHU)—Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Selasa (25/09), mendapat kehormatan untuk memasuki ruang bagian dalam Kabah. Kehormatan itu diberikan oleh Pemerintah Saudi kepada Menag bersamaan dengan momen pencucian Kabah.

“Alhamdulillah pagi hari ini, saya selaku Menag yang juga amirul hajj pada penyelenggaraan haji tahun ini, merasa bersyukur berkesempatan untuk memenuhi undangan Menteri Haji Arab Saudi untuk ikut masuk ke dalam Kabah,” terang Menag.

Moment pencucian Kabah dilakukan pagi hari, jelang memasuki waktu Dluha. Dipimpin Gubernur Makkah Prince Kholid Al Faishal, sejumlah tokoh, termasuk Menag Lukman diberi kesempatan untuk melihat bagian dalam bangunan yang menjadi kiblat umat muslim dunia.

“Kami beberapa saat diperkenankan masuk Kabah. Kami menunaikan salat dua rakaat sebanyak empat kali karena di setiap bidang, di setiap sudut kami melakukan salat dua rakaat. Kami juga memanjatkan doa terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta agar ke depan bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia senantiasa mampu meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan kesejahteraannya,” tutur Menag.

Berkesempatan memasuki Kabah, menurut putra mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) tidak semata kehormatan bagi dirinya, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. “Kami sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Saudi Arabia yang sudah memberikan kesempatan sekaligus kehormatan ini,” ujarnya.

Dijelaskan Menag, bagian dalam Kabah sangat bersih dengan lapisan marmer pada dinding dan lantai. Aroma ruangannya juga sangat wangi. Pengalaman pertama memasuki Baitullah ini memberi kesan mendalam yang menurut Menag tidak mudah diungkapkan.

“Kiblat semua Muslim di dunia itu adalah Kabah. Ketika kita memasuki, tentu kita memiliki kesan tersendiri yang luar biasa,” kenangnya.

Menag dijadwalkan akan berada di Saudi hingga 26 September mendatang. Setelah dari Makkah, Menag akan menuju Kota Nabawi, Madinah. Menag akan melepas kepulangan kloter terakhir jemaah haji Indonesia dari Madinah menuju Tanah Air. (kd/ab).

Masjid Quba, Masjid yang Pertama Dibangun Rasulullah

Masjid Quba adalah masjid pertama kali yang didirikan Rasulullah SAW, saat beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Beberapa kilometer sebelum memasuki Madinah, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar, membangun masjid di daerah Quba, yang sekarang dinamakan dengan Masjid Quba.

Masjid ini didirikan pada tahun 1 Hijriyah atau sekitar 622 M. Ketika itu, Rasul SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk segera berhijrah dan menghindari kekejaman kafir Quraisy.

Dalam upaya hijrah itu, lokasi pertama yang disinggahi Rasulullah SAW adalah gua Tsur. Di dalam gua ini, Rasulullah SAW bersembunyi bersama Abu Bakar dari kejaran kaum kafir Quraisy.

Setelah kondisinya dirasa aman, Nabi SAW kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah. rasul memilih jalan yang berbeda dari jalan umum. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pertemuan secara langsung dengan orang-orang kafir Quraisy.

Dan sebelum tiba di Madinah, Rasul sempat singgah di beberapa tempat dan salah satunya adalah Quba. Beliau tinggal di daerah ini selama beberapa hari, sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib RA dari Makkah, bersama rombongan.

Ketika itu, saat akan berhijrah, Ali diperintahkan Rasulullah SAW untuk menggantikannya tidur di tempat tidur Rasul. Ini dimaksudkan untuk mengelabui perhatian kaum kafir Quraisy yang ingin membunuh Nabi SAW.

Quba adalah satu daerah yang terletak di wilayah Madinah. Jaraknya sekitar dua mil atau kurang lebih lima kilometer dari pusat kota Madinah.

Hanafi al-Malawi dalam bukunya Tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah SAW, menjelaskan, Nabi SAW tinggal di Desa Quba selama empat hari dan kemudian membangun sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba.

Inilah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan Rasulullah SAW kepada Allah SWT.

”Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah [9]: 108).

Menurut hadis yang diriwayatkan Tirmidzi RA, orang yang melakukan shalat di Masjid Quba sama pahalanya dengan melaksanakan umrah. Seperti disebutkan dalam Sahih Bukhari, Nabi SAW terbiasa mengunjungi Masjid Quba dengan berjalan kaki atau jika tidak seminggu sekali. Abdullah bin Umar biasa mengikuti sunnah ini.

Dalam riwayat lain disebutkan, masjid Quba ini adalah salah satu masjid yang paling disucikan (dimuliakan) oleh Allah setelah Masjid al-Haram (Makkah), Masjid Nabawi (Madinah), dan Masjid al-Aqsha (Palestina).

Selama berada di Quba, jelas Al-Mahlawi, Rasul SAW tinggal di rumah Kultsum bin al-Hadam bin Amr al-Qais, seorang lelaki tua yang masuk Islam sebelum Rasul hijrah ke Yatsrib (sekarang Madinah).

Para sejarawan menyebutkan, tanah yang menjadi lahan pembangunan Masjid ini mulanya adalah lapangan milik Kultsum bin Hadam, yang biasa digunakan untuk menjemur kurma.

Masjid Quba adalah masjid yang dibangun dengan penuh pengorbanan dan perjuangan. Allah SWT menyebutnya dengan dasar takwa, sebagaimana diterangkan dalam ayat 108 diatas.

Hal ini dikarenakan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Allah yang harus dilalui dengan penuh rintangan dan halangan. Kaum kafir quraisy hampir setiap saat selalu memantau dan mengawasi aktifitas Nabi SAW.

Dan ketika kesempatan berhijrah datang, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mendirikan masjid sebagai pusat perjuangan dan dakwah Islam. Ini pulalah yang dilakukan Rasulullah SAW begitu tiba di Madinah dengan mendirikan Masjid Nabawi, setelah sebelumnya membangun Masjid Quba.