Anil Kumar, Pria Hindu yang Buat Kaligrafi di Ratusan Masjid

Lebih dari 30 tahun Anil Kumar menuliskan ayat-ayat suci Alquran di 200 masjid

Lebih dari 30 tahun Anil Kumar Cowhan menuliskan ayat-ayat suci Alquran di 200 masjid di India. Pria asal Hyderabad ini, sejak lama menekuni seni kaligrafi secara otodidak.

Semangat pria berusia 50 tahun ini menekuni seni kaligrafi bermulai saat bekerja membuat tulisan pada papan nama untuk toko-toko di Urdu, Selatan India.

“Saya berasal dari keluarga Hindu yang miskin dan harus berhenti sekolah pada kelas 10 guna menghidup keluarga. Saya mahir menggambar, jadi mengapa saya tidak memanfaatkan keterampilan ini untuk meniti karir,”kata dia seperti dilansir Aljazeera, Senin (29/6). 

Tak hanya masjid, Cowhan juga melukis 30 kuil dengan gambar dewa dan dewi dalam tradisi Hindu, serta makam dan gereja yang begitu banyak jumlahnya.

“Untuk lebih 100 masjid, saya dibayar, namun 100 masjid lainnya gratis. Saya merasakan kepuasan secara spiritual pada tempat ibadah yang saya tangani, inilah mendorong saya melakukannya secara gratis,”kata seniman yang mengaku berpenghasilan 350 dolar per bulan (Rp 5 jutaan) ini.

Cowhan mengaku tidak mengikuti pelajaran formal atau skeolah Islam untuk belajar bahasa Urdu.

“Ketika saya melukis saya belajar membaca dan menulis bahasa Urdu. Beberapa orang menghargai bakat saya dan memberikan kesempatan untuk saya untuk memperindah bangunan di berbagai kota dengan ayat-ayat suci Alquran,”katanya.

Bahasa Urdu

Di Hyderabad, 20 tahun yang lalu, Cowhan memulainya menuliskan papan nama dalam bahasa Urdu di kota. Pada akhirnya, ia pun mempelajari bahasa tersebut. Perlahan tapi pasti, meski menulis dengan bahasa Urdu tanpa memahami artinya ia merasa jatuh cinta dengan bahasa Urdu.

“Lama kelamaan, saya mulai mengenal kata dan huruf dan membuat saya tertarik. Di sela kesibukan, saya mulai menulis dengan bahasa Urdu, menyalin kata dari buku untuk membantu karya yang saya buat,”kata dia.

Pekerjaan pertama Cowhan dimulai pada tahun 1990an. Ia diminta untuk membuat kaligrafi pada Masjid Noor di Hyderabad.”Saya berasa seperti di bulan, membawa tugas berat tetapi juga saya menerima stempel kota yang akan membuka jalan buat saya dan itu bisa saya lakukan,”kata dia. 

Namun, Cowhan bukannya tanpa rintangan. Cowhan merupakan seorang Hindu. Karena ingin menekuni pekerjaannya, Cowhan memperoleh dukungan dari Univeristas Jamia Nizamia di Hyderabad untuk melanjutkan pekerjaannya. Pihak kampus pun mengakui keahlian Cowhan membuat kaligrafi Yasin dengan ukuran(183cmx122cm).

“Saya percaya seni tidak memiliki agama. Tuhan, Allah, Yesus, mereka semua adalah satu. Dan kita adalah anak-anak Tuhan. Hari ini, sebagian besar teman saya adalah Muslim. Kami makan bersama, pergi bersama, berpartisipasi dalam pertemuan dan saling mendukung satu sama lain,” kata Chowhan.

“Selama bulan suci Ramadhan, saya yang paling sibuk, bergerak cepat dari satu masjid ke masjid lainnya untuk menyampaikan pesan Allah melalui karya seni saya. Tapi rasanya bukan pekerjaan. Saya suka melakukan tugas seperti itu.”

Para kaligrafer percaya bahwa seni tidak boleh dibatasi oleh komunitas atau agama.

“Masjid, kuil, biara, saya telah menghiasi semuanya. Semua tempat memberikan pesan yang sama, tentang cinta, kedamaian, dan kesatuan umat manusia. Agama adalah kekuatan pemersatu, bukan pemecah belah,” katanya.

“Jika kita mengikuti ajaran Tuhan, kita semua bisa hidup harmonis dan dunia akan menjadi lebih kaya karenanya,” tambahnya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Seni Tulis Islam yang Menginspirasi

Bahkan, dalam Alquran pun banyak sekali disebutkan dalil-dalil tentang pentingnya sebuah keindahan. Misalnya, surah Al-A’raf ayat 26. ”Hai, anak Adam, sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.”

Lalu, pada ayat ke-31 surah Al-A’raf dijelaskan, ”Hai, anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.” Ayat-ayat ini menunjukkan pentingnya arti sebuah keindahan.

Alquran merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW dan umat Islam yang terbesar yang diturunkan bagi umat manusia. Ayat-ayat yang dikandungnya menjadi sumber inspirasi bagi manusia dalam menyelami makna kehidupan.

Alquran adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan, seperti ilmu akhlak, akidah (teologi), filsafat, astronomi, teknologi, geologi, kedokteran, peternakan, perkebunan, kimia, fisika, dan lain sebaginya.

Para ulama, sastrawan, teknokrat, dan lainnya mengakui bahwa Alquran memang luar biasa dan indah. Keindahan Alquran itu tak hanya terletak pada isi dan kandungannya atau pada seni membaca, namun juga pada seni tulisnya yang dikenal dengan nama khatt atau kaligrafi.

Banyak sekali perintah Alquran kepada umat Islam untuk menulis dan membaca. Misalnya, surah Al-‘Alaq (1-5) tentang perintah membaca dan menulis. Kemudian, surah Alkahfi ayat 109, ”Katakanlah, ‘Sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sesungguhnya habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’.”

Ini menunjukkan bahwa Alquran memiliki perhatian mendalam terhadap budaya membaca dan menulis. Selain itu, ayat ini juga merupakan ‘tantangan’ bagi umat manusia untuk senantiasa menggali ilmu-ilmu Allah, yang salah satunya dari tulisan.

Faktanya, tulisan-tulisan Alquran ini telah mengilhami banyak orang hingga memunculkan para ahli dalam menulis huruf Arab dan Alquran dengan indah. Sebut saja di antaranya Ibnu Muqlah. Adapun tokoh-tokoh kaligrafi kenamaan pada masa itu antara lain adalah Yahya al-Jamali (Ilkhanid), Umar Aqta (Timurid), Mir Ali Tabrizi Imaduddin al-Husaini (Safawid), serta Muhammad bin al-Wahid (Mamluk). Sementara itu, tokoh-tokoh kaligrafi kenamaan yang hidup semasa Turki Usmani hingga Turki modern adalah Hamdullah al-Amaasi, Ahmad Qarahisari, Hafiz Usman, Abdullah Zuhdi, Hami al-Amidi, dan Hasyim Muhammad al-Bagdadi. Lalu, salah satu tokoh kaligrafi di Indonesia adalah Sirojuddin AR.

Dari mereka inilah, umat Islam banyak mengenal ragam jenis kaligrafi, seperti Farisi, Kufi, Tsuluts, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah, Naskh, dan lain sebagainya. Ragam jenis dan corak tulisan kaligrafi ini dipengaruhi oleh budaya lokal saat penyebaran Islam. Misalnya, kaligrafi Farisi (Persia), Kufi (Kufah), dan lainnya.

Selain itu, akibat pengaruh budaya lokal, seni tulis indah Alquran ini justru makin berkembang. Tulisan-tulisan indah dalam bahasa Arab tak hanya terdapat pada Alquran semata atau kitab hadis Nabi SAW, tetapi juga terus menyebar hingga diterapkan pada sebuah bangunan, seperti masjid, perpustakaan, mushala, dan lain sebagainya.

Karena itu, banyak bangunan (terutama masjid) yang sebagian besar dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligragfi yang indah di atas mimbar atau di dekat mihrab imam. Begitu juga pada pintu dan gapura masjid.

 

REPUBLIKA

Di Masa Bani Umayyah, Kaligrafi Alami Perkembangan Pesat

Kebangkitan minat tulis baca kaum Muslim baru terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah. Ketika itu, Rasulullah SAW mewajibkan masing-masing tawanan Perang Badr yang tidak mampu memberikan tebusan untuk mengajari sepuluh pemuda Madinah membaca dan menulis.

Kemudian, Rasulullah SAW memerintahkan para pemuda itu untuk mengajarkan pengetahuan mereka kepada kawan-kawan dan saudara-saudaranya sehingga dalam waktu relatif singkat pengetahuan tulis baca menyebar ke Madinah.

Di masa kekuasaan Khalifah Usman bin Affan, tulisan mushaf Alquran masih ‘gundul’ (tanpa harakat) dan tanpa tanda baca. Untuk menghindari salah baca, ahli bahasa Abu al-Aswad Zalim bin Sufyan ad-Duali merumuskan tanda-tanda baca harakat dan titik atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Tugas ini dilanjutkan oleh dua murid Abu Aswad: Nasir bin Asim serta Yahya bin Ya’mur, yang kemudian disempurnakan oleh Khalil bin Ahmad bin Amr bin Tamim al-Farahidi al-Azdi. Sistem tanda baca ini telah memberikan nilai keindahan tersendiri pada corak ragam kaligrafi yang digarap oleh para khattat dan seniman.

Penulisan huruf Arab mengalami perkembangan yang luar biasa pada masa Daulah Umayyah (661-7450 M), khususnya pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M). Pada masa Abdul Malik inilah, untuk pertama kali, tulisan Arab digunakan sebagai tulisan resmi negara. Semua dokumen penting pada masa itu mulai ditulis dalam huruf Arab.

Pada awal berdirinya Kekhalifahan Bani Umayyah, tulisan kaligrafi mulai digunakan untuk keperluan administrasi negara. Pada perkembangan selanjutnya, tulisan indah juga digunakan di dinding istana, masjid, dan tempat lain.

Selain pada bangunan, tulisan kaligrafi pada masa itu juga bisa ditemukan pada peralatan lain, seperti meja, lemari, pedang, dan keramik. Bahkan, beberapa buku khusus, seperti Alquran, mulai ditulis dengan seni kaligrafi.

 

REPUBLIKA

Menjaga Alquran dengan Melestarikan Kaligrafi

Kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa tingkat nasional (MTQMN) ke-14 yang diadakan di Universitas Indonesia mendekati final.

Salah satu peserta asal Bandung, Abdul Arif Al Kamili, lolos ke dalam babak final lomba kaligrafi kategori dekorasi.

Kamil, sapaan akrabnya, mengaku tidak menyangka bisa lolos ke dalam babak final dan berhasil menyisihkan 82 peserta lainnya dalam babak penyisihan. Sebabnya, ada beberapa poin dalam pembuatan kaligrafi yang ia rasa masih kurang sempurna.

Alhamdulillah, senang, walaupun saya tidak menyangka juga bisa masuk final, kaidahnya saya rasa masih kurang terutama yang khat tusluts,” ujar Kamil kepada Republika, Jumat (7/8).

Kamil yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini mengatakan, keikutsertaannya pada perlombaan ini karena ingin menyalurkan hobi dan dan kecintaannya dalam menulis kaligrafi.

Ia mengaku cukup sering mengikuti lomba sejenis, tetapi untuk tingkat nasional seperti ajang MTQMN baru pertama kali ini ia ikut serta. Bedanya, menurut Kamil, perlombaan kali ini memiliki tingkat kesulitan dan saingan yang cukup tinggi.

Kamil mengaku sudah mengenal dan belajar menulis kaligrafi sejak duduk di bangku Madrasah Aliyah. Saking cintanya dengan menulis kaligrafi, Kamil mengibaratkan kaligrafi sebagai kekasihnya.

Kamil bahkan ingin sekali mempelajari seni tulisan kaligrafi langsung dari negeri asalnya. Lebih jauh lagi, ia memiliki keinginan membuka sekolah kaligrafi untuk menyebarkan kaligrafi.

“Untuk menjaga Alquran agar senantiasa terjaga tulisannya,” tutup mahasiswa jurusan seni rupa ini.

 

sumber: Republika Online