Khadijah, Sang Wanita Fenomenal [Bagian 2]

Setelah wafatnya Khuwailid, Khadijah mewarisi usaha dagang sang ayah. Kelihaian putri Khuwailid dalam berdagang teruji dan terbukti nyata. Di tangan beliau, usaha yang didirikan oleh saudagar Makkah yang terpandang itu semakin berkembang pesat.

Khadijah adalah tipe wanita rumahan. Beliau tak suka bepergian. Maka dalam ekspedisi dagang, beliau biasa mengamanahkannya kepada orang kepercayaan.

Usaha dagang Khadijah merupakan yang terbesar se-Makkah. Besarnya usaha tersebut digambarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab Tabaqat, kapan saja kafilah-kafilah dagang Makkah mulai melakukan perjalanan, muatan milik Khadijah setara dengan milik seluruh pedagang Quraisy lainnya. Maka dari itu putri Khuwailid ini memeroleh julukan Sentuhan Emas. Artinya, manakala beliau menyentuh debu, maka benda halus itu pun akan berubah menjadi emas. Begitulah ibaratnya. Sebab itu pula, masyarakat Makkah juga menjuluki Khadijah dengan Putri Quraisy (The Princess of Quraisy) dan Putri Makkah (The Princess of Makkah).

Dengan kenyataan demikian, wajarlah bila sosok Khadijah menjadi impian kaum lelaki Quraisy. Namun Allah SWT berkehendak lain. Suatu malam di saat tidur Si Putri Makkah bermimpi. Sebuah mimpi indah yang tak biasa. Dalam mimpi itu beliau melihat matahari turun dari langit, masuk ke rumah dan memancarkan cahaya ke seluruh penjuru. Cahaya itu lalu menyinari semua rumah di Makkah, hingga tak ada satu rumah pun di kota itu yang terselimuti gulita malam.

Esoknya, Khadijah menceritakan mimpi tersebut kepada Waraqah bin Naufal, sepupu beliau. Waraqah adalah ahli tafsir mimpi dan ahli sejarah purbakala. Selain itu beliau juga memiliki wawasan luas tentang agama yang dibawa oleh para nabi terdahulu.

Setelah Khadijah berkisah, Waraqah mulai mentakwil mimpi sang sepupu. Beliau mengatakan bahwa putri pamannya ini kelak akan dinikahi oleh seorang nabi akhir zaman!

Mendengarnya, Khadijah merasakan hal yang luar biasa. Beliau penasaran dan bertanya-tanya. Maka segera saja beliau menanyakan tentang sosok nabi yang dimaksud oleh Waraqah. Dari negeri mana, suku apa, dan keluarga siapa beliau berasal. Pun beliau tanyakan pula siapa nama nabi tersebut. Waraqah memberikan jawaban atas semua pertanyaan Khadijah. “Nama beliau Muhammad,” tandas sang penafsir mimpi.

Khadijah pun pulang dari rumah Waraqah dengan hati berbunga-bunga. Belum pernah kiranya beliau merasakan kegembiraan seperti hari itu. Sejak itu, Khadijah selalu dirundung rindu, selalu menunggu-nunggu dengan rasa penasaran, siapakah gerangan Nabi Muhammad?

 

sumber: PanjiMas

Khadijah, Sang Wanita Fenomenal [Bagian 1]

Khadijah RA bukanlah nama asing bagi kita. Mendengarnya, terbersitlah di dalam benak, sosok saudagar wanita yang menjadi istri seorang Nabi Besar, nabi akhir zaman, Muhammad SAW. Seorang wanita yang pertama kali masuk Islam.

Khadijah lahir di Makkah dari rahim wanita Quraisy bernama Fathimah. Sang ayah adalah seorang tokoh Quraisy bernama Khuwailid. Lengkapnya, Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusay.

Khadijah RA merupakan istri Nabi SAW yang paling dekat dalam hal nasab. Nabi SAW sendiri adalah putra Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusay. Artinya, mereka berdua sama-sama keturunan Qusay.

Ayah Khadijah adalah seorang saudagar. Di kalangan masyarakat Quraisy, beliau merupakan seorang tokoh yang sangat terhormat. Oleh karenanya, Khadijah pun menjadi sosok wanita Quraisy yang sangat, bahkan paling terhormat. Kemuliaan akhlaq, kecerdasan, paras yang cantik, serta kekayaan yang dimiliki, memertegas tingginya martabat beliau di mata penduduk Makkah.

Dalam budaya Arab jahiliyah, banyak orang meyakini bahwa perempuan adalah makhluk pembawa sial. Oleh karenanya wajar bila kaum lelaki Quraisy memerlakukan perempuan seolah seperti binatang ternak, bukan manusia! Kasus pembunuhan bayi perempuan acap kali terjadi. Tindakan sadis ini termotivasi oleh perasaan takut kalau-kalau anak perempuan mereka kelak menjadi biang kemiskinan dan keterhinaan keluarga.

Berkaca dari potret budaya ini, sungguh fenomenal bila Khadijah, sebagai seorang wanita Quraisy, malah menjadi sosok yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat luas. Sampai-sampai, saudagar kaya ini memeroleh gelar Ath-Thahirah, yang artinya “Yang Suci”. Sungguh menakjubkan karena gelar itu diberikan oleh mereka para phobia perempuan!

Ternyata, fenomena paradoksi ini terjadi karena akhlaq Khadijah yang benar-benar sangat pantas menjadi teladan bagi siapa saja. Kekayaan yang menyelimuti beliau tidaklah membuahkan kesombongan dan kesenjangan sosial. Sebaliknya, keluasan rejeki itu menjadikan Sang Saudagar sebagai sosok dermawan penuh ketulusan. Khadijah banyak menolong kaum faqir miskin, para janda, anak yatim, orang sakit dan cacat. Bahkan tak segan beliau menikahkan para gadis dari keluarga miskin.

Di kala gadis, Khadijah binti Khuwailid dinikahi oleh seorang pemuda bernama ‘Atiq bin ‘Abid. Namun sayang, tak berselang lama, sang suami meninggal dunia. Setelah menjadi janda, Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zararah At-Tamimi. Dan dari pernikahan kedua ini, beliau dianugerahi seorang anak dan diberi nama Hindun. Namun seperti suami beliau yang pertama, tak lama Abu Halah pun meninggal dunia.

Setelah menjanda untuk kali kedua, para pemuda dan pembesar Quraisy berlomba-lomba untuk menjadikan Khadijah sebagai pendamping hidup berumah tangga.

 

(Panjimas.com)