Lebih Sedikit tapi Lebih Utama, Amal apa itu?

“AMALANNYA semakin sulit dan banyak, semakin besar pahala.” Kaedah fikih di atas sangat bermanfaat bagi yang ingin mengetahui keutamaan amalan yang satu dibanding lainnya. Dalam kaedah yang dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320) disebutkan, “Amalan yang lebih banyak pengorbanan, lebih banyak keutamaan.”

Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Mantsur, “Amalan yang semakin banyak dan sulit, lebih afdhal daripada amalan yang tidak seperti itu.” Dasar kaedah di atas disimpulkan dari hadits Aisyah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (HR. Muslim, no. 1211). Demikian dikatakan oleh As-Suyuthi ketika menyebutkan kaedah di atas dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320).

Contoh Kaedah:

  • Kalau seseorang mengerjakan shalat witir dengan memisahkan dua rakaat lalu satu rakaat, itu lebih utama daripada menyambungkannya. Karena saat itu niatnya bertambah, takbirnya bertambah, dan salamnya juga bertambah.
  • Shalat dalam keadaan berdiri lebih utama daripada duduk. Shalat dalam keadaan duduk lebih utama daripada berbaring.
  • Haji dan umrah dengan manasik sendiri-sendiri (ifrad) lebih utama daripada menggabungkannya dalam manasik qiran.

Yang Keluar dari Kaedah

  • Qashar shalat pada saat safar lebih utama daripada mengerjakan secara tamam (sempurna).
  • Shalat Dhuha dengan delapan rakaat lebih utama dari dua belas rakaat menurut sebagian ulama karena delapan rakaat lebih mencontoh perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
  • Witir dengan tiga rakaat lebih afdhal daripada dengan lima, tujuh, atau sembilan rakaat menurut sebagian ulama.
  • Membaca surat yang pendek (secara utuh) lebih utama daripada membaca sebagian surat walau panjang.
  • Shalat sekali berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian walau shalat sendirian itu dilakukan hingga dua puluh lima kali.
  • Shalat shubuh lebih utama daripada shalat lima waktu lainnya walaupun jumlah rakaatnya lebih sedikit.
  • Shalat sunnah fajar (qabliyah shubuh) dengan ringkas lebih utama daripada shalat tersebut yang lama.
  • Shalat ied lebih utama daripada shalat kusuf (gerhana) walaupun shalat gerhana lebih berat dan lebih banyak amalannya.
  • Menggabungkan antara berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung dengan tiga kali cidukan tangan lebih afdhal daripada memisah keduanya hingga terbuang enam kali cidukan.
  • Memakan sedikit dari hasil qurban lalu disedekahkan yang tersisa lebih utama daripada menyedekahkan semuanya.

Contoh-contoh di atas diringkas dari bahasan As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazhair, hlm. 320-322. Dan contoh tersebut berarti kembali pada pemahaman As-Suyuthi yang bermadzhab Syafii. Semoga bermanfaat.

[Referensi: Al-Asybah wa An-Nazhair min Qawaid wa Furu Asy-Syafiiyyah. Al-Imam Jalal Ad-Din Abdurrahman As-Suyuthi/ Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK