Apakah Kita yang Menangis di Hari Kiamat?

SEMUA kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt.

Alquran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan.

Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.

Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, “Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.”

Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?

Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).

Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.

Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.

Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah”.

Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.

Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.[]

Menangis dan Menceritakan Musibah Kepada Orang Lain

Salah satu tanda tinggi tauhid seseorang adalah menyandarkan diri kepada Allah. Allah adalah tempat paling pertama sebagai tempat ia mengadu semua permasalahannya, curhat dan bahkan menangis kepada Allah. Sebaliknya, salah satu tanda kurangnya tauhid seseorang adalah ia lupa kepada Allah. Ketika ada masalah, ia langsung mengadu kepada makhluk, mengadu kepada keluarga dan sahabat, bahkan menangis dan menceritakan masalahnya kepada keluarga dan sahabatnya.

Mengadu dan curhat kepada Allah pertama kali

Seorang hamba hendaknya memprioritaskan Allah dalam segala urusan, karena Allah adalah Rabbnya yang telah menciptakan dan memberikan segalanya. Ketika mendapatkan masalah dan musibah, hendaknya ia langsung mengadu kepada Allah pertama kali. Sebagaimana teladan dari para nabi dan orang shalih.

Nabi Ya’qub ‘alaihis salam ketika mendengar berita sangat menyedihkan, yaitu anak kesayangannya Nabi Yusuf diberitakan telah di makan oleh srigala. Beliau langsung mengadu kepada Allah dan berkata,

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ

Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (Yusuf : 86)

Demikian juga Nabi Ayyub ‘alaihis salam, yang sangat terkenal dengan cobaan yang sangat berat menimpa beliau dengan cobaan bertubi-tubi, ia sangat sabar dan mengadu kepada Allah. Allah berfirman,

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia Amat taat (kepada Tuhan-nya)” (Shad : 44)

 

Orang yang bersabar dan tidak menceritakan masalah/musibah pada orang lain akan mendapatkan keutamaan yang besar. Allah berfirman dalam hadits qudsi,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى الْمُؤْمِنَ فَلَمْ يَشْكُنِى إِلَى عُوَّادِهِ أَطْلَقْتُهُ مِنْ إِسَارِى ثُمَّ أَبْدَلْتُهُ لَحْمًا خَيْرًا مِنْ لَحْمِهِ وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ ، ثُمَّ يَسْتَأْنِفُ الْعَمَلَ

“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Jika Aku (Allah) memberikan cobaan (musibah) kepada hambaKu yang beriman sedang ia tidak mengeluh kepada orang yang mengunjunginya maka Aku akan melepaskannya dari tahananKu (penyakit) kemudian Aku gantikan dengan daging yang lebih baik dari dagingnya juga dengan darah yang lebih baik dari darahnya. Kemudian dia memulai amalnya (bagaikan bayi yang baru lahir).” [HR. Al Hakim, shahih]

Pertanyaan yang muncul, apakah benar-benar tidak boleh bagi seserorang untuk menceritakan musibahnya kepada orang lain secara mutlak? Jawabannya: boleh saja, asalkan ia menceritakan dalam keadaan tegar, memuji dan bersyukur kepada Allah serta dengan tujuan musyawarah dan untuk mencari solusi dari musibah yang sedang ia hadapi. Penting diperhatikan juga bahwa orang yang ia ceritakan itu adalah orang yang benar-benar bisa membantunya dalam masalah/musibah ini, bukan menceritakan musibah kepada semua orang.

Perharikan fatwa berikut, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya,

الأخت تقول في سؤالها أنا مريضة وأحيانا أبكي لما صارت إليه حالتي بعد مرضي فهل هذا البكاء معناه اعتراض على الله عز وجل وعدم الرضا بقضائه وهذا الفعل خارج عن إرادتي وكذلك هل التحدث مع المقربين عن المرض يدخل في ذلك ؟

Seorang wanita berkata: Aku sedang sakit dan kadang aku menangisi keadaanku ketika tertimpa penyakit. Apakah tangisan ini menunjukkan rasa tidak terima dan tidak ridha terhadap takdir Allah? Padahal perasaan sedih ini muncul begitu saja. Lalu apakah menceritakan keadaanku tersebut kepada teman-teman dekat juga termasuk sikap tidak ridha terhadap takdir?

Beliau menjawab:

لا حرج عليك في البكاء إذا كان بدمع العين فقط لا بصوت لقول النبي صلى الله عليه وسلم لما مات ابنه إبراهيم: ((العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضي الرب وإنا لفراقك يا إبراهيم لمحزونون))، والأحاديث في هذا المعنى كثيرة ولا حرج عليك أيضا في إخبار الأقارب والأصدقاء بمرضك مع حمد الله وشكره والثناء عليه وسؤاله العافية وتعاطي الأسباب المباحة، نوصيك بالصبر والاحتساب وأبشري بالخير لقول الله سبحانه وتعالى: إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ[1]، ولقوله تعالى: وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ[2]، ولقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((لا يصيب المسلم هم ولا غم ولا نصب ولا وصب وهو المرض ولا أذى حتى الشوكة إلا كفر الله بها من خطاياه))، وقوله عليه الصلاة والسلام : ((من يرد الله به خيرا يصب منه)) نسأل الله أن يمن عليك بالشفاء والعافية وصلاح القلب والعمل إنه سميع مجيب

Anda boleh saja menangis, namun cukup dengan linangan air mata saja, jangan bersuara. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika anaknya, Ibrahim, meninggal,

العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضي الرب وإنا لفراقك يا إبراهيم لمحزونون

Air mata berlinang dan hati bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu kecuali yang diridhai Allah. Dengan kepergianmu ini wahai Ibrahim, kami sangat bersedih.” (HR. Al Bukhari bab Al Jana’iz no 1241, Muslim bab Al Fadhail no.2315, Abu Daud bab Al Jana’iz no.3126, Ahmad 3/194)

Anda pun boleh mengabarkan teman dan sahabat anda tentang keadaan anda, namun dengan memuji Allah, bersyukur kepada Allah, dengan menyebutkan bahwa anda telah memohon kesembuhan kepada Allah dan telah menjalani upaya untuk sembuh yang mubah. Aku menasehatkan anda agar bersabar dan mengharap pahala dari Allah. Aku akan memberi anda kabar gembira, yaitu bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Qs. Az Zumar: 10)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun“. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqarah: 156-158)

Juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

لا يصيب المسلم هم ولا غم ولا نصب ولا وصب( وهو المرض) ولا أذى حتى الشوكة إلا كفر الله بها من خطاياه

Seorang Muslim tertimpa kesedihan, kesusahan, penyakit, gangguan walau sekedar tertusuk duri, pasti Allah akan menjadikannya penghapus dosa-dosa yang ia miliki.” (HR. Al Bukhari bab Al Mardhi no.5318, Muslim bab Al Birr Was Shilah Wal Adab no.2573, At Tirmidzi bab Al Jana’iz no.966, Ahmad 3/19)

Juga sabda beliau,

من يرد الله به خيرا يصب منه

Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan.” (HR. Al Bukhari bab Al Mardhi no.5321, Ahmad 2/237, Malik dalam Al Muwatha, 1752)

Aku memohon kepada Allah semoga anda diberikan kesembuhan dan kesehatan, serta kebaikan lahir dan batin. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi mengabulkan doa.” [Majmu’ Fatawa 4/144]

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/44136-menangis-dan-menceritakan-musibah-kepada-orang-lain.html

Mengapa Engkau Menangis, Saudaraku?

ABDURRAHMAN bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang juga merupakan saudagar kaya raya dan terkenal di penjuru Madinah. Ia begitu saleh dan dermawan. Sepertiga hartanya ia pinjamkan kepada penduduk Madinah. Sepertiganya lagi ia gunakan untuk membayar utang mereka. Sepertiga sisanya ia bagi-bagikan kepada mereka. Seluruh penduduk Madinah turut menikmati kekayaannya.

Tidak hanya dermawan, Abdurrahman bin Auf juga sosok yang mudah tersentuh dan memiliki rasa takut yang luar biasa. Bahkan kadang hingga menangis tersedu-sedu. Pernah suatu ketika para sahabat berkumpul untuk menghadiri undangannya. Makanan pun terhidang dan tanpa disangka ia menangis. Salah satu sahabatnya bertanya, “Mengapa engkau menangis, saudaraku?”

“Rasulullah telah wafat. Tahukah kalian, beliau dan keluarganya belum pernah memakan roti sampai kenyang? Apa harapan kita jika dipanjangkan usianya tetapi tidak bertambah kebajikannya?”

Mendengar itu para sahabatnya turut menangis. Mereka adalah orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dan tidak pernah berputus asa dalam mengharap rida-Nya. Pada kesempatan yang lain, ia ditanya oleh seseorang perihal ketakutannya tersebut. Abdurrahman bin Auf menjawab, “Kalian tentu mengenal Mushab bin Umar. Seorang syuhada dan orang yang lebih baik dariku. Namun, ketika wafat, ia hanya memperoleh sehelai kain kafan dari burdah. Kain yang jika ditutupkan ke kepalanya, kelihatan kakinya, dan jika ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya.”

Ia melanjutkan, “Begitu juga yang terjadi dengan Hamzah, seorang syuhada lainnya dan orang yang lebih baik dariku. Ia hanya memperoleh selendang sebagai kafannya. Sesungguhnya kepada kami, telah dihamparkan dunia seluas-luasnya serta diberikan pula hasil sebanyak-banyaknya. Aku sungguh khawatir jika ternyata pahala kebajikan bagi kami sudah diberikan di dunia ini saja.”

Karena itulah Abdurrahman bin Auf menangis ketakutan. Ia menyadari bahwa harta kekayaan yang ada padanya tidak akan membawa kebahagiaan untuknya jika tidak digunakan untuk membela agama Allah.

Bagaimana dengan harta kita? Semoga kita senantiasa meneladani kisah seorang Abdurrahman bin Auf dan memperoleh rida Allah atasnya. [An Nisaa Gettar]

 

 

Dan Mata Ini Pun Menangis KarenaNya

SAAT menyendiri dalam i’tikaf-mu
Mohonlah agar air mata
Mengalir karena Allah
Karena ia bukti keimanan

Menangis karena Allah
Anda tidak akan bisa
Sengaja menangis tiba-tiba
Tidak akan bisa “mengarang” tangisan ini
Dalam kesendirian
Karena ia bukan tangisan “menular”
Menangis karena melihat orang menangis
Dalam kumpulan jama’ah

Tangisan ikhlas karena Allah
Mata airnya bersumber dari iman
Relung hati terdalam
Rasa takwa dan takut

Jika seumur hidup tidak pernah
Anda menangis karena Allah
Entah kenapa tidak bisa menangis
Banyaknya maksiat dan jeratan syahwat
Serta tenggelam gemerlap dunia
Maka tangisi-lah hati anda
Tangisi-lah iman anda
Yang tidak bisa menjadi sumber mata air
Bagi air mata yang kering
Tidak pernah menangis karena Allah
Dalam kesendirian

Mata menangis akan tetapi hati berbahagia
Bagaimana tidak bahagia?
Sementara air mata mengalir deras, ia bergumam, “Akhirnya, akhirnya, akhirnya,
mata ini menangis karena Allah?”
Bagaimana tidak bahagia,
ia langsung teringat keutamaan
Menangis karena Allah.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu (yang telah diperah) bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi)

Semoga Allah senantiasa memberikan kelembutan di hati-hati kita semua. Aamiin. [Raehanul Bahraen]

Rasulullah Menyuruh Kita untuk Menangis

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW bersabda, ”Wahai manusia, menangislah! Jika kalian tidak mampu menangis, pura-puralah kalian menangis. Karena sesungguhnya penduduk neraka akan menangis di neraka, hingga air mata tersebut seolah-olah terbentuk aliran sungai di wajah mereka.” (HR Abu Ya’la).

Secara simplisit, hadis di atas dapat ditafsirkan bahwa menangis di dunia lebih baik daripada menangis di neraka kelak. Menangis merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan ini, bahkan sering kita alami sendiri. Menangis adalah ekspresi seseorang yang menggambarkan suasana hatinya, bisa berupa ekspresi kesedihan ataupun kebahagiaan.

Lantas, menangis seperti apa yang disukai oleh Allah SWT dan memberikan manfaat kelak di akhirat? Tentu, menangis karena Allah dan untuk-Nya semata. Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa saja yang berzikir kepada Allah kemudian mengalir air matanya hingga menetes ke tanah disebabkan oleh rasa takutnya kepada Allah, niscaya Allah tidak akan menyiksanya pada hari kiamat.” (HR al-Hakim).

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali menangis diidentikkan dengan sifat cengeng, rapuh, ataupun lebai. Orang menangis tak jarang dianggap sebagai orang yang lemah pribadi ataupun imannya. Padahal, menangis dalam Islam dapat diartikan sebagai proses ataupun bentuk penghayatan dan pendalaman ibadah yang sedang dilakukan.

Menangis semacam itulah yang sering dipraktikkan oleh para Nabi dan Rasul serta para ulama dalam mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Jika tangisan tumpah karena Allah, ia termasuk perbuatan mulia, sebagaimana sabda Rasul, ”Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.”

Apa itu? Rasulullah menyebutkan salah satunya adalah seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi dan tiba-tiba meneteskan air mata. Artinya, menangis dalam kesunyian lebih memungkinkan timbulnya keikhlasan dalam diri.

Lain halnya ketika tangisan tumpah di tempat keramaian, atau ketika mendengarkan lagu cengeng, tentu saja tangisan tersebut tidak ditujukan kepada Allah SWT, melainkan lebih disebabkan oleh suasana sedih. Untuk itu, mari kita hiasi mata ini dengan tangisan mesra karena Allah. Tangisan yang akan membawa pada kebahagiaan di akhirat kelak.

 

Oleh Ali Rif’an

Menangis, Ini Pengaruhnya Bagi Kesehatan

TERKADANG kita sering menganggap remeh orang-orang yang mudah nangis. Entah itu dengan ungkapan bahwa ia itu cengeng, tidak memiliki mental yang kuat dan hal yang senada lainnya. Itu semua tidak berarti benar menunjukkan demikian. Sebab, air mata itu anugerah dari Allah SWT. Mau tak mau pasti selalu ada saatnya kita akan mengeluarkan air mata. Baik itu secara disengaja maupun tidak.

Nah, ternyata air mata itu bukan hanya sekedar air yang keluar dari mata sebagai tanda kesedihan atau keharuan kita pada sesuatu. Akan tetapi, ada kandungan lain yang dapat menjadi pembawa kebaikan bagi diri kita, salah satunya dalam bidang kesehatan. Dan benarlah bahwa air mata itu mempengaruhi kesehatan kita.

Dari aspek kesehatan,ternyata menangis mempunyai pengaruh terhadap kondisi rileks tubuh. Para ilmuwan menemukan fakta ilmiah bahwa air mata yang keluar karena dorongan emosional akan merangsang keluarnya hormon endorphin. Hormon ini akan menimbulkan rasa lega dan merasa lebih baik di dalam perasaaan.

Analogi yang mudah untuk menjelaskan hal ini yaitu mengibaratkan stres seperti racun. Namanya saja racun maka harus dikeluarkan dalam tubuh, jika dibiarkan saja maka racun tersebut akan semakin menumpuk dan menurunkan daya imunitas tubuh. Jika racun itu bentuknya stres, maka cara menetralisirnya yaitu dengan menangis. Itulah sebabnya mengapa saat sedang menghadapi tekanan yang berat, sesekali dengan menangis akan membuat pikiran menjadi tenang dan perasaan menjadi lebih enteng.

Berkaiatan dengan air mata, secara garis besar air mata ada dua jenis, yaitu air mata yang keluar karaena dorongan emosional dan air mata yang keluar karena iritasi. Air mata yang keluar dorongan emosisional, efeknya sudah dibahas dalam paragraf diatas. Sedangkan air mata yang keluar karena iritasi, tentu juga mempunyai efek medis yang nggak kalah menarik. Ketika mata mengalami iritasi, bisa disebabkan oleh alergiinfeksi atau inflamasi (peradangan). Air mata yang keluat sebagai warning system untuk diri kita bahwa sedang terjdi kelainan di daerah mata. Sehingga, dapat dideteksi penyakit yang terjadi dan kita bisa segera melakukan tindakan pengobatan.

Selain manfaat medis di atas ternyata masih ada lagi peran air mata ini terhadap fungsi kesehatan. Air mata mengandung lisozim, beta-lisin, laktoferin, gamma globulin yang merupakan protein spesifik dan memberikan sifat anti mikroba. Sehingga, air mata mempunyai daya kemampuan untuk membunuh bakteri yang membahayakan kesehatan mata. []

Referensi: Tau Gak Sih Islam Itu Sehat?/Karya: Dr. Faza Khilwan Amna, MMR dan Dr. Hendri Okarisman/Penerbit: Aqwamedika

 

sumber: Islam Pos