Hari Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan

Hari kiamat memiliki makna yang sangat banyak. Berbagai disiplin ilmu dan banyak teori berusaha menjelaskannya. Berikut ini adalah tiga dari banyak asumsi dalam teori yang mengemukakan tentang hari kiamat:

Penjelasan Geologi

Hari kiamat adalah saat bumi terjadi dari gas yang berputar atau yang dinamakan chaos catastrope. Setelah diam, gas tersebut menjadi dingin. Gas yang berat tersebut mengendap ke bawah dan yang ringan berada di atas.

Melalui proses evolusi yang panjang, gas yang berada di bagian luar kemudian mengeras menjadi batu, kerikil, pasir, dan lain sebagainya. Sementara itu, gas yang berada di bagian tengah masih dalam kondisi panas.

Zat panas tersebut kemudian bercampur dengan lava, lahar, batu, dan pasir panas. Bumi yang beredar lantaran adanya daya tarik matahari terhadap bumi pun berkurang. Akibatnya, bumi akan bergeser dari matahari sehingga membuat putaran bumi semakin cepat dan akan mengalami nasib seperti meteor yang menyala atau hancur.

Teori Fisika

Kiamat menurut teori fisika adalah letak matahari kira-kira 150 juta km jauhnya dari bumi. Meski begitu, sinar matahari sampai ke bumi selama 8 menit 20 detik. Garis tengah matahari = 1,4 juta km, dan luas permukaannya 616 x 1010 km = 622160 km.

Menurut ahli fisika, energi matahari yang dipancarkan ke angkasa dan sekitarnya adalah 5,7 x 1027 kalori = 5853,9 kalori/menit dan dapat menyala selama 50 milyar tahun dengan panas sebesar 15 juta derajat celcius.

Apabila suatu saat matahari tidak muncul atau cahayanya redup sebab tenaga atau sinarnya habis, maka tidak ada angin dan awan. Angin dan awan yang tidak ada mengakibatkan hujan menjadi tidak akan turun. Karena itulah, gunung-gunung pun akan meletus, ombak bergulung-gulung, dan air laut naik sehingga menghancurkan bumi.

Bukti dalam Al-Qur’an

Imam Ath Thabari dan Ibnu Katsir menyatakan bahwa telah diperlihatkan peristiwa-peristiwa yang menakjubkan di dunia. Ada peristiwa pembunuhan yang dipermasalahkan oleh Bani Israil, akan di hidupkan kembali oleh Allah Swt. hanya dengan perantaraan daging sapi yang dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh.

Kisah ini tercantum dalam dua ayat AL-Qur’an sebagai berikut:

Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 72

وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَٱدَّٰرَْٰٔتُمْ فِيهَا ۖ وَٱللَّهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ

Wa iż qataltum nafsan faddāra’tum fīhā, wallāhu mukhrijum mā kuntum taktumụn

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.”

Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 73

فَقُلْنَا ٱضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْىِ ٱللَّهُ ٱلْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Fa qulnaḍribụhu biba’ḍihā, każālika yuḥyillāhul-mautā wa yurīkum āyātihī la’allakum ta’qilụn

Artinya: Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!”

Demikianlah penjelasan dalam Al-Qur’an tentang menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. Peristiwa Nabi Ibrahim dan burung-burung yang dicincangnya kemudian diletakkan di tiap-tiap bagian di atas bukit lalu Allah Swt. berfirman:

Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 260

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِى ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ ٱلطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ ٱجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ٱدْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَٱعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Wa iż qāla ibrāhīmu rabbi arinī kaifa tuḥyil-mautā, qāla a wa lam tu`min, qāla balā wa lākil liyaṭma`inna qalbī, qāla fakhuż arba’atam minaṭ-ṭairi fa ṣur-hunna ilaika ṡummaj’al ‘alā kulli jabalim min-hunna juz`an ṡummad’uhunna ya`tīnaka sa’yā, wa’lam annallāha ‘azīzun ḥakīm

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Dua informasi tentang bukti dalam Al-Qur’an terkait hari kiamat memang dijelaskan oleh al-Qur’an. Tapi, penjelasan tersebut bukanlah berita langsung bahwa Hari Akhir akan datang. Dua hal tersebut adalah informasi historis atau sejarah tentang peristiwa yang pernah terjadi dan menjadi bukti secara indrawi bahwa kiamat pasti akan datang.

BINCANG SYARIAH

Inilah Gambaran Hari Kiamat Menurut Al-Quran yang Perlu Kita Tahu

Tangan dan kaki ikut menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan manusia di dunia, semua anggota badan, bahkan termasuk kulit akan menjadi saksi, inilah gambaran manusia di Hari Kiamat menurut Al-Quran

KEBANYAKAN manusia membayangkan Hari Kiamat masih sangat lama, masih sangat jauh dan bahkan masih merasa masih jutaan tahun lagi. Inilah gambaran Hari Kimat dalam Al-Quran yang perlu kita ketahui.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaknya setiap diri kalian memperhatikan apa yang telah dia persiapkan untuk Hari Esok.” (QS: al-Hasyr [17]: 19)

Para mufassir, seperti Imam Ibnu Katsir dan Imam al-Qurthubi, umumnya sepakat bahwa yang dimaksud dengan “Hari Esok” adalah Hari Kiamat. Hari Kiamat disebut “Hari Esok”, menurut sebagian mufassir, karena begitu dekat kedatangannya, seperti datangnya esok hari.

Hari Kiamat adalah penanda awal alam akhirat. Hari Kiamat terjadi saat malaikat meniup sangkakala yang pertama. Tiupan pertama ini menghancurkan seluruh kehidupan di jagat raya.

Tiupan pertama disusul dengan tiupan kedua yang membangunkan kembali semua mahluk. Inilah yang Allah SWT gambarkan dalam al-Quran:

وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ

“Ditiuplah sangkakala. Lalu matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang Allah kehendaki. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi. Tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS: az-Zumar [39]: 68).

Semua manusia terbangun dan bergegas menuju ke Padang Mahsyar. Untuk dihisab perbuatan baik dan buruknya yang dilakukan selama berada di alam dunia.

Pada saat itu sudah ada yang celaka dan ada pula yang berbahagia. Begitulah sebagaimana firman-Nya:

وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ ٱلْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ

قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ

إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَٰحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ

فَٱلْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?”. Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).

Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan..” (QS: Yasin [36]: 51-54).

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّمَنْ خَافَ عَذَابَ ٱلْءَاخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌ مَّجْمُوعٌ لَّهُ ٱلنَّاسُ وَذَٰلِكَ يَوْمٌ مَّشْهُودٌ

وَمَا نُؤَخِّرُهُۥٓ إِلَّا لِأَجَلٍ مَّعْدُودٍ

يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِىٌّ وَسَعِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).

Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.” (QS: Hud [11]: 103-105).

Setelah terjadi Hari Kiamat, disusul dengan Hari Kebangkitan, di alam akhirat akan ada pengumpulan semua manusia di Padang Mahsyar. Padang Mahsyar adalah tempat penghitungan amal. Di sinilah terjadi Hari Perhitungan. Pada peristiwa ini seluruh umat manusia mulai dari Nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Allah SWT berfirman:

إِنَّ يَوْمَ ٱلْفَصْلِ كَانَ مِيقَٰتًا

يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا

“Sungguh Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala. Lalu kalian datang berkelompok-kelompok.” (QS: an-Naba’ [78]:17-18).

Orang-orang yang mulia telah diberi ketetapan yang baik dari Allah SWT. Mereka itu dijauhkan dari neraka dan tidak mendengar sedikitpun suara api neraka.

Mereka juga tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar yang terjadi pada Hari Kiamat. Begitu yang Allah SWT gambarkan melalui firman-Nya:

إِنَّ ٱلَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُم مِّنَّا ٱلْحُسْنَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ

لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا ۖ وَهُمْ فِى مَا ٱشْتَهَتْ أَنفُسُهُمْ خَٰلِدُونَ

لَا يَحْزُنُهُمُ ٱلْفَزَعُ ٱلْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ ٱلَّذِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

يَوْمَ نَطْوِى ٱلسَّمَآءَ كَطَىِّ ٱلسِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُۥ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ

“Mereka itu dijauhkan dari neraka. Mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. Mereka kekal dalam menikmati apa yang mereka inginkan. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada Hari Kiamat). Mereka disambut oleh para malaikat.” (QS: al-Anbiya [21]: 101-104).

Manusia Kepanikan

Keadaan manusia pada Hari Kiamat pada umumnya berada dalam kepanikan yang amat dahsyat. Namun, ada pula yang bergembira.

Bergantung pada amalan masing-masing, sebagaimana firman-Nya: 

فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ

يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ

وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ

وَصَٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ

لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ

ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ

تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ

أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَفَرَةُ ٱلْفَجَرَةُ

“Jika datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkan mereka. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Banyak pula muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS: Abasa [80]: 33-42).

Orang-orang yang selama di alam dunia mengingkari adanya Hari Kebangkitan dan perjumpaan mereka dengan Allah SWT pada Hari Kiamat akan menyesal. Mereka pun akan menerima azab dengan memikul dosa-dosa yang telah mereka lakukan.

Itulah yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam ayat berikut:

قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا۟ يَٰحَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ

“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah hingga jika Kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami karena kelalaian kami tentang Kiamat itu!” sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya.” (QS: al-Anam [6]: 31).

Menghadap Pengadilan

Setiap manusia akan diadili di Pengadilan Akhirat dengan membela diri sendiri saat diminta pertanggungjawaban atas perbuatan kita di dunia. Begitulah Allah SWT gambarkan: 

يَوْمَ تَأْتِى كُلُّ نَفْسٍ تُجَٰدِلُ عَن نَّفْسِهَا وَتُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri.” (QS: an-Nahl [16]: 111).

Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan kita atau membela kita di Pengadilan Akhirat di hadapan Hakim Yang Mahaadil, Allah SWT:

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا لَّا تَجْزِى نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنفَعُهَا شَفَٰعَةٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ

“Takutlah kalian pada suatu hari saat seseorang tidak dapat menggantikan orang lain sedikit pun. Tidak akan diterima suatu tebusan dari dirinya. Tidak akan memberi manfaat syafaat apapun bagi dia. Tidak pula mereka akan ditolong.” (QS al-Baqarah [2]: 123).

يُنَبَّؤُا۟ ٱلْإِنسَٰنُ يَوْمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ

بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ

وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ

“Dipastikan manusia diminta pertanggungjawabannya atas apa pun yang dia pernah dikerjakan di dunia, dengan segala argumentasi dan alasan-alasan pembenaran perbuatannya.” (QS: al-Qiyamah [75]: 13-15).

Anggota Badan Dikunci

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Tangan dan kaki ikut menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan manusia di dunia.” (QS: an-Nur [24]: 24).

ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

“Mulut-mulut mereka pun terkunci.” (QS: Yasin [36]: 65).

وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَآءُ ٱللَّهِ إِلَى ٱلنَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَٰرُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

وَقَالُوا۟ لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوٓا۟ أَنطَقَنَا ٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (QS: Fushshilat [41]: 19-22).

Vonis Akhir Pengadilan Allah

Nasib manusia setelah dijatuhkan vonis bermacam-macam. Pada akhirnya, di alam akhirat, tempat terakhir manusia ada di antara dua: surga atau neraka.

Surga adalah tempat orang yang bertakwa. Neraka adalah tempat bagi orang-orang kafir dan fasik yang banyak berbuat dosa.  

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ ٱلْعَذَابِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ

قِيلَ ٱدْخُلُوٓا۟ أَبْوَٰبَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى ٱلْمُتَكَبِّرِينَ

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ رَبَّهُمْ إِلَى ٱلْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَٱدْخُلُوهَا خَٰلِدِينَ

Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. “Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS az-Zumar [39]: 71-72).

طِبْتُمْ فَٱدْخُلُوهَا خَٰلِدِينَ

وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى صَدَقَنَا وَعْدَهُۥ وَأَوْرَثَنَا ٱلْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَآءُ ۖ فَنِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَٰمِلِينَ

“Sebaliknya, orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT dibawa ke dalam surga berombong-rombongan pula. Saat mereka sampai ke surga itu, terbukalah pintu-pintunya. Tentu, surga itulah sebaik-baik tempat bagi orang-orang yang beramal shalih.” (QS: az-Zumar [39]: 73-74).

Pertanyaannya: Jika pada akhirnya surga adalah tujuan akhir dari hidup kita di dunia ini, sudahkah kita melayakkan diri menjadi salah satu penghuninya kelak?

Caranya tentu dengan terus-menerus berusaha menjadi pribadi yang benar-benar bertakwa; yang senantiasa berupaya memperbanyak amal shalih, berusaha selalu taat kepada Allah SWT, serta tidak melakukan banyak dosa dan maksiat kepada-Nya. Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.*/ Arief B. Iskandar, khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

HIDAYATULLAH

5 Pertanyaan Allah Kepada Manusia di Hari Kiamat

Mati itu pasti. Setiap orang, setiap yang bernyawa pasti mati. Selain Allah, semua pasti mati. Tapi, kapan kematian itu menghampiri, tidak satupun yang mengetahui, kecuali Allah. Kalau demikian, kematian bukan sesuatu yang mesti ditakuti karena pasti terjadi. Namu, bagi sebagian orang, kematian menjadi momok mengerikan, menakutkan dan suatu keadaan yang sangat mencekam.

Bagi umat Islam, kematian bukan akhir dari segalanya. Ia menjadi babak baru dan pintu gerbang menuju kehidupan berikutnya yang abadi. Alam kubur adalah fase menunggu hari kiamat. Maka, apakah seseorang termasuk orang yang beruntung atau buntung tanda-tandanya telah tampak ketika ia memasuki alam kubur. Di sini, ganjaran amal baik akan diberikan. Begitu pula sebaliknya, amal buruk akan dibalas dengan siksaan.

Dan penentuan apakah akan hidup bahagia ataukah penuh derita adalah saat hari kiamat. Semua manusia akan dihadapkan kepada Allah satu persatu, tanpa pendamping dan tanpa penerjemah untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya waktu di dunia.

Allah berfirman, “Tidak ada satu (umat) pun, kecuali semuanya akan dihadirkan kepada kami (untuk dihisab)”. (QS. Yassin: 32).

Begitulah, pada akhirnya semua akan kembali pada pengadilan Allah. Pada saat itu, Allah bertanya kepada manusia tentang lima hal. Pertama, umurmu digunakan untuk apa? Kedua, apa yang kamu lakukan saat masih muda? Ketiga, hartamu engkau peroleh dari mana? Keempat, hartamu engkau pergunakan untuk apa? Dan, kelima, apa yang kamu perbuat dengan ilmumu?

Lima pertanyaan ini yang menentukan apakah manusia di akhirat akan hidup suka cita atau duka cita, penuh kebahagiaan atau penderitaan. Sebab, seluruh perbuatan manusia saat hidup di dunia akan dibalas oleh Allah. Kebaikan dibalas dengan nikmat dan keburukan dibalas dengan laknat. Bagi yang beramal shaleh akan ditempatkan di surga dengan kenikmatan tiada tara, sementara bagi yang senang melakukan kemaksiatan dan dosa akan dicampakkan ke neraka dengan siksa yang pedihnya tak terbayangkan.

Karena itulah, manfaatkan umur selama masih bisa bernafas untuk kepentingan ibadah dan bermanfaat bagi yang lain hanya demi Allah. Usia muda adalah masa produktif yang harus menjadi semangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Begitu pun harta adalah titipan untuk kita menjadi amanah dengan cara mendapatkan dengan cara halal dan untuk kepentingan kebaikan. Semuanya dipandu oleh ilmu yang manfaat untuk ibadah dan amal kebaikan.

ISLAM KAFFAH

Nikmat Dunia Pasti Akan Sirna

Saudaraku, semua kenikmatan di dunia ini pasti akan sirna. Sedangkan yang ada di sisi Allah, itulah yang akan kekal. Namun sayangnya, betapa banyak yang terlena dengan dunianya yang nanti akan sirna, lalu lebih mementingkan kehidupan kekal yang ada di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman,

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An Nahl: 96).

Segala sesuatu yang kita miliki pasti akan sirna, baik diri kita sendiri, keluarga dekat kita, dan harta kita. Ibnu Katsir berkata, “Apa yang ada di sisi kalian akan berakhir pada waktu tertentu yang telah ditetapkan.”

Lalu apa yang akan kekal? Ibnu Katsir melanjutkan tafsiran ayat di atas, “Pahala di sisi Allah untuk kalian di surga yang akan kekal, tidak terputus, tidak akan lenyap, dan tidak akan hilang.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4: 710).

Dalam Tafsir Al Jalalain disebutkan bahwa semua yang ada di dunia ini pasti akan sirna dan yang di sisi Allah itulah yang kekal.

Demikianlah, manusia tahu bahwa di sisi Allah yang kekal abadi. Namun mereka malah mengganti sesuatu yang kekal dengan sesuatu yang pasti akan sirna.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam kitab tafsirnya (hal. 448), “Seharusnya manusia itu mendahulukan sesuatu yang pasti kekal, bukan sesuatu yang akan binasa.  Karena segala sesuatu di sisi kalian -wahai manusia- akan sirna walaupun banyak jumlahnya. Adapun yang di sisi Allah (yaitu kenikmatan di akhirat) akan tetap terus ada, tidak akan sirna dan hilang.” Apa yang dimaksudkan oleh Syaikh As Sa’di sepadan dengan firman Allah,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17).

Wahai saudaraku … Malik bin Dinar berkata,

لو كانت الدنيا من ذهب يفنى ، والآخرة من خزف يبقى لكان الواجب أن يؤثر خزف يبقى على ذهب يفنى ، فكيف والآخرة من ذهب يبقى ، والدنيا من خزف يفنى؟

“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan fana. Padahal sebenarnya akhirat adalah emas yang kekal abadi dan dunia adalah tembikar nantinya fana.” (Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7: 473, Mawqi’ At Tafasir)

Juga kata Syaikh As Sa’di, ayat yang kita kaji mengandung pelajaran penting tentang zuhud di dunia karena kita diperintahkan untuk memikirkan akhirat kita yang kekal dibanding dunia yang akan sirna, dunia hanyalah sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat. Zuhud yang dimaksud adalah meninggalkan setiap yang dapat mendatangkan bahaya bagi hamba dan meninggalkan setiap yang membuat lalai dari kewajiban dan hak Allah.

Semoga kita termasuk hamba yang menjadi akhirat sebagai tujuan mulia kita.

Sumber https://rumaysho.com/3336-nikmat-dunia-pasti-akan-sirna.html

Mengapa Harus Ada Kiamat?

Mengapa harus ada kiamat? Mengapa kiamat harus terjadi? Untuk apa kiamat? Apa urgensi kiamat buat manusia ? Pertanyaan itu mungkin sudah lama dalam benak Anda. Pertanyaan itu mungkin sudah lama Anda tanyakan, namun Anda belum mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Tatkala manusia hidup, pelbagai ragam perbuatan ia lakukan. Ada yang dengan hati murni, berbuat kebajikan untuk manusia. Hari-harinya diisi dengan pelbagai kebaikan dan amal saleh. Ia rajin menolong dan membantu orang yang kesusahan.

Namun di sisi lain, ada manusia yang melakukan amal biadab. Penuh denga sikap kejelekan. Saban hari ini melakukan keburukan. Menggunjing tetangga. Menyebarkan fitnah. Dan juga memproduksi hoaks yang meresahkan masyarakat.

Lebih dari itu tak sedikit manusia yang merugikan bagi manusia lain. Ada yang mencuri harta miliki tetangga. Dengan tega maling perhiasan, uang dan alat elektronik orang lain ketika ke luar rumah.

Di sisi lain, ada juga yang tega membunuh manusia tanpa dosa. Membunuh untuk tujuan tertentu. Ada yang menghabisi nyawa seseorang untuk mengambil harta miliknya. Si anu tega membantai, si B hanya untuk mengurangi saingannya dalam bergadang dan bisnis.

Ada juga Si Ahmad yang dibantai oleh teman lamanya. Pasalnya, si Ahmad tega merebut calon istrinya dulu. Atau si Sari , dengan tega membunuh suaminya agar bisa kawin lagi dengan lelaki lain. Ini semua sifat dan kelakuan buruk manusia.

Sayangnya, tak semua dosa ini bisa selesai di dunia. Pengadilan dunia banyak yang menerapkan manipulasi. Si pelaku utama lolos, sebab ia punya uang dan orang dalam. Tak semua orang mendapat keadilan hukum di dunia.

Tak berlebihan kemudian manusia mengimpikan suatu hari yang penuh keadilan. Profesor Quraish Shihab dalam buku, Islam yang Saya Anut; Dasar- dasar Islammengatakan di sinilah rasa keadilan menuntut kepercayaan tentang adanya “hari” di mana setiap manusia mendapatkan balasan dan ganjaran atas perbuatan masing-masing.

Lebih lanjut, Allah itu Maha Adil, Dia membangkitkan manusia setelah kematian agar mendapatkan ganjaran; surga bagi manusia yang taat dan berbuat kebaikan dan menjatuhkan sanksi atas orang yang berbuat keburukan—jika Allah tak mengampuni dosanya.

Lantas Anda akan bertanya, kenapa tak di dunia saja balasan itu diwujudkan? Kenapa harus menunggu mati si terdakwa? Bukankah balasan kebajikan dan keburukan akan disegerakan?

Satu hal yang pasti, Allah maha kuasa. Ia mampu mewujudkan segala sesuatu. Ia pemilik alam raya dan isinya. Namun penting digarisbawahi,  manusia diciptakan ke dunia ini  bukan tanpa tujuan. Ada maksud dan rahasia di balik terciptanyan manusia dan alam semesta.

Di samping itu, seperti kata, Quraish Shihab agama menuntut keimanan. Salah satu di antaranya adalah keimanan tentang balasan ganjaran bagi manusia kelak di hari kiamat. Terlebih Allah menjanjikan balasan bertingkat bagai manusia yang berbuat kebajikan.

Itulah sekilas kenapa kiamat harus ada. Dan hari pembalasan itu penting. Sejatinya kiamat adalah keadilan untuk manusia. Keadilan yang kelak akan didapatkan dalam hari pembalasan.

BINCANG SYARIAH

Amalan Penyelamat Umat Islam dari Kengerian Kiamat

Sejumlah amal saleh bisa menyelamatkan umat Islam dari dahsyatnya kiamat.

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat, menjelaskan ihwal huru-hara yang terjadi pada hari kiamat dan nasib orang-orang saleh. Dia mengatakan, orang-orang yang sudah wafat tidak akan merasakan huru-hara hari kiamat karena mereka sudah ke alam lain, yakni alam barzah.

“Bahkan, dalam sebagian riwayat disebutkan, sesaat sebelum fitnah kiamat kubra ini terjadi, orang-orang saleh memang akan dimatikan terlebih dahulu agar terhindar dari petaka dan histeria paling mencekam sepanjang sejarah dunia,” tutur dia dilansir dari laman Rumah Fiqih Indonesia, Kamis (27/5). 

Dia menyampaikan, ketika huru-hara hari kiamat terjadi, bumi mengeluarkan semua isi perutnya, gelombang tsunami terdahsyat di dunia, langit terbelah, bintang-bintang bertabrakan satu sama lain, matahari tabrakan dengan bulan, gunung-gunung beterbangan bagaikan bulu, dan manusia bagaikan anai-anai yang bertebaran.

“Semua pemandangan itu terlalu mencekam dan menakutkan. Sehingga, merupakan siksaan tersendiri yang tiada taranya. Maka, sebagai kasih sayang Allah SWT kepada orang-orang yang dicintai-Nya, mereka dipanggil terlebih dahulu. Agar tidak sempat merasakan pedihnya huru-hara kiamat kubra,” paparnya. 

عن أم المؤمنين أم الحكم زينب بنت جحش رضي الله عنها: أن النبي ﷺ دخل عليها فزعا، يقول: لا إله إلا الله، ويل للعرب من شر قد اقترب، فتح اليوم من ردم يأجوج ومأجوج مثل هذه، وحلق بأصبعيه الإبهام والتي تليها، فقلت: يا رسول الله، أنهلك وفينا الصالحون؟ قال: نعم، إذا كثر الخبث

Dalam hadits riwayat Bukhari, dari Zainab binti Jahsy bahwa Nabi Muhammad SAW datang kepadanya dengan gemetar sambil berkata, “Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”. Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya.

Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang saleh?” Beliau menjawab, “Ya, betul, ketika keburukan telah merajalela”. (HR Bukhari)

Dalam hadits riwayat Thabrani, dijelaskan soal tiga orang yang tidak akan merasa ketakutan terhadap Hari Kiamat dan mereka pun tidak akan dihisab. 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْهًما قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاَثَةٌ لَا يَهُوْلُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَلَا يَنَالهُمُ الحِسَابُ هُمْ عَلى كَثِيبٍ مِنْ مِسكٍ حَتَّى يُفْرَغَ مِنْ حِسَابِ الخَلائِقِ رَجُلٌ قَرأَ القُرآنَ ابْتِغَآْءَ وَجْهِ اللهِ وَاَمَّ قَوْماً وَهُمْ بِهِ رَاضُوْنَ وَدَاعٍ يَدْعُوْنَ إلى الصَّلواتِ ابْتِغآء وجْهِ اللهِ وَرَجُلٌ اَحْسَنَ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَوَالِيهِ.  

Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang yang tidak akan mengalami ketakutan pada hari yang sangat menakutkan dan mereka tidak akan dihisab, mereka berada di atas tumpukan kasturi hingga selesai hisab terhadap semua manusia, (yaitu):

Seseorang yang membaca Alquran semata-mata mengharap ridha Allah, yang mengimami suatu kaum dan mereka menyukainya, dai yang mengajak shalat semata-mata mengharap ridha Allah SWT, orang yang menjaga hubungan baik antara ia dan tuannya dan antara ia dan bawahannya.” (HR Thabrani) 

KHAZANAH REPUBLIKA

Jangan Meremehkan dan Menertawakan Tanda Kiamat

Sepatutnya umat Islam tak menyepelekan, meremehkan, bahkan menertawakan tanda kiamat

Fungsi mengenal tanda-tanda kiamat bagi umat Islam adalah untuk semakin memperkokoh keimanan seseorang. Sebab mengenali dan percaya tanda-tanda kiamat merupakan bagian dari rukun iman, yakni beriman pada hari akhir. Hal itu seperti diungkapkan dalam buku Prediksi Akhir Zaman karya Muhammad Abduh Tuasikal.

Nabi bersabda: “An tu’mina billahi wa malaaikatihi wa kutubihi wa Rusulihi wal-yaumil-akhiri wa tu’mina bil-qadri khairihi wa syarrihi,”. Yang artinya: “(Yang dimaksud) iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-Nya, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada Rasul-Nya, serta beriman pada hari akhir (kiamat) dan juga beriman pada takdir yang baik dan buruk,”.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sayyidina Umar bin Khattab. Maka diharapkan, dengan semakin mengenal tanda-tanda kiamat maka seorang Muslim diharapkan dapat memperkokoh keimanannya. Mengenal tanda-tanda kiamat bukanlah bagian senda gurau atau wacana isapan jempol semata.

Dari sejumlah dalil yang dijabarkan, mengenali tanda-tanda kiamat merupakan bagian dari bentuk keimanan seorang Muslim. Maka alangkah baiknya bagi kita untuk mengenali tanda-tanda itu dan tetap mengencangkan keteguhan hati untuk percaya dan beribadah hanya kepada Allah SWT.

Kabar mengenai kiamat bahkan diabadikan di dalam Alquran yang kebenarannya tidaklah diragukan. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 2-3: “Dzalikal-kitaabu laa raiba fihi hudan lil-Muttaqiina, alladzina yu’minuna bil-gaibi,”. Yang artinya: “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib,”.

Untuk itu maka sudah sepatutnya bagi umat Islam untuk tidak menyepelekan, meremehkan, bahkan menertawakan tanda-tanda kiamat yang terjadi yang dianggap sebagai lelucon. Umat Islam justru harus semakin mawas diri dari kelalaian, maksiat, hingga kebatilan. Dengan hadirnya tanda-tanda kiamat, sudah selayaknya bagi umat Islam untuk memerbanyak amal shaleh agar layak menghadap Illahi.

KHAZANAH REPUBLIKA

Pesan Terakhir Nabi Muhammad: Kiamat Sudah Dekat

DALAM sejarah Islam, yang dianggap sebagai pesan terakhir Nabi Muhammad Saw adalah khotbah beliau tatkala Haji Wada atau haji penghabisan pada 9 Zulhijah 10 Hijriyah atau 7 Maret 632. Namun kemudian beredar surat peringatan terakhir Nabi dari Mekah di Nusantara.
“Sebuah terjemahan peringatan semacam itu (dalam bahasa Sunda) pernah jatuh di tangan saya,” kata Snouck Hurgronje dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje I. “Dikatakan bahwa tulisan itu diumumkan oleh Raja di Mekah atas perintah Nabi pada permulaan abad ke-13 Hijriyah.”

Surat peringatan semacam itu, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Sunda, beredar luas dan umumnya berisi tentang kiamat sudah dekat.

Sebuah surat berisi seorang bernama Syekh Abdallah bermimpi bertemu Nabi yang berwasiat kepadanya. Isinya: “Hai Syekh Abdallah… ini sesungguhnya adalah peringatan terakhir… Beritahukan mereka, bahwa hari kiamat sudah dekat, gerbang permohonan pengampunan segera ditutup. Hari kiamat sudah memberikan tanda di Kabah dan malaikat Jibril telah memberi tahu kepadaku, bahwa dia akan turun sepuluh kali di dunia untuk mencabut kebenaran, cinta dari hati para bersaudara, karunia, kesabaran, sifat lemah lembut, iman dari hati para hartawan, ilmu pengetahuan, dan yang kesepuluh penghormatan terhadap Quran dari hati kaum yang beriman.”

Selain memilikinya, Hurgronje membaca di suratkabar Nieuws Rotterdamsche Courant (4 Juni 1884) dan Nieuws van den Dag (5 Juni 1884) yang mengutip Het Algemeen Dagblad mengenai isi surat itu. Suratkabar tersebut juga mengabarkan bahwa umat Muslim Priangan dilanda ketakutan karena gambaran mimpi itu diceritakan setiap minggu di masjid-masjid. Di suratkabar Nieuws van den Dag (9 Juni 1884), yang dibaca Hurgronje, ditunjukkan panjang-lebar akibat buruk dari kegelisahan-kegelisahan itu.

Surat peringatan lain terbit dalam dua versi: ditandatangani Raja (Syarif) Mekah Mohamad Jafar ibn Abd al-Khaliq dan Abdus Sarip. “Raja Arab (sic), yang katanya telah menerima wahyu dari Nabi, menyebarluaskan propaganda yang berisi ramalan eskatologis,” tulis Sartono Kartodirdjo dalam Pemberontakan Petani Banten 1888.

Menurut Sartono, surat itu memuat gambaran mesianik klasik tentang malapetaka dan bencana-bencana mengerikan yang akan menimpa manusia menjelang “akhir zaman”. Surat itu berisi pesan yang mengandung makna eskatologis, seruan agar manusia menjauhkan diri dari perbuatan menghinakan Tuhan, berzina, bersikap sombong, hidup mewah, dan makan riba. Ia juga berseru agar manusia menyucikan kehidupan rohani mereka dengan jalan bertobat dan menjalankan kewajiban agama.

Pada akhir 1883, polisi Banten menyita sebuah surat selebaran dari seorang bernama Misru. “Dia mendapatkannya dari saudaranya, Asta, yang membeli dari Mas Hamim dari Pakojan (Pinang, Kota Tangerang). Katanya, surat itu ditulis oleh Syarif Mekah pada 1880, meskipun terdapat petunjuk-petunjuk yang kuat bahwa ia ditulis di Jawa,” tulis Sartono.

Hurgronje bahkan memastikan, dari susunan dan beberapa bagian isinya, tulisan itu bukan berasal dari tanah Arab atau setidak-tidaknya secara khusus dan sengaja disesuaikan dengan pengetahuan umat Muslim di Hindia Belanda; mereka hendak dibujuk, digugah, dan dikobarkan semangat pada agama.

Yang menarik mungkin dalam surat peringatan yang lain secara khusus disebutkan kewajiban mengirimkan sumbangan ke Mekah dan menunaikan ibadah haji. Anjuran agar menunaikan ibadah haji terkait dengan tanda-tanda bahwa “apabila selama waktu tujuh tahun tidak ada orang yang beribadah haji, maka sewaktu bangun tidur esok hari orang akan melihat Kabah sudah hilang, sehingga orang tidak melihat bekasnya lagi,” tulis Hurgronje.

Lebih lanjut Hurgronje menerangkan, surat peringatan itu mengingatkan pembacanya pada berbagai bencana yang tak lama berselang dialami umat manusia seperti wabah penyakit, banjir, gempa bumi; selanjutnya pada isyarat-isyarat khusus yang telah menampakkan diri, misalnya Batu Hitam (Hajar Aswad) di Kabah lambat-laun akan menghilang atau pintu Kabah tak dapat dibuka lagi.

Berdasarkan itu semua diramalkan Hari Kiamat sudah dekat dan dinasihati kepada kaum yang percaya untuk mempersenjatai diri dengan ketaatan pada agama dan perbuatan-perbuatan baik.

“Dianjurkan untuk menyebarluaskan surat peringatan itu, bahkan jika tidak percaya dengan peringatan itu bisa dianggap sebagai perbuatan kafir,” tulis Hurgronje.

Yang jelas, antara tahun 1880 sampai 1885 sejumlah besar surat selebaran keagamaan itu beredar di Aceh, Lampung, Banten, Batavia, dan Priangan. Karena tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah, sebagai organisasi gerakan pemberontakan, berkembang di bawah tanah, penyebarluasan surat itu tak mengkhawatirkan para pejabat Belanda.

“Menurut pendapat mereka surat itu bersifat komersial karena menyangkut usaha mencari calon jemaah haji,” tulis Sartono. “Belakangan mereka memperkirakan surat itu akan menimbulkan keresahan di kalangan rakyat, mengingat baru saja rakyat dilanda gelombang kepanikan setelah terjadi wabah penyakit dan bencana alam antara tahun 1879 sampai 1883.”

Wabah dan bencana dianggap sebagai teguran dari Tuhan serta pertanda untuk segera melancarkan pemberontakan terhadap penguasa kafir Belanda dan menjadikan bumi Banten sebagai wilayah Islam (Dar al-Islam). Surat ederan dari Mekah itu, yang isinya dikenal sebagai “Peringatan terakhir dari Nabi”, menjadi pembakar semangat rakyat Banten untuk memberontak. Surat peringatan tersebut dijadikan indoktrinasi pemberontakan yang dilakukan dalam pertemuan-pertemuan di masjid, mushola, atau tarekat. Revolusi sosial, yang disebut Sartono sebagai pemberontakan petani Banten, meletus pada 9 Juni 1888.

Surat tentang peringatan terakhir Nabi masih beredar hingga kini. Bahkan menyebar di dunia maya, melalui situs, email, atau milis. Isi wasiatnya sama: kiamat sudah dekat. Bedanya, kali ini penerima wasiatnya adalah Syekh Ahmad, juru kunci makam Nabi.

Banyak orang mempertanyakan kebenarannya. Bagi ulama besar Mesir Syekh Yusuf al-Qaradhawi, kemunculan surat wasiat ini bukan saja baru-baru ini, tetapi dia telah melihatnya sejak puluhan tahun lalu. Syekh Yusuf lalu mencari informasi tentang Syekh Ahmad dan aktivitasnya kepada orang-orang di Madinah dan Hijaz. Ternyata tak seorang pun pernah melihat dan mendengar berita mengenai Syekh Ahmad. Syekh Yusuf lalu memberikan fatwa dalam bukunya Hadyul Islam Fatawi Muashirah pada 2001 terbit dalam bahasa Indonesia menjadi Fatwa-Fatwa Kontemporer. Isinya: segala isi pesan terakhir Nabi itu tak ada arti dan nilainya sama sekali dalam pandangan agama.

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia pada 1978 mengeluarkan fatwa terhadap selebaran itu: “Barang siapa dengan sengaja menyebarkan risalah ini adalah melakukan syirik dan tidak mustahil jatuh murtad, melainkan dia bertaubat dan menarik balik perbuatannya itu terhadap siapa pun yang telah dikirimkan risalah ini.” Menurut Majelis, antara tahun 1881 sampai 1979, tak ada penjaga makam Nabi bernama Syekh Ahmad.[Hendri F. Isnaeni/Historia]

INILAH MOZAIK

Alasan Utama Mengapa Allah SWT Rahasiakan Waktu Kiamat

Allah SWT merahasiakan waktu kiamat sehingga manusia tidak mengetahuinya.

Dalam akidah seorang Muslim, peristiwa kiamat termasuk rukun keimanan yang wajib diyakini. Namun, kapan terjadinya tidak ada seorang pun yang tahu, baik manusia biasa, nabi, rasul, maupun malaikat, selain Allah SWT.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat, ‘Kapan terjadi?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya, pengetahuan kiamat ada di sisi Tuhanku. Tidak seorang pun dapat menjelaskan waktu tibanya, selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. Kiamat tidak akan datang kepadamu, melainkan secara tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya, pengetahuan hari kiamat ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’.” (QS Al-A’raf [7]: 187).

Dirahasiakannya hari kiamat bukan tanpa hikmah. Menurut Yusuf bin Abdullah Al-Wabil, salah satu hikmah terbesar misteri kiamat adalah munculnya rasa mawas diri dalam hidup seseorang karena meyakini bahwa setiap amal perbuatan, baik dan jahat atau besar dan kecil, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah di akhirat kelak. Bahwa, kehidupan manusia tidak hanya berlangsung di dunia, melainkan berlanjut abadi hingga akhirat (Asyrath As-Sa’ah, hlm 28).

 يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Pada hari ketika setiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkannya, begitu juga kejahatan yang telah dikerjakan, ia ingin kalau kiranya antara ia dan hari itu ada masa yang jauh. Dan, Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-Nya.” (QS Ali Imran [3]: 30). 

KHAZANAH REPUBLIKA

Cek Fakta: Suara Keras Akan Muncul 15 Ramadhan pada Malam Jumat?

Akhir-akhir ini, banyak pertanyaan seputar hadist tentang suara keras di pertengahan Ramadan karena pertengahan Ramadan tahun ini bertepatan dengan hari Jumat, suara yang muncul tersebut katanya sebagai tanda huru-hara akhir zaman. Teks panjang yang diklaim sebagai hadis Nabi itu berbunyi sebagai berikut.

Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِذَا كَانَتْ صَيْحَةٌ فِي رَمَضَانَ فَإِنَّهُ يَكُونُ مَعْمَعَةٌ فِي شَوَّالٍ، وَتَمْيِيزُ الْقَبَائِلِ فِي ذِيِ الْقَعْدَةِ، وَتُسْفَكُ الدِّمَاءُ فِي ذِيِ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ، وَمَا الْمُحَرَّمُ» ، يَقُولُهَا ثَلَاثًا، «هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ، يُقْتَلُ النَّاسُ فِيهَا هَرْجًا هَرْجًا» قَالَ: قُلْنَا: وَمَا الصَّيْحَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: ” هَدَّةٌ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ جُمُعَةٍ، فَتَكُونُ هَدَّةٌ تُوقِظُ النَّائِمَ، وَتُقْعِدُ الْقَائِمَ، وَتُخْرِجُ الْعَوَاتِقَ مِنْ خُدُورِهِنَّ، فِي لَيْلَةِ جُمُعَةٍ، فِي سَنَةٍ كَثِيرَةِ الزَّلَازِلِ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْفَجْرَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَادْخُلُوا بُيُوتَكُمْ، وَاغْلِقُوا أَبْوَابَكُمْ، وَسُدُّوا كُوَاكُمْ، وَدِثِّرُوا أَنْفُسَكُمْ، وَسُدُّوا آذَانَكُمْ، فَإِذَا حَسَسْتُمْ بِالصَّيْحَةِ فَخِرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا، وَقُولُوا: سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، رَبُّنَا الْقُدُّوسُ، فَإِنَّ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ

“Bila telah muncul suara di bulan Ramadan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antarsuku) di bulan Dzulqa’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzulhijjah dan Muharram.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. “Mustahil, mustahil, manusia dibunuh ketika itu, banyak terjadi kekacauan.”

Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, dan para gadis keluar dari pingitannya pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalat Shubuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, selimutilah diri kalian, dan sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”. Barang siapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat. Akan tetapi, barang siapa yang tidak melakukannya, niscaya ia akan binasa”.

(Hadist ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan 1:228, no.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, no. 39627).

Ini hadits palsu

Perlu disampaikan bahwa hadist tersebut derajatnya palsu (maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat beberapa perawi hadis yang dicap sebagai pendusta dan bermasalah sebagaimana diperbincangkan oleh para ulama hadis. Para perawi tersebut antara lain:

  1. Nu’aim bin Hammad, dia seorang perawi yang dha’if (lemah),
  2. Ibnu Lahi’ah (Abdullah bin Lahi’ah), dia seorang perawi yang dha’if (lemah), karena mengalami kekacauan dalam hafalannya setelah kitab-kitab hadistnya terbakar.
  3. Abdul Wahhab bin Husain, dia seorang perawi yang majhul (tidak dikenal).
  4. Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dia seorang perawi yang dha’if (lemah dalam periwayatan hadist) sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Hibban, dan An-Nasa’i.
  5. Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani, dia seorang perawi pendusta, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Asy-Sya’bi, Abu Hatim, dan Ibnu Al-Madini.

Penilaian para ulama mengenai hadits ini

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan dalam Al-Manar Al-Munif (hlm. 98) tentang hadits-hadits yang tidak sahihyang membicarakan kejadian masa depan seperti hadits akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, dan para gadis keluar dari pingitannya, akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, perang antarsuku akan terjadi di bulan Dzulqa’dah, lalu di bulan Dzulhijjah terjadi pertumpahan darah. Dalam hadits disebutkan bahwa ada suara keras pada bulan Ramadhan pada malam Jumat pertengahan Ramadhan.

Mufti kerajaan Saudi Arabia pada masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah menyatakan, “Hadits ini tidak sahih. Hadits ini adalah hadits yang batil dan berisi kedustaan. Padahal bertahun-tahun kita sudah melewati malam Jumat pada pertengahan Ramadhan, namun kejadian itu tidak ada, segala puji bagi Allah. Kaum muslimin yang mengetahui hal ini tidak boleh melariskan hadits batil semacam itu, bahkan wajib mengingatkan kebatilan hadits tersebut. Kita ketahui bersama bahwa wajib bagi setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah pada setiap waktu dan hendaklah memperingatkan terkait larangan Allah sampai sempurna ajalnya. Sebagaimana Allah mengingatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ayat,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99). Maksud al-yaqin dalam ayat ini adalah al-maut (kematian).

Begitu juga Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Mu’adz,

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan). (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 26:339-341)

Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan dalam bab khusus “Bab: nampaknya tanda-tanda kuasa Allah dalam beberapa bulan, “Hadist ini dipalsukan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Al-Mawdhu’aat, 3:191).

Jangan percaya pada tukang ramal, walau dia berlabel ustadz

Sebenarnya, kalau mau mengingat kembali Ramadan tahun 2012 dulu, di mana pertengahan Ramadan atau 15 Ramadan 1433 Hijriahnya juga bertepatan dengan hari Jumat, bahkan ada ramalan akhir dunia akan terjadi pada bulan Desember tahun tersebut. Coba lihat, apakah ramalan tersebut terbukti?!

Akhir kata, kami nasihatkan agar tidak mudah menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya. Apalagi yang mengatasnamakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena menyebarkan kedustaan atas nama beliau, memiliki ancaman yang berat.

Dari Al-Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barang siapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, no. 1291 dan Muslim, no. 4).

Semoga jadi ilmu yang bermanfaat dan tidak ada lagi penyebaran hadits palsu di tengah-tengah kaum muslimin Indonesia.

Referensi utama:

https://islamqa.info/ar/answers/132280/حديث-النفخة-في-اليوم-الخامس-عشر-من-رمضان-اذا-صادف-يوم-جمعة


Malam Kamis, 6 Mei 2020, 14 Ramadhan 1441 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/24283-cek-fakta-suara-keras-akan-muncul-15-ramadhan-pada-malam-jumat.html