Kalau Meminta, Jangan Memaksa

Andaikan seseorang dalam keadaan darurat terpaksa meminta kepada orang lain, maka hendaknya ia tidak boleh memaksa untuk dikabulkan permintaannya. Dari Abu Sufyan Sakhr bin Harb radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تُلْحِفُوا فِي الْمَسْأَلَةِ، فَوَاللهِ، لَا يَسْأَلُنِي أَحَدٌ مِنْكُمْ شَيْئًا، فَتُخْرِجَ لَهُ مَسْأَلَتُهُ مِنِّي شَيْئًا، وَأَنَا لَهُ كَارِهٌ، فَيُبَارَكَ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتُهُ

“Jangan kalian memaksa jika meminta. Demi Allah, jika seseorang meminta kepadaku sesuatu, kemudian aku mengabulkan permintaannya tersebut dengan perasaan tidak senang, maka tidak ada keberkahan pada dirinya dan apa yang ia minta itu.” (HR. Muslim no. 1038).

Kita telah ketahui bahwa hukum asalnya, dilarang meminta-minta kepada orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ

“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api. Terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya.” (HR. Muslim no. 1041)

Namun, ada beberapa jenis orang yang diperbolehkan meminta-minta kepada orang lain. Di antaranya adalah orang yang fakir dalam keadaan sangat mendesak atau meminta kepada penguasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنْ الْمَسْأَلَةَ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا أَوْ فِي أَمْرٍ لَا بُدَّ مِنْهُ

“Sesungguhnya, meminta-minta itu adalah topeng yang dikenakan seseorang pada dirinya sendiri, kecuali bila seseorang meminta kepada penguasa atau karena keadaan yang sangat mendesak.” (HR. At-Tirmidzi no. 681, ia berkata, “hasan sahih”)

Andaikan seseorang termasuk orang yang boleh minta-minta, maka ia pun tidak boleh meminta-minta dengan memaksa, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Sufyan di atas. Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan,

الإلحاف: التَّكرار والإلحاح

Al-ilhaf artinya mengulang-ulang dan memaksa.” (Syarah Riyadhis Shalihin, rekaman no. 184)

Maka, tidak boleh meminta dengan cara memaksa dan juga tidak meminta secara berulang dan terus-menerus. Karena ini jelas merupakan gangguan kepada orang orang yang dimintai. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

الْمُسْلِمُ مَن سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِن لِسانِهِ ويَدِهِ

“Seorang muslim yang sejati adalah yang kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisannya dan tangannya.” (HR. Bukhari no. 6484 dan Muslim no. 41)

Hadis Abu Sufyan di atas juga menunjukkan bahwa orang yang meminta dengan cara memaksa, ia tidak akan mendapatkan keberkahan dari apa yang dimintanya tersebut walaupun diberikan atau dikabulkan. Sehingga, ia hanya akan mendapatkan sedikit kebaikan saja dari apa yang ia minta tersebut.

Hadis ini juga menunjukkan bahwa meminta-minta itu hanya dalam kondisi darurat saja, tidak boleh sering-sering. Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan,

فهذا يدل على أنه ينبغي للمؤمن الحذر من سؤال الناس إلا عند الضَّرورة، فالسؤال فيه شرٌّ عظيمٌ

“Hadis ini juga dalil bahwa hendaknya seorang mukmin menjauhkan diri dari meminta-minta kepada orang lain, kecuali darurat. Dan minta-minta itu keburukannya sangat besar.” (Syarah Riyadhis Shalihin, rekaman no. 184)

Orang yang meminta-minta tanpa kondisi darurat dan dengan cara yang memaksa, maka ini merupakan kesalahan di atas kesalahan.

Wallahu a’lam. Semoga yang sedikit ini bermanfaat.

***

Penulis: Yulian Purnama

Sumber: https://muslim.or.id/72025-kalau-meminta-jangan-memaksa.html

Mintalah, Aku Akan Memberimu

Auudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim. Bismillaahir rahmaanir rahiim

Wash-shalaatu was-salaamu alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa alaa aalihi wa Shahbihi ajmaiin. “Subhanaka, la ilma lana illa ma alamtana, innaka Antal Alimul Hakim” [QS 2:32] Allahu akbar Ya Alimu, ya Hakim, alimna ma yanfauna wa zidna ilman!

(Dan para malaikat berkata) “Mahasuci Engkau, kami tidak mengetahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau Mahatahu dan Maha Bijaksana” Allahu akbarwahai Yang Mahatahu, wahai Yang Maha Bijaksana, ajarilah kami sesuatu yang bermanfaat bagi kami dan tingkatkanlah pengetahuan kami selalu!)

Ini adalah tarekat Naqsybandi yang mulia dan pilar utamanya adalah Sohbet, asosiasi bersama Syekh. Kita meminta, mereka memberi. Jika kita tidak meminta, mereka tidak akan memberi Allah SWT berfirman, “Mintalah, Aku akan memberimu.” Pertama, kalian harus mengetahui dulu apa yang kalian minta.

Ada seorang yang Allah SWT kirim kepada seorang Sultan yang besar, Sultan yang agung. Orang itu datang dengan membawa sesuatu sehingga membuat Sultan senang dan berkata, “Aku senang kepadamu. Mintalah sesuatu, apa yang kamu minta akan kuberi. Aku akan memberinya segera.” Kemudian orang itu mulai berpikir, kira-kira apa yang bisa kuminta? Keledaiku sangat lapar dan Aku tidak mempunyai jerami “Oh Sultan, berikanlah Aku jerami yang banyak.” Allah, Allah, pintarnya Apakah kalian mengerti betapa bodohnya orang itu? Sultan menjadi heran, apakah orang ini gila atau tidak punya akal? “Berikan apa yang dia minta. Berikan dia 10 karung jerami, lalu biarkan dia pergi.”

Allah SWT selalu mengawasi kalian ketika kalian meminta sesuatu kepada-Nya, dan sebagian besar meminta hal-hal yang tidak berarti. Banyak orang yang datang kepada saya dan berkata, “Besok Aku akan menempuh ujian, doakan Aku agar berhasil,” atau “Aku akan lulus, doakanlah untuk kelulusanku.” Setiap hari banyak sekali yang datang kepada saya dan berkata, “Wahai Syekh, berdoalah untuk tokoku sebab toko itu sepi pengunjung.” Yang lain meminta, “Carikan pekerjaan yang baik untukku, Aku tidak punya pekerjaan.” Atau “Wahai Syekh, mintakan kepada Allah SWT agar Aku diberi uang lebih banyak.” Setiap hari seorang saudara mendatangi saya, “Syekh, doakan Aku agar berkaki 4,” maksudnya dia akan menikah meminta kepada saya sejak pagi hari sampai waktunya tidur.

Begitu banyak orang datang dan meminta saya berdoa untuk ini, itu semuanya omong kosong. Tidak ada yang datang dan berkata, “Wahai Syekh, doakan agar Aku menjadi hamba yang diterima di Sisi-Nya.”

“Hallo Syekh, berdoalah untukku, karena sebentar lagi ada pemilihan. Aku akan mencalonkan namaku juga, doakan agar hati orang-orang tergerak untuk memberikan suaranya mendukungku, wahai Syekh.” Tidak ada orang yang datang dan berkata, “Wahai Syekh berdoalah agar Aku menjadi dekat dengan hamba Allah SWT yang tercinta, Sayyidina Muhammad SAW, agar Aku menjadi tetangganya di Surga.” Tidak ada yang datang dan berkata, “Wahai Guruku, doakanlah agar Aku dekat dengan Allah SWT.”

Oleh sebab itu, kalian harus meminta. Tetapi kalian harus mengetahui apa yang kalian minta, dan dari siapa kalian meminta. Jika kalian akan pergi ke desa, kalian bisa meminta jerami di sana, tetapi bila kalian mengunjungi istana Sultan, tidak pantas meminta jerami. Jika kalian mau menggunakan akal kalian, ia dapat menunjukkan mana yang benar. Jika kalian meminta dalam hati, hati kalian mungkin akan menyalahkan kalian dan mengatakan, “Aku malu di hadapan Tuhan Pemilik Surga, kau meminta sesuatu yang tidak bernilai bagi-Nya.

Kalian harus tahu tentang kehidupan di planet ini, dan kalian juga harus mengetahui kehidupan akhirat nanti yang abadi. Dia senang bila hamba-Nya minta keabadian sebuah kata yang manisabadi. Bahkan dalam bahasa kalian pun (eternity), Saya menyukainya Sermedi, keabadian yang kekal mintalah keabadian itu kepada Allah SWT. Nikmat yang tidak terhingga berasal dari-Nya. Mengapa kalian tidak meminta? Kalian hanya meminta sesuatu yang nilainya tak lebih dari sekedar jerami, bahkan jauh daripada itu.

Oleh sebab itu, kadang-kadang saya merasa malu membaca al-Fatiha hanya demi permintaan dan harapan seseorang, dan saya berkata, “Wahai Tuhanku, aku membaca al-Fatiha atas nama orang ini, dan atas semua permintaan yang diajukan oleh setiap orang dari umat Kekasih-Mu melalui Fatiha ini. Kabulkanlah permintaan mereka.” Saya tidak suka berhenti dan membaca satu al-Fatiha untuk satu orang saja, tidak. Itu bagaikan orang yang ingin berburu; ia membawa senapan dan ketika menemukan seekor lalat ia berkata, “Aku harus menembaknya!” “Apa yang kau tembak?” “seekor lalat” Memalukan sekali menembak seekor lalat, lalu mencoba menemukannya. Lalat itu mungkin sudah terbang menghilang atau tertembak dan hancur

Kalian membuat hidup yang sementara ini sebagai target, kalian minta agar bisa meraih sesuatu dan menembak tanpa mencapai target itu. Sementara kalian semakin tua, sebelum kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan dari Allah SWT; baik itu menaranya Namrud, seratus rumah, toko, bisnis, atau perusahaan Akhirnya di akhir hayat kalian, apa yang kalian tembak akan lenyap, lalu kalian berlari untuk mencari apa yang kalian tembak itu mencari-cari tetapi kalian tidak menemukan apa-apa “Oh, tembakanku terlalu dahsyat sehingga targetnya hancur tidak ada tanda-tanda keberadaannya!”

Oleh sebab itu penting sekali agar setiap orang meminta sesuatu yang berharga dari Allah SWT, karena Dia akan memberikannya kepada kalian. Kalian harus membuat-Nya senang, dan bila Dia senang kepada kalian, Dia akan berkata, “Wahai hamba-Ku, segalanya untukmu.”

Mengapa kalian tidak mencoba untuk membuat Allah SWT senang kepada kalian? Cobalah untuk membuat-Nya senang, Dia akan membuat kalian bahagia. Dalam segala hal, kalian harus merasa senang. Wa min Allah at tawfiq [Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS/muhibbunnaqsybandi]