Rasulullah SAW Ungkap Beda Mukmin dan Munafik Depan Alquran

Alquran menjadi sebaik-baik petunjuk bagi manusia untuk menemukan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Membaca, mempelajari, menghafal dan mengamalkan isi kandungan Alquran akan mengantarkan pada kemuliaan. 

Rasulullah SAW memberikan beberapa perumpamaan bagi orang yang membaca dan tidak membaca Alquran. Ini dapat ditemukan dalam Shahih al-Bukhari nomor 7.005 atau nomor 7560 dalam Fath al-Bari. Retikan redaksi haditsnya:  

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran seperti utrujah, rasanya enak dan baunya wangi, dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran seperti kurma, rasanya enak namun tidak berbau, dan perumpaman orang durhaka (munafik) yang membaca Alquran seperti buah raihana, baunya wangi namun rasanya pahit, dan perumpamaan orang durhaka (munafik) yang tidak membaca Alquran seperti hanzhalah, rasanya pahit dan tidak berbau,” Hadits serupa juga bisa ditemukan di Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dan Tirmidzi. 

Rasulullah menjelaskan perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran seperti buah utrujah yang memiliki rasa enak dan baunya wangi. Utrujah sendiri merupakan buah yang masuk pada marga dari jeruk. Buah ini sangat harum dan enak bahkan dijadikan sebagai bahan untuk membuat parfum. 

Orang mukmin yang membaca Alquran bukan saja membuatnya mulia, terhormat, melainkan juga memancarkan kemuliaannya sehingga memberi manfaat bagi orang-orang lainnya. Dalam at- Tibyan, Imam Nawawi menjelaskan bahwa dengan membaca Alquran bisa melembutkan hati sehingga membuat yang membacanya mencium harumnya iman.   

Orang mukmin yang tidak membaca Alquran seperti kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Kurma merupakan buah yang rasanya manis dan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan kendati buah ini tak memunculkan harum. Beberapa ulama berpendapat kategori ini merupakan orang yang beriman dan menjalankan ibadah namun hari-hari jarang dihiasi dengan membaca Alquran.  

Sedang perumpaman orang durhaka (munafik) yang membaca Alquran seperti buah raihana, baunya wangi namun rasanya pahit. Buah raihana memiliki wangi sehingga kerap diguanakan untuk wewangian. Namun buah ini memiliki rasa yang pahit bahkan disebutkan mengandung racun. 

Imam Nawawi menjelaskan kategori ini merupakan orang yang membaca Alquran tapi tak mengamalkannya. Orang seperti ini kerap menampakkan diri dihadapan orang lainnya seperti orang suci namun pada praktiknya kerap lalai dari ketaatan kepada Allah.   

Sedangkan perumpamaan orang durhaka (munafik) yang tidak membaca Alquran seperti hanzhalah. Beberapa ulama menyatakan hanzalah adalah rumput yang pahit dan bau.  Maka kategori ini merupakan orang-orang yang tidak bisa merasakan manisnya iman. Orang seperti ini tidak memberi manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain.

KHAZANAH REPUBLIKA

Delapan Karunia Allah di Hati Seorang Mukmin

ALLAH memberikan delapan karunia ke hati seorang mukmin. Apa saja karunia itu?

1. Kehidupan

“Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami Hidupkan dan Kami Beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?” (Al-Anam 122)

2. Kesembuhan

“Serta melegakan (menyembuhkan) hati orang-orang yang beriman.” (At-Taubah 14)

3. Hidayah

“Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (At-Taghabun 11)

4. Keimanan

“Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan.” (Al-Mujadalah 22)

5. Ketenangan

“Dia-lah yang telah Menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin.” (Al-Fath 4)

6. Cinta Keimanan

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat 7)

7. Kesatuan Hati

“Dan Dia (Allah) yang Mempersatukan hati mereka (orang yang beriman).”(Al-Anfal 63)

8. Ketenteraman

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Rad 28). [IslamIndonesia]

Mukmin Paling Utama

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji, dan yang ucapannya kotor.” (HR Al-Bukhari).

Setiap Mukmin dituntut untuk selalu menjaga dan mengendalikan segala perilaku, tingkah laku, tindak-tanduk, sikap, dan ucapan dari hal-hal yang tidak baik. Termasuk menjaga ucapan dari hal yang tidak baik adalah tidak menyakiti, menipu, mencela, menghina, mencela, mengumpat, memfitnah, memecah-belah, berkata-kata keji, mengutuk, dan mengucapkan kata-kata kotor kepada orang lain, seperti diisyaratkan pada hadis di atas.

Di era internet dengan berbagai media sosial yang ada di dalamnya, seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau yang lainnya, banyak sekali kita dapati ucapan yang tidak baik betebaran. Ucapan-ucapan yang sama sekali jauh dari akhlak dan sikap seorang Mukmin sejati.

Media-media sosial yang mestinya dimanfaatkan untuk menebarkan kebaikan, seperti saling menasihati dalam kebaikan, malah menjadi ajang menebarkan keburukan melalui ucapan-ucapan tidak baik. Bahkan, ironisnya, acapkali apa yang terjadi di dunia maya berlanjut ke dunia nyata. Ada orang yang saling mencela di media sosial, kemudian berlanjut menjadi perkelahian di dunia nyata.

Gara-gara menyebarkan informasi yang tidak benar, terjadi perpecahan atau perdebatan yang tidak ada manfaatnya dan tidak produktif bagi kemajuan umat. Umat kemudian malah asyik dalam perdebatan yang kadang tidak argumentatif, lebih mengedepankan emosi, hingga melupakan hal-hal penting yang seharusnya lebih baik dilakukan.

Rasulullah pada hadis di atas sudah mengingatkan orang Mukmin untuk menjaga ucapan, di mana pun mereka berada, atau dalam situasi apa pun. Dengan kata lain, orang Mukmin harus menjaga etika dalam ucapan. Apa yang diucapkan sesungguhnya merupakan cerminan dari isi hati. Hati yang bersih akan selalu melahirkan ucapan yang bersih juga. Sebaliknya, hati yang keruh dan kotor akan melahirkan ucapan yang keruh dan kotor pula.

Dalam hadis dikatakan bahwa orang Muslim atau Mukmin paling utama adalah yang tidak mengganggu saudaranya, terutama sesama Muslim, lewat lisan dan perilakunya. Abu Musa Al-Asy’ari pernah bertanya kepada Rasulullah tentang orang Muslim yang paling utama, “Ya Rasulullah, kaum Muslimin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yaitu yang mereka yang tidak mengganggu orang Muslim lainnya, baik melalui lisan maupun tangannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Ucapan yang baik akan menghasilkan hal-hal yang baik, sebaliknya ucapan yang buruk akan menghasilkan hal-hal yang buruk pula, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Dalam hadis dikatakan, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seseorang itu berkata dengan suatu perkataan yang diridai oleh Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya. Dan sesungguhnya seorang itu berkata dengan suatu perkataan yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya.” (HR Malik dan At-Tirmidzi).

Mukmin sejati akan selalu menjaga ucapan dari kata-kata buruk dan kotor. Begitulah karakter sejatinya yang akan mengantarkannya menjadi manusia utama di sisi Allah. Dia kelak akan mendapatkan keridaan-Nya di akhirat karena ucapan-ucapan baiknya. Wallahu a’lam.

 

Oleh: Nur Farida

Republika Online