Wasiat Luqman (Bag. 6) : Tiga Nasihat Penting

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag.5) : Setiap Amal Ada Balasannya di Akhirat

QS. Luqman Ayat 17

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan tiga nasihat penting yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya  :

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“ Hai anakku,  dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“ (Luqman : 17)

Tiga nasihat penting dalam ayat ini yaitu tentang mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan bersabar terhadap ujian yang menimpa seorang hamba.

Nasihat 1: Mendirikan Shalat 

Perintah pertama dalam ayat ini adalah mendirikan shalat :

(أَقِمِ الصَّلَاةَ)

Dirikanlah  shalat!”. 

Maksudnya adalah seorang hamba harus mengerjakan ibadah shalat dengan benar-benar memperhatikan secara sempurna berbagai rukun, syarat, wajib, dan hal-hal penyempurna shalat. Hal ini mencakup baik dalam melaksanakan shalat wajib maupun shalat sunnah.  

Shalat merupakan tiang agama dan memiliki kedudukan yang agung dalam Islam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ

“ Islam dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan.” (HR Bukhari Muslim)

Shalat adalah amal yang akan dihisab pertama kali di akhirat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ

” Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.” (HR Tirmidzi, hasan)

Shalat adalah amal penghapus dosa-dosa :

 الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا 

“ Shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Shalat adalah Syariat Para Nabi Terdahulu

Shalat juga merupakan syariat para nabi dan rasul dari dahulu, di antaranya :

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdoa kepada Allah :

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء

“ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku  “ (Ibrahim : 40)

Allah juga memerintahkan kepada Musa ‘alaihis salam :

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “ (Thaha:14)

Nabi ‘Isa ‘alaihis salam berkata :

وَجَعَلَنِي مُبَارَكاً أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّاً

“ dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. “ (Maryam :31)

Keutamaan shalat tidak terhitung jumlahnya. Terdapat pula banyak ayat dan hadits yang memerintahkannya. Wasiat tentang shalat sangatlah banyak dan beragam. Begitu pula berbagai ancaman bagi yang meninggalkannya. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk memperhatikan anaknya tentang masalah shalat ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Luqman dan Allah abadikan dalam Al Qur’an agar bisa diambil pelajaran bagi umat manusia.

Nasihat 2: Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Perintah kedua dalam ayat ini adalah :

(وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ )

“ dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar ”

Yang dimaksud perkara ma’ruf adalah segala sesuatu yang diperintahkan oleh syariat, baik itu berkaitan hak Allah ataupun hak hamba. Sedangkan yang dimaksud perkara yang mungkar adalah segala sesuatu yang diingkari dan dilarang oleh syariat baik yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak hamba.

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah tidak lain adalah untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Rasul diutus untuk memerintahkan tauhid dan melarang dari syirik. Tidak diragukan lagi bahwa perkara ma’ruf yang paling agung adalah tauhid, dan kemungkaran yang paling jelek adalah kesyirikan kepada Allah. 

Allah Ta’ala berfirman : 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” “ ( An Nahl : 36)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku“ (Al Anbiya’:25)

Nasihat 3: Bersabar

Perintah selanjutnya adalah : 

(وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ) 

dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.”

Penyebutan perintah sabar setelah perintah amar ma’ruf nahi mungkar sangatlah tepat dan sesuai, karena umumnya orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar mendapatkan bahaya atau hal-hal yang tidak disukai. Boleh jadi mendapat celaan, ancaman, kekerasan fisik, dan perkara lain yang tidak disukai. Oleh karena itu diperlukan kesabaran dalam menghadapinya. 

Yang semisal dengan makna ayat ini adalah firman Allah dalam surat Al ‘Ashr : 

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( Al ‘Ashr: 1-3).

Menasehati untuk melaksanakan kebenaran seringkali diiringi dengan berbagai ujian dan cobaan sehingga perlu adanya nasehat tentang kesabaran dalam menghadapainya. 

Tiga nasihat di atas adalah tiga nasihat yang sangat penting. Oleh karena itu di akhir ayat Allah menekankan hal ini dengan menyebutkan :

إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“ Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“

Semoga kita dimudahkan untuk bisa mengambil pelajaran dari nasehat Luqman dalam ayat di atas dan kemudian mengamalkannya. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhmmad.

Penulis : Adika Mianoki

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/54945-wasiat-luqman-bag-6-tiga-nasihat-penting.html

Pelajaran Berharga dari Nasihat Luqman

Suatu ketika Luqman menunggangi keledai memasuki pasar. Sementara anaknya berjalan mengikuti dari belakang. Orang-orang di pasar memperhatikan mereka. Ada yang mengecam Luqman, karena membiarkan anaknya berjalan kaki. Mendengar omongan itu, Luqman turun dan menaikkan anaknya ke atas keledai.

Ternyata masih ada orang yang tidak suka melihat hal tersebut. Mereka berkata, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak itu.”

Luqman kemudian ikut menunggangi keledai bersama anaknya. Masih ada juga orang-orang yang menggunjingkannya. Mereka mengasihani keledai karena harus menahan beban yang berat. Luqman mendengar omongan itu. Kali ini si bijak dan anaknya turun dan berjalan kaki. Apakah orang-orang sudah berhenti menggunjingkan mereka? belum. Ternyata masih ada saja yang membicarakan hal tak berguna.

Luqman kemudian menasihati anaknya agar tidak selamanya mendengar omongan orang, karena belum tentu benar. Dia menasihati agar selalu meminta pertimbangan Allah, karena Sang Pencipta adalah Mahapemberi hidayah.

Luqmanul Hakim diabadikan Allah menjadi nama sebuah surah. Siapa pun dapat membaca ayat-ayat Ilahi tentang Luqman di dalam surah tersebut. Isinya adalah kisah dan nasihat kebaikan yang sarat inspirasi.

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wan Nihayahmenjelaskan asal-usul Luqman dari berbagai pendapat. Nama lengkapnya adalah Luqman bin Anqa’ (Unaqa’) bin Sadun. Dalam riwayat lain, namanya Luqman bin Tsaran. Keterangan ini diriwayatkan oleh As-Suhaili dari Ibnu Jarir dan al-Qutaibi.

As-Suhaili berkata, “Dia seorang warga Nubi, penduduk Ailah. Menurutku, dia orang yang saleh, ahli ibadah, ungkapan-ungkapannya indah, bagus, baik, dan mengandung hikmah.”

Ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang hakim di masa Nabi Dawud. Sufyan Ats-Tsauri menjelaskan informasi dari al-Asy’ats, Ikrimah, dan Ibnu Abbas. Luqman adalah hamba sahaya, dari Habsyah (Ethiopia, Afrika Utara) dan seorang tukang kayu. Yahya bin Sa’id al-Anshari berkata dari Sa’id bin Al-Musayyab. “Luqman berasal dari Sudan Mesir, berbibir tebal, dan Allah memberinya hikmah.”

Suatu ketika Said bin al-Musayab menasihati temannya agar tidak bersedih hanya karena berkulit hitam. Sebab, ada tiga orang terpilih di dalam Islam yang berpenampilan seperti itu. mereka adalah Bilal, Mihja’ pelayan Umar, dan Luqmanul Hakim. Yang terakhir bercirikan kulit hitam dan berbibir tebal. Amr bin Qais menambahkan ciri-ciri Luqman lainnya, yaitu bertelapak kaki panjang dan lebar.

Yang menarik dari Luqman adalah perangainya yang penuh kebaikan. Kisah kehidupannya sebagaimana termaktub dalam Alquran menjadi pelajaran bagi masyarakat dari berbagai zaman. Dia adalah teladan karena menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Menjauhi syirik
Salah satu wejangannya yang paling terkenal adalah tentang menghindari syirik. Ya bunayya la tusyrik billah innas syirka lazhulmun azhim. Artinya: wahai anakku janganlah menyekutukan Allah, karena perbuatan itu adalah dosa besar.

Suatu ketika Luqman berkhutbah. Jamaah dari berbagai kalangan duduk mendengarkan ceramahnya. Tiba-tiba seorang pria mendatangai Luqman dan terheran-heran, bagaimana bisa Luqmanberdiri di atas mimbar penuh kharisma dan mampu menasihati banyak orang, bukankah dia sehari-hari bekerja sebagai penggembala domba?

Pria itu kemudian bertanya, bagaimana caranya bisa berkhutbah penuh hikmah? Luqman menjawab, katakan apa yang benar atau diam ketika tidak mengetahui permasalahan. Sikap seperti itu adalah perangai yang baik.

Lisan harus dijaga agar tidak berkata-kata kotor. Mulut harus dijaga dari makanan haram yang menjauhkan seorang hamba dari Allah dan juga menjaga kesucian. Jangan lupa memenuhi janji, karena janji adalah utang. Cara melunasinya adalah dengan memenuhinya.

Sikap amanah sebagaimana dicontohkan nabi harus dilaksanakan. Mereka yang diberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas harus bisa dipercaya (amanah) dalam bekerja. Jangan sampai mereka mengkhianati wewenangnya.

Tetangga dan orang-orang sekitar harus dihormati dan dibantu, karena mereka adalah kerabat yang paling dekat. Kesulitan yang mereka alami harus diselesaikan bersama-sama. Sikap-sikap seperti itu berasal dari nasihat Luqman. Bukan hanya untuk anaknya, tapi juga semua orang yang mengetahui tentang Luqman. Allah sengaja menjelaskan nasihat Luqman agar menjadi pelajaran bagi siapa pun.

Sahabat Abu Darda mengisahkan tentang Luqman. Allah tidak memberinya kebijaksanaan kepada Luqman karena kekayaan, anak-anak, garis keturunan, atau kebiasaan. Tetapi karena ilmu, mampu menahan diri, pendiam, berpikir panjang, dan tidak pernah tidur di siang hari.

Selain itu tidak ada yang pernah melihat Luqman meludah sembarangan, berdehem, meremas lemon, buang air sembarangan, mandi, mengamati hal sepele atau tertawa terbahak-bahak. Dia dikenal pandai dan berpengalaman.

Luqman tidak menangis dan bersedih ketika semua anaknya meninggal. Bahkan sering kali dia dipanggil oleh pangeran atau pejabat untuk menengahi dan membantu mereka berpikir atau sekedar memberikan nasihat.

 

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

REPUBLIKA