Munafik dalam Tubuh Umat Islam, Ibarat Setan yang Tampak

Rasulullah SAW menyebut munafik Nabtal bin Al Harits ibarat setan tampak

Keberadaan orang munafik dalam tubuh umat Islam diidentikkan dengan setan yang terlihat atau tampak. 

Hal ini disampaikan Syekh Ibnu Hasan Bisry At Turjani dalam bukunya yang telah dialihbahasakan dengan judul “Hamba-hamba yang Selamat Dari Tipu Daya Musuhnya”. 

Setan terlihat ini dinisbatkan kepada Nabtal bin Al Harits seorang munafik yang telah menyakiti hati Rasulullah SAW.

Dia adalah orang munafik dari Bani Laudzan,” kata Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani dalam bukunya Hamba-hamba yang Selamat Dari Tipu Daya Musuhnya”. Dia Nabtal inilah yang oleh Rasulullah dikatakan: 

“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إلَى الشَّيْطَانِ، فَلْيَنْظُرْ إلَى نَبْتَلَ بْنِ الْحَارِثِ“ “Barangsiapa ingin melihat setan, lihatlah Nabtal bin Harits.”

Nabtal memang pernah berdialog dengan Rasulullah SAW, dan setelah dia kembali kepada orang-orang munafik dan Yahudi, lantas berkata Nabtal, “Muhammad itu adalah seorang yang udzun, barangsiapa yang mengajaknya berbicara maka ia akan membenarkanya.” 

Atas apa yang disampaikan Nabtal itulah akhirnya Allah SWT membantahnya melalui firman surat At Taubah ayat 61:

وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ ۚ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ ۚ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 

“Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.”

Begitulah kemunafikan Nabtal terhadap Nabi SAW, dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang udzun yang mendengarkan dan membenarkan apa saja yang dia katakan, baik benar maupun salah. Akan tapi Allah menyuruh Nabi menjawab dengan mengatakan kepada manusia. Mendengar tapi mendengarkan yang baik dan mempercayai karena Allah, mempercayai orang-orang beriman akan kebaikannya. 

Bukankah Muhammad itu diutus sebagai rahmat dan petunjuk bagi orang-orang mukmin. Dan tentu celakalah orang-orang mengatakan bahwa Rasulullah SAW itu udzun  dan pastilah mereka akan mendapat azab yang pedih. “Itu semua sebagai balasan atas perbuatan dan ucapan mereka,” kata Syekh Ibnu Hasan.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Saat Orang Munafik Memasukkan Tangannya ke Saku Baju Besi Rasulullah SAW

Menurut lbnu lshaq, salah satu perkara yang berhubungan dengan Bani Qainuqa adalah ketika Rasulullah SAW. mengumpulkan mereka di pasar Qainuqa’ dan bersabda, “Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah SWT., seperti petaka yang telah menimpa kaum Quraisy. Masuk kalian ke dalam Islam, karena sesungguhnva kalian telah mengetahui bahwa aku benar-benar seorang nabi yang diutus. Kalian mengetahui hal itu di dalam kitab sucl kami, dan di dalam janji Allah kepada kalian.” Mereka berkata, “Wahai Muhammad, apakah kau menganggap kami seperti kaummu? Janganlah tertipu hanya karena engkau menghadapi suatu kaum yang tidak memiliki pengetahuan tentang perang, sehingga engkau dapat mengambil kesempatan. Demi Allah, seandainya engkau memerangi kami, engkau pasti mengerti bahwa kami adalah ‘orangnya’ (yang pandai bertempur).

lbnu Hisyam meriwayatkan dari Abdullah ibn Ja’far ibn Miswar ibn Makhramah dari Abu ‘Uwanah berkata, “Seorang perempuan Arab datang membawa barang dagangan untuk dijual di pasar Qainuqa’. Di situ la menemui seorang pandai emas. Tiba-tiba, orang-orang di pasar Qainuqa’ menggoda perempuan itu, membuka cadar yang dikenakannya. Tentu saja perempuan itu membela diri dan menolak. Akhirnya, diitempuhlah cara-cara licik. Si pandai emas mengikat ujung kain perempuan itu. Ketika berdiri, kain yang la kenakan terlepas. Orang-orang Qainuqa’ ramai menertawakannya. Dan, perempuan Arab itu menjerit-jerit menahan malu.

Dalam pada itu, muncullah lelaki Muslim dan langsung menyerang si pandai emas hingga tewas. Karena ia orang Yahudi, maka orang-orang Yahudi yang ada di situ balik mengeroyok si Muslim sampai tewas. Setelah itu, berita pembunuhan tersebut tersebar luas. Umat Islam marah mendengarnya. Maka, meletuslah peperangan antara kaum muslimin dengan Bani Qainuqa’. Merekalah kaum Yahudi yang pertama melanggar perjanjian dengan Rasulullah SAW. Dalam riwayat yang dinukil Imam Al-Thabari dan Al-Waqiqi dinyatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada pertengahan bulan Syawal tahun kedua hijriah.” Rasulullah SAW. memerintahkan agar Bani Qainuqa’ dikepung. Beberapa hari kemudian, Bani Qainuqa’ tunduk di bawah aturan lslam.

Pada saat itu, tampillah Abdullah ibn Ubayy ibn Salul menghadap Rasulullah SAW. dan berkata, “Wahai Muhammad, hendaklah kau berlaku baik terhadap pengikut-pengikutku.”

Tetapi, Rasulullah SAW. tidak memedulikan Abdullah ibn Ubay. Tokoh munafik itu pun mengulangi lagi ucapannya. Lagi-lagi Rasulullah SAW. tidak memberikan tanggapan. Tiba-tiba Abdullah ibn Ubay memasukkan tangannya ke saku baju besi Rasulullah SAW. Beliau berseru, “Lepaskan!” Para sahabat melihat api kemarahan di wajah Sang Nabi.

Rasulullah SAW. berseru lagi. ”Lepaskan! Celaka engkau!” Akan tetapi, Abdullah ibn Ubay bersikeras, ”Demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu sebelum engkau bersikap baik terhadap pengikut-pengikutku. Empat ratus orang tanpa baju besi dan tiga ratus orang dengan baju besi telah merintangi aku dari merah dan hitam. Apakah engkau akan menghabisi mereka semua dalam satu hari?! Sungguh, demi Tuhan, aku khawatir akan timbul bencana.”

Rasulullah SAW. bersabda, “Mereka adalah milikmu. Perintahkan mereka keluar dari Madinah, dan jangan tinggal di dekat kota ini.“ Maka, orang-orang Bani Qainuqa’ pun kemudian keluar dari Madinah menuju Syam. Tidak sedikit dari mereka yang meregang nyawa di tempat yang baru.

Pada saat itu, Ubadah ibn Shamit ra. masih menjalin perjanjian damai dengan kaum Yahudi, seperti yang dilakukan Abdullah ibn Ubay. Mendengar pengusiran itu Ubadah segera menemui Rasulullah SAW dan berkata, “Sesungguhnya aku akan berwali kepada Allah, Rasulullah SAW, dan orang-orang mukmin. Dan aku berlepas tangan dari perjanjian yang diucapkan orang-orang kafir itu dan perwalian kepada mereka.”

Saat itu turun ayat yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS Al Maidah (5): 51-52).

Wallahu a’lam.

 

[@paramuda/BersamaDakwah]

Shalat yang Paling Berat Bagi Orang Munafik

Salah satu ibadah yang paling utama di sisi Allah adalah shalat fardhu berjamaah di masjid. Bahkan, Rasulullah menegaskan, shalat fardhu berjamaah di masjid itu menjadi pembeda antara orang mukmin dan orang munafik.

“Shalat fardhu berjamaah yang paling berat dilaksanakan oleh orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Muhammad Arifin Ilham dalam pesan instan yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/7).

Padahal shalat Isya dan Shubuh berjamaah itu hikmanya luar biasa. Arifin mengutip hadits Rasulullah SAW,  “Barangsiapa yang shalat Isya`berjamaah,  maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR Muslim nomor 656).

Dalam haditsnya yang lain, Rasululah juga menegaskan, “Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR Bukhari nomor 657 dan Muslim nomor  651).

Arifin mengajak kaum Muslimin untuk selalu mohon doa kepada Allah, agar menjadi hamba-hamba Allah yang mencintai shalat fardhu berjamaah. “Allhumma ya Allah,  tanamkan di hati kami keindahan iman dan kesenangan shalat berjamaah di Rumah-Mu di mulai waktu Shubuh,” tutur Ustaz Arifin Ilham.

 

REPUBLIKA

Ini Bahayanya Orang Munafik di Akhirat Kelak

INTI kemunafikan adalah menampakkan kebaikan di depan orang lain, namun menyembunyikan kejahatan dalam dirinya.

Ibnu Katsir mengatakan, “Kemunafikan adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. (Tafsir Ibn Katsir, 1/176).

Para ulama menyebutkan, bentuk dan tingkatan kemunafikan beraneka ragam, tergantung dari apa yang disembunyikan. Jika yang disembunyikan adalah kekufuran, apapun bentuknya, menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Sebaliknya, jika yang disembunyikan bukan perbuatan kekufuran, tidak penyebabkan pelakunya keluar dari Islam.

Kita simak beberapa keterangan ulama berikut, Syaikhul Islam mengatakan, “Kemunafikan ada yang bentuknya munafik besar, yaitu menyembunyikan kekufuran, dan ada munafik kecil, ketika berbeda antara isi hati dengan amal perbuatan dalam masalah kewajiban. Inilah yang banyak dijelaskan ulama. Dan mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Tanda munafik ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia khianat.” hadis ini ditafsirkan dengan munafiq kecil. (Majmu al-Fatawa, 11/140).

Al-Hafidz Ibn Katsir mengatakan, ” Dan kemunafikan bermacam-macam: [1] kemunafikan keyakinan, itulah kemunafikan yang menyebabkan pelakunya kekal di neraka, [2] kemunafikan amal, dan itu termasuk dosa besar. (Tafsir Ibn Katsir, 1/176).

Keterangan al-Hafidz Ibnu Rajab

Dalam kitab Jami al-Ulm wa al-Hikam, al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan, ” Yang dijelaskan para ulama yang diakui keilmuannya, bahwa kemunafikan secara bahasa bagian dari penipuan, makar, menampakkan kebaikan, dan menyembunyikan kebalikannya. Dan kemunafikan dalam syariat dibagi menjadi dua,

Pertama, munafik besar

Seseorang menampakkan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan hari akhir. Dan dia menyembunyikan kebalikan itu semua atau sebagiannya. Itulah kemunafikan yang ada di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan turun beberapa ayat Alquran yang mencela pelakunya dan mengkafirkan mereka, serta mengabarkan bahwa pelakunya berada di kerak neraka.

Kedua, kemunafikan kecil

Itulah nifak amal, yaitu seseorang menampakkan kebaikan di muka umum, namun bertentangan dengan apa yang ada di hatinya. Dan karakter munafik kecil disebutkan dalam beberapa hadis berikut

Kemudian al-Hafidz Ibn Rajab menyebutkan beberapa dalil bahwa orang yang melanggar salah satu sifat munafik, tidak dihukumi kafir. Di antaranya,

Hadis dari Abdullah bin Amir radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berkunjung ke rumahnya ketika dia masih kecil. Pada saat dia hendak pergi main, tiba-tiba ibunya memanggil,

“Abdullah sini, tak kasih.”

“Benar kamu mau memberinya sesuatu?” tanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

“Saya mau kasih dia kurma.” jawab wanita itu.

Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

” Andai tadi kamu tidak memberinya, maka dicatat untukmu satu dosa berbuat dusta. (Ahmad 15702, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menilai kafir, orang mukmin yang berdusta.

Munafik besar kekal di neraka

Di awal surat al-Baqarah, Allah menyebutkan tiga jenis manusia. Pertama, orang yang beriman, Allah sebutkan dalam lima ayat, kedua, orang kafir, Allah sebutkan dalam dua ayat, dan ketiga, orang munafik, Allah singgung dalam 13 ayat. Diantaranya Allah berfirman, ” Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. al-Baqarah: 8 9)

Diantara sifat mereka, ” Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka (gembong munafik), mereka mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.” (QS. al-Baqarah: 14).

Allah juga menyebutkan sifat mereka di ayat lain,”Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (QS. al-Munafiqun: 1 3).

Semua ayat di atas berbicara tentang munafik besar. Allah berikan ancaman, mereka akan dihukum di keraknya neraka. Allah berfirman,” Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. an-Nisa: 145). []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377972/ini-bahayanya-orang-munafik-di-akhirat-kelak#sthash.NINqTSIX.dpuf

Baca juga:

Inilah Sifat Seorang Munafik dalam Shalatnya

Ini Doa Berlindung dari Kekufuran dan Kemunafikan

 

Inilah Sifat Seorang Munafik dalam Shalatnya

Sebagaimana diketahui bahwa kaum munafik diancam oleh Allah dengan mendapat siksa di dalam Neraka Jahannam.

{} [: 68]

Artinya: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal.” QS. At Taubah: 68.

Salah satu penyebabnya adalah sikap mereka yang sangat buruk di dalam perihal shalat.Di bawah ini sifat buruk kaum munafik terhadap shalatnya:

1. Kaum munafik merasa berat dalam mengerjakan shalat.

.

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada shalat yang paling berat atas kaum munafik dari shalat Shubuh dan Isya.” HR. Bukhari dan Muslim.

2. Kaum munafik tidak menghadiri shalat berjamaah

: .

Artinya: “Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu berkata: “Sungguh aku telah melihat kami (yaitu para shahabat radhiyallahu anhum), tidak ada yang absen darinya (shalat berjamaah), kecuali seorang munafik yang dikenal kemunafikannya.” HR. Muslim.

— — . . .

Artinya: “Abu Umair bin Anas meriwayatkan dari pamannya yang mempunyai pershahabatan dengan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam, ia meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidak menghadiri kedua (shalat shubuh dan isya secara berjamaah)nya seoranvg munafik.” Maksudnya adalah shalat shubuh dan shalat Isya, berkata Abu Bisyr: maksudnya adalah tidak selalu menghadiri kedua shalat itu.

3. Kaum munafik mengakhirkan shalat ashar sehingga matahari mau terbenam

4. Kaum munfaik shalatnya terlalu cepat, tidak thumaninah seperti burung memakan makanannya

5. Kaum munafik tidak mengingat Allah di dalam shalatnya kecuali sedikit

— .

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Itu adalah shalatnya seorang munafik, ia duduk menunggu matahari, sehingga jika matahari tersebut terletak antar dua tanduk setan (mau terbenam), maka ia bangun (shalat) ia shalat dengan cepat sebanyak empat rakaat, tidak menyebut/mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” HR. Muslim.

6. Kaum munafik malas ketika mendirikan shalat

7. Kaum munafik riya di dalam shalatnya

{ } [: 142]

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” QS. An NIsa: 142

{} [: 54]

Artinya: “Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” [ ]

Sumber : dakwahsunnah / Inilah.com