Pesan Nabi Muhammad SAW tentang Masalah Hidup

Kesulitan justru berfungsi sebagai sarana untuk menebus dosa.

Dalam menjalani kehidupan, sebagian orang ada kalanya merasa jenuh. Jenuh karena tidak dihargai meski kita yakin telah menyelesaikan sesuatu dengan maksimal atau jenuh atas berbagai masalah yang dihadapi.

Namun, yakinlah bahwa segala jenuh, letih, gelisah, risau, cemas atau galau yang sedang dialami akan berbuah kebaikan di sisi Allah SWT. Karena dengan itulah berbagai dosa diampuni Allah SWT.

Dari Abu Said dan Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, sakit hati, dan kesusahan yang menimpa seorang muslim, sekalipun tusukan duri yang diterimanya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya dengan itu. (HR Bukhari dan Muslim)

Ingat pula bahwa dunia ini tidak lebih dari sebuah ujian di mana semua manusia pasti akan menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan. Dengan ini semua, akan tampak kesabaran dan keteguhan mereka.

Bentuk ujian di dunia banyak dan beragam. Ada orang yang menderita kemiskinan, ada yang menderita penyakit fisik, ada yang hidup dalam keadaan tidak aman, ada yang kehilangan orang yang mereka sayangi dan cintai, dan ada pula yang menderita gangguan kejiwaan.

Allah SWT berfirman, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah ayat 155-157)

Dalam surat lain, Allah SWT berfirman, “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS Al Mulk ayat 2)

Setiap insan tidak bisa menghindari masalah, dan Islam mengajarkan bagaimana sikap yang tepat dalam menghadapi masalah. Dalil-dalil di atas merupakan beberapa dimensi resep Islam untuk berhasil menghadapi tantangan hidup.

Untuk menyeimbangkan efek negatif yang ditimbulkan akibat penderitaan, Islam mengajarkan kita untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, masalah dan kesulitan justru berfungsi sebagai sarana untuk menebus dosa dan mengangkat derajat orang beriman di akhirat.

Seorang Muslim yang bersikap optimistis dan positif, akan terlindungi dari keputusasaan dan kesedihan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Betapa indahnya urusan orang beriman. Ada kebaikan baginya dalam segala hal dan ini hanya berlaku bagi orang beriman. Jika kemakmuran menyertainya, dia bersyukur kepada Allah dan itu baik baginya, dan jika kesulitan menimpanya, dia menanggungnya dengan sabar dan itu baik baginya. (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang Muslim, pria atau wanita, terus berada di bawah ujian dalam hal kehidupan, harta, dan keturunannya sampai dia menghadap Allah Yang Maha Tinggi, tanpa catatan dosa.” (At-Tirmidzi)

Hadits tersebut bukan mengajarkan untuk menyerah. Tidak sama sekali. Justru hadits itu adalah pesan Nabi Muhammad SAW kepada setiap Muslim agar selalu mengharapkan kesulitan dan bersiap menghadapinya.

Karena, ketika orang beriman menghadapi kesulitan dengan hati yang berani, maka mereka meyakini kebijaksanaan Allah dan percaya pada rahmat-Nya, dan mereka tahu bahwa cobaan yang dihadapinya itu bermanfaat.

ISLAMDIGEST

Pesan Muhammad SAW Terakhir yang Buat Abu Bakar Menangis

Abu Bakar paham bahwa nabi akan segera wafat.

“Perhatikanlah kata-kataku ini, saudara-saudara. Aku sudah menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan ditangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya – Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.,” pesan indah dari Rasullah Muhammad SAW ini dikutip dalam buku Sejarah Muhammad’ karya Muhammad Husaen Haeakal.

Tak  hanya itu, kemudian ada lanjutan mengenai pernyataan Nabi SAW tersebut, “Wahai Manusia sekalian!5 Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim adalah saudara buat Muslim yang lain, dan kaum Muslimin semua bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.

“Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?”

Sementara Nabi mengucapkan itu, Rabi’a mengulanginya kalimat demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya menanyai mereka, misalnya: Rasulullah bertanya “hari apakah ini? Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya lagi: “Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari ini yang suci, sampai datang masanya kamu sekalian bertemu Tuhan.

Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu ia berkata lagi:

“Ya, Allah sudah kusampaikan.” Maka dari segala penjuru orang kemudian  menjawab.

“Ya!” kata orang ramai menjawab.

Lalu, setelah selesai Nabi mengucapkan pidato ia turun dari al-Qashwa’ – untanya itu. Ia masih di tempat itu juga sampai pada waktu sembayang Zuhur dan Ashar. Nabi kemudian menaiki kembali untanya menuju Shakharat. Pada waktu itulah Nahi a.s. membacakan firman Tuhan ini kepada mereka:

“Hari inilah Kusempurnakan agamamu ini untuk kamu sekalian dengan Kucukupkan NikmatKu kepada kamu, dan yang Kusukai Islam inilah menjadi agama kamu.” (Qur’an, 5: 3)

                                             *****

Abu Bakr ketika mendengarkan ayat itu ia menangis, ia merasa, bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya Nabi hendak menghadap Tuhan.

Setelah meninggalkan Arafat malam itu Nabi bermalam di Muzdalifa. Pagi-pagi ia bangun dan turun ke Masy’ar’l-Haram. Kemudian ia pergi ke Mina dan dalam perjalanan itu ia melemparkan batu-batu kerikil. Bila sudah sampai di kemah ia menyembelih 63 ekor unta, setiap seekor unta untuk satu tahun umurnya, dan yang selebihnya dari jumlah seratus ekor unta kurban yang dibawa Nabi sewaktu keluar dari Madinah – disembelih oleh Ali. Kemudian Nabi mencukur rambut dan menyelesaikan ibadah hajinya.

Dengan selesainya ibadah haji ini, ada orang yang menamakannya ‘Ibadah haji perpisahan’ yang lain menyebutkan ‘ibadah haji penyampaian’ ada lagi yang mengatakan ‘ibadah haji Islam.’ 

Nama-nama itu memang benar semua. Disebut ‘ibadah haji perpisahan’ karena ini yang penghabisan kali Muhammad melihat Mekah dan Ka’bah.  Dengan ‘ibadah haji Islam,’ karena Tuhan telah menyempurnakan agama ini kepada umat manusia dan mencukupkan pula nikmatNya.

Sedangkan disebut, ‘Ibadah haji penyampaian’ berarti Nabi telah menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya. Tiada lain Muhammad hanya memberi peringatan dan pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman.

Tapi dibalik kegembiraan tersebut, Abu Bakar malah menangis. Dia paham bahwa itu firasat dari Rasullah Muhammad SAW akan segera berpisah atau wafat. Abu Bakar tahu dan dia hanya menangis. 

Dan kelak ketika Rasullah benar-benar meninggal di Madinah, di depan jenazahnya dia menyeru kepada kaum Muslim di sana. Dia berpidato dengan penuh haru tapi bernas: “Saudara-saudara, barang siapa mau menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa mau menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak pernah mati!”

KHAZANAH REPUBLIKA


Tundukan Akalmu Pada Tuntunan Rasulullah

Mungkin seringkali sebagian dari kita menghadapi situasi “tidak tahu” apa maslahat dari sebuah tuntunan agama, atau bahkan yang kita tahu adalah kerugian besar bagi manusia bila tuntunan itu diterapkan.Jika hal ini menimpa Anda dan tuntunan itu benar-benar ada dasar dan dalilnya, maka katakanlah pada diri Anda: “Pasti ada kebaikan di dalamnya yang akalku belum dapat memahaminya”. Yakinkan diri Anda, bahwa: “dibalik kerugian yang tampak, pasti ada maslahat yg jauh lebih besar darinya”.

Kita bisa mencontohkan hal ini dalam syariat “taat dan tunduk pada pemerintah yang sah”. Mungkin banyak dari masyarakat sekarang ini, yang tidak sabar dengan kekurangan yang ada pada pemerintah saat ini, dan akhirnya mereka memandang baik “demonstrasi” untuk memperbaiki keadaan. Memang terlihat sangat logis, dan mungkin banyak dari kita tidak bisa menjawab mengapa cara “demo” dilarang oleh Islam?!

Tapi yang jelas, Nabi –shallallahu’alaihi wasallam– telah bersabda: “Akan ada setelahku para PEMIMPIN yg tidak menjalankan petunjukku, dan tidak menerapkan sunnahku, dan akan ada ditengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah HATI SETAN di dalam jasad manusia!

Hudzaifah bertanya: “Apa yang aku lakukan bila aku menemui hal itu?”.

Maka beliau menjawab: “Tetaplah mendengar dan menaati pemimpinmu, walaupun punggungmu dipukul dan uangmu dirampas, tetaplah untuk mendengar dan menaatinya“. (HR. Muslim, no: 1847).

Camkanlah perkataan beliau “Walaupun punggungmu dipukul dan uangmu dirampas, tetaplah untuk mendengar dan menaatinya“.

Mungkin akal sebagian dari kita tidak bisa melihat maslahat dari perintah ini, tapi jika Anda mengaku sebagai mukmin, yakni orang yg beriman bahwa beliau adalah utusan Allah, maka harusnya Anda menerima pesan beliau ini APA ADANYA. Bahwa pesan ini PASTI benarnya dan lebih besar maslahatnya.

Karena Allah adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan Dia tidak mungkin menyariatkan sesuatu yang mendatangkan kerugian lebih besar daripada maslahatnya! Begitu pula Nabi –shallallahu’alaihi wasallam– adalah rosul yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, khususnya bagi kaum muslimin, Beliau tidak mungkin ingin membinasakan umatnya!

Yakinlah, bahwa di balik pesan ini pasti ada maslahat yang sangat besar, dan kebaikan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Lakukanlah perbaikan yang sesuai dengan Islam, diantaranya: dengan mendoakan kebaikan untuk pemimpin kita, menasehati dan memberi masukan kepada mereka dengan cara yang bermartabat dan tidak merendahkan. Kemudian bersabarlah menjalani keadaan yang ada, hingga Allah mengubah keadaan ini.

Ingatlah Firman Allah ta’ala (yg artinya): “Itulah masa-masa (kejayaan dan kehancuran) yg Kami timpakan secara bergilir kepada manusia (agar mereka mendapat pelajaran)“. (QS. Alu Imran: 140).

Ingat pula perkataan Hasan bin Sholeh –rahimahullah-: “Sungguh bisa saja setan membukakan 99 pintu kebaikan untuk seorang hamba, dengannya dia menginginkan satu pintu keburukan untuknya” (Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, hal: 37).

Ya, bisa jadi setan hanya menginginkan satu pintu keburukan untuk seseorang, yang dengannya dia ingin menghanguskan 99 pintu kebaikan yang dia jadikan sebagai jebakannya. Semoga Allah melindungi kita semua dari godaan setan yang licik ini, amin.

Penulis: Ust. Musyafa Ad Darini, Lc., MA.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/25168-tundukan-akalmu-pada-tuntunan-rasulullah.html

Tiga Pesan Nabi untuk Menjadi Mukmin Hakiki

Oleh: Abdul Syukur

Suatu hari Rasulullah SAW pernah bersabda kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Abu Dzar, “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan jadi penggantinya, dan berinteraksilah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi).


Dalam pesan Nabi ini ada tiga hal yang bisa menjadikan seseorang menjadi mukmin yang hakiki. Pertama, bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Orang mukmin yang benar-benar beriman akan selalu merasakan kehadiran Allah dekat dengannya.

Tidak pernah ia merasa luput dari pantauan Allah. Tidak pernah pula ia merasa lupa bahwa semua yang dilakukan selalu diperhatikan dan dinilai oleh Allah SWT, baik dalam keadaan sepi sendirian maupun dalam keadaan ramai bersama teman-temannya. Baik di rumah, di jalan raya, di tempat kerja, maupun tempat-tempat lain yang menjadi tempat aktivitasnya.

Di rumah misalnya, ia akan melakukan tanggung jawabnya dengan baik sebagai salah satu anggota keluarga. Jika menjadi kepala rumah tangga, ia akan menjadi kepala rumah tangga yang baik, menjadi suami yang baik bagi istrinya, dan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Karena, ia merasa Allah memperhatikan semua yang ia lakukan terhadap anggota keluarganya.

Jika menjadi ibu rumah tangga, ia akan menjadi istri yang baik bagi suaminya dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Karena, ia merasakan kehadiran Allah yang memantau semua aktivitasnya. Begitu pula ketika ia sedang berada di tempat kerja akan bekerja dengan baik dan tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan orang lain karena ia merasa Allah selalu bersamanya.

Kedua, mengiringi keburukan dengan kebaikan. Artinya, setiap kali melakukan kejahatan atau maksiat, baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia, harus mengikutinya dengan perbuatan baik agar dosa dari kejahatan atau maksiat tersebut bisa terhapus.

Sebagai manusia biasa kita tidak akan pernah luput dari salah dan dosa. Hal ini sesuai dengan hadis lain yang menegaskan bahwa setiap manusia pasti pernah bersalah dan berdosa dan sebaik-baik orang yang bersalah atau berdosa adalah mereka yang bertobat. (HR Tirmidzi dan Abu Dawud).

Mengiringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik bisa berarti beristighfar kepada Allah SWT dan memberi sedekah untuk melebur dosa-dosa kecil yang pernah kita lakukan, jika dosa yang kita lakukan itu terkait dengan hak-hak Allah. Sedangkan, untuk menghapus dosa yang terkait dengan hak-hak Adami, sebelum meminta ampun kepada Allah terlebih dahulu kita harus meminta maaf kepada orang yang kita sakiti.

Ketiga, berinteraksi dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik. Maksudnya, kita memperlakukan orang-orang yang ada di sekitar kita dengan cara yang baik. Anak kita, istri kita, sanak saudara kita, keluarga kita, tetangga kita, teman kita, saudara seagama, saudara sesama manusia, saudara sesama makhluk Allah yang lain juga harus kita perlakukan dengan cara yang baik.

Jika kita bisa menerapkan ketiga pesan Nabi ini, insya Allah kita bisa menjadi manusia yang tanpa dosa. Semoga!

 

 

sumber: Republika Online