SYIAH Bergembira Digantinya KH Ali Mustafa Yaqub Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal

KH Ali Mustafa Yaqub kini sudah dicopot sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. Jum’at, 22 Januari 2016, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sudah mengukuhkan Prof Dr Nasaruddin Umar (Tokoh Islam Liberal) sebagai imam besar Masjid Istiqlal Jakarta menggantikan KH Ali Mustafa Yaqub.

SYIAH bergembira atas digantinya KH Ali Mustafa Yaqub sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal. Hal itu dinyatakan lewat akun IJABI Pusat @ijabipp.

Memang selama ini, KH Ali Mustafa Yaqub dikenal sebagai tokoh Umat yang sangat lugas dan tegas dalam membela Islam dan Umat Islam. Beliau juga tak segan mengingatkan bahaya Syiah bagi Umat dan NKRI.

Pada November 2014, masjid Istiqlal pernah ‘kecolongan’ dimana ada ulama Syiah dari Iran yang memberikan ceramah di Masjid Istiqlal. Kejadian yang sangat disesalkan KH Ali Mustafa Yaqub.

Berikut selengkapnya:

KH Ali Musthofa Ya’qub: Ceramah Ulama Syi’ah Di Istiqlal Bisa Bahayakan Umat dan NKRI

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Dr. Ali Musthofa Ya’qub mengatakan ceramah ulama Syiah di Masjid Istiqlal yang kini melahirkan keresahan Ahlus Sunnah sudah masuk dalam kategori membahayakan NKRI.

“Memang benar, ada ulama Syi’ah dari Iran yang memberikan ceramah di masjid Istiqlal hari Jum’at Kemarin. Cuma yang mempunyai wewenang untuk memberikan izin itu bukan saya tetapi Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal di bawah pengawasan Kementerian Agama,” kata Kiai Musthofa saat dimintai konfirmasi oleh hidayatullah.com, Sabtu (22/11/2014).

Menurutnya, ceramah salah satu ulama Syi’ah asal Iran di Masjid Istiqlal hari Jum’at (21/11/2014) lalu telah membuat keresahan kalangan umat Islam, khususnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

Ceramah tokoh Syiah di Masjid Istiqlal hari Jumat (21/11/2014)
Ia membenarkan bila acara itu diadakan di Masjid Istiqlal pada hari Jumat kemarin, di mana ketika itu dirinya sedang ada urusan ke Pontianak. Awalnya informasi yang ia terima ada dua tamu, satu imam Masjid Kubah (Madinah), satunya lagi dari Iraq.
Rupanya setelah datang dari Pontianak dia baru faham jika yang ceramah itu justru dari Iran, bukan dari Iraq.

Kepada hidayatullah.com Kiai Musthofa mengatakan dirinya sudah berulangkali memberikan masukan kepada Badan Pengelola Pelaksana Masjid Istiqlal untuk tidak memberikan kesempatan kepada ulama Syi’ah untuk berceramah di Masjid Istiqlal karena hal itu hanya akan menimbulkan kontroversi, kecuali hanya untuk melaksanakan shalat saja.

“Silahkan memberikan izin kepada tamu dari Iran (orang-orang Syi’ah,red) untuk melaksanakan shalat di masjid Istiqlal tapi jangan sampai memberikan kesempatan berceramah karena akan membahayakan umat Islam,” tegasnya mengulang nasehatnya yang diberikan kepada Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal Jakarta. [Baca: Izin Ceramah Syi’ah Di Istiqlal Wewenang Kemenag]

Apalagi menurut Kiai Musthofa, sudah jelas bahwa Syi’ah sendiri merupakan ancaman terbesar yang membahayakan umat Islam, khususnya NKRI. Jadi jangan sampai memberikan kesempatan kepada orang-orang Syiah untuk angkat bicara berceramah di masjid Istiqlal.

Hanya saja nasehatnya sering tidak diindahkan. Apalagi, kewenangan memberikan izin tamu-tamu internasional untuk berceramah di masjid Istiqlal Jakarta dipegang oleh Ketua Badan Pengelola Pelaksana Masjid Istiqlal, langsung dalam pengawasan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) RI, ujar Musthofa.

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/11/22/33680/kh-ali-musthofa-yaqub-ceramah-ulama-syiah-di-istiqlal-bisa-bahayakan-umat-dan-nkri.html

Begitulah sikap tegas KH Ali Musthofa Ya’qub terhadap SYIAH, maka tidak heran kalau kalangan SYIAH sangat bergembira atas digantinya KH Ali Musthofa Ya’qub dari jabatan Imam Besar Masjid Istiqlal.

 

 

sumber: Portal Piyungan

Rahasia Surah Al Fatihah

Setelah mengungkapkan rahasia takbir Ihram maka artikel ini berusaha untuk memahami rahasia besar yang terkandung di dalam surah al-Fatihah di dalam pelaksanaan shalat. Begitu penting kedudukan QS al- Fatihah ini sehingga Nabi pernah mengungkapkan, La shalata illa bi fatihah al-kitab (tidak ada shalat tanpa membaca surah al-Fatihah).

Para ulama fikih sependapat, membaca surah al-Fatihah wajib hukumnya pada setiap rakaat shalat, kecuali sebagai makmum dalam shalat yang dijahar, menurut Imam Abu Hanifah, cukup menghayati bacaan imam. Menurut Imam Syafi’, makmum wajib membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat.

Jika makmum masbuk dan tidak sempat membaca surah al-Fatihah karena imam sudah rukuk maka makmum harus mengganti rakaat shalatnya yang ketinggalan bacaan surah al- Fatihah pada rakaat khusus. Bagi para sufi, bukan hanya membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat secara utuh, tetapi juga sedapat mungkin memahami makna keseluruhan ayat-ayat al- Fatihah.

Para sufi betul-betul menyarankan agar orang yang shalat betul-betul memahami makna lahir dan makna batin keseluruhan surah yang memiliki beberapa nama ini di dalam Alquran ini. Sulit dibayangkan seseorang akan meresapi hakikat dan makna shalat tanpa memahami dan menghayati makna surah ini.

Bagi para sufi, Alquran memiliki makna lahir dan batin. Jika mereka tidak mampu memahami makna-makna keseluruhan ayat, minimum memahami lebih dalam makna surah al-Fatihah. Untuk memahami kedalaman makna Al-quran, disyaratkan agar para pembacanya betul-betul di dalam keadaan bersih dari hadas besar dan kecil sebagaimana ditegaskan di dalam ayat.

La yamassahu illa al- muthahharun (tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disuci- kan). (QS al-Waqi’ah [56]:79).

Lebih khusus lagi, jika kita ingin memahami makna batin Al qur an, selain bersih lahiriah, juga dituntut besih secara rohani, sebagaimana disebutkan dalam ayat, “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS al- Baqarah [2]:151).

Shalat pada hakikatnya adalah perjalanan mendaki (mikraj) menuju Tuhan, sebagaimana dinyatakan dalam hadis, Al-shalatu mi’raj al- mu’minin (shalat adalah mikraj ba gi orang-orang mukmin). Untuk mendaki ke puncak, tentu membutuhkan energi spiritual yang luar biasa. Di sinilah kedudukan surah al-Fatihah yang harus dihayati maknanya.

Ayat demi ayat surah al-Fatihah menjadi representasi dari keseluruhan ayat dan surah di dalam Alquran. Sebagaimana dikata- kan Nabi bahwa jika Alquran dipadatkan maka pemadatannya ialah ketujuh ayat dari surah al- Fatihah. Jika dipadatkan lagi, maka pemadatannya terletak di dalam ayat pertamanya (basmalah), dan jika basmalah ini dipadatkan maka pemadatannya ialah titik di bawah huruf `ba’ (akan diuraikan secara khusus misteri basmalah dalam artikel mendatang).

Penempatan letak surah al-Fatihah sebagai awal atau permulaan Alquran tentu memiliki rahasia di mata Allah SWT. Menurut Imam Abduh dalam Tafsir Al-Manar, surah al-Fatihah bukan hanya penempatannya yang pertama, surah ini juga paling awal diturunkan oleh Allah SWT.

Hal ini tidak bertentangan dengan riwayat yang mengatakan ayat yang pertama turun ialah lima ayat pertama dari surah al-Alaq. Betul sebagai ayat yang pertama turun, tetapi sebagai surah pertama utuh turun sekaligus ialah surah al-Fatihah.

Soal adanya orang yang membaca secara tersembunyi ayat pertama surah al-Fatihah ada beberapa pendapat. Pertama tetap menganggap basmalah ayat pertama dari surah ini, namun ada kalanya Nabi tidak membaca keras (jahar).

Pendapat ini dipegang, antara lain, oleh Imam Malik dan kini dipertahankan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Pendapat lain mengatakan, memang basmalah tidak merupakan bagian dari surah al-Fatihah, karena itu tidak dijaharkan. Mushaf Alquran cetakan Pemerintah Arab Saudi tetap menganggap dan menulis nya sebagai ayat pertama dari surah al-Fatihah, tapi pembacaannya tidak dijaharkan dengan alasan mengikuti sunah Nabi.

 

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

sumber: Republika Online