Ra’aytun Nabi, Inspirasi dari Memimpikan Rasulullah

Suatu ketika Imam Bukhari mengaku memimpikan Rasulullah. Dalam mimpi itu, Bukhari memegang kipas dan berdiri di depannya. Keesokan hari, setelah bangun dari tidur, dia menanyakan mimpi tersebut kepada seorang ahli. Makna mimpi itu adalah Bukhari akan melindungi Rasulullah dari dusta. Mimpi tersebut menginspirasinya untuk menulis kumpulan hadis dalam al-Jami’ as-Sahih yang kini menjadi rujukan umat Islam.

Kisah itu ditulis oleh seorang alim asal Mesir, Abdul Aziz Ahmad bin Abdul Aziz, dalam bukunya Ra’aytun Nabiyya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Mi’atu Qishshatin min Ru’an Nabiy (Aku bermimpi bertemu Rasulullah: ratusan kisah orang-orang yang memimpiran Nabi). Berdasarkan pemaparannya, mimpi bukan sekadar gam baran alam bawah sadar atau hasrat tak terpenuhi yang mewujud dalam khayalan.

Dia bukan sekadar proyeksi ataupun emosi yang meluap ketika memejamkan mata. Lebih dari itu, mimpi dapat menjadi inspirasi untuk perubahan dan kemajuan. Mimpi menjadi pemicu lahirnya kebijakan yang konstruktif, mengingatkan kelalaian seseorang agar semakin dekat dengan Islam.

Hal tersebut terbukti dalam sebuah kejadian yang diriwayatkan Ashim, anak Umar bin Khattab. Suatu ketika, sang anak menyaksikan seorang bernama Haris al-Muzni datang. Dia mengaku, bertemu Rasulullah dalam mimpinya. Utusan Allah itu berpesan, hujan akan turun. Pesan itu harus disampaikan kepada Umar bin Khattab.

Ketika pesan itu disampaikan, Umar terkejut. Sang khalifah bertanya beberapa kali untuk memastikan keaslian mimpi Haris. Tidak lama setelah itu, Umar mengajak kaum Muslimin untuk mendirikan shalat meminta hujan (istisqa). Khalifah yang kerap disebut Abu Hafs ini berdoa, Ya Allah, para pendukung kami telah lemah. Daya dan kekuatan kami melemah, begitu pula dengan diri kami. Tiada daya dan kekuatan, kecuali atas pertolongan- Mu. Ya Allah anugerahkanlah kami siraman hujan.

Mimpi bertemu Rasulullah juga menjadi titik awal perubahan seseorang menjadi lebih baik. Mereka yang semula tidak mengimani Islam berubah sehingga mau bersyahadat. Suatu ketika Khalid bin Ash bermimpi akan dijerumuskan ke jurang negara oleh ayahnya. Namun, tangannya dipegang oleh Rasulullah.

Khalid ingat betul gambaran neraka yang panas dan menyeramkan. Setelah bangun dari tidur, dia menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Seumur hidupnya, Khalid mengabdi kepada Rasulullah.

 

REPUBLIKA