SELAMAT pagi saudaraku dan sahabatku. Sebentar lagi matahari akan terbit menyapa bumi. Ia tetap seperti biasanya, hadir membawa serta vitamin D dan cahaya penerang sudut-sudut bumi yang lama dalam gelap karena terselimuti malam. Kira-kira, bisakah kita sesetia matahari dalam memberikan vitamin kehidupan bagi orang lain dan dalam membuat terang hati manusia yang berada dalam ruang gelap kehidupan?
Untuk bisa seperti matahari, miliki vitamin-vitamin kehidupan yang dibutuhkan banyak orang. Belilah vitamin-vitamin itu dari apotek kehidupan, yaitu mushalla, masjid, madrasah dan pesantren. Tanyakan kepada para “petugas” atau pejabat yang menjaga apotek itu jenis vitamin dan fungsinya agar tak salah pilih dan salah konsumsi. Lebih dari itu juga, miliki sumber cahaya agar bisa menuntun yang lain menuju jalan yang dituju. Allah adalah sumber cahaya dan mengingatNya (dzikir) adalah cara “charging” yang paling jitu.
Mustahil akan mampu membahagiakan orang lain kalau dirinya belum bahagia. Mustahil bisa berbagi vitamin kepada orang lain kalau dirinya sendiri tak memiliki vitamin. Bagaimana mungkin akan menerangi jalan orang lain jika dirinya saja berada dalam gelap tanpa memiliki sumber cahaya terang. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bahagiakan hati kita. Ajari hati kita untuk ridla bahagia.
Bagaimana cara mengajari hati menjadi ridla bahagia? Saya sangat tersentuh dengan anjuran atau nasehat Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi: “Janganlah Anda melihat apa yang hilang dari Anda, lihatlah apa yang masih tetap ada bersama Anda.” Saudaraku dan sahabatku, Anda masih punya banyak hal yang patut disyukuri, lantas apa alasan kita menghabiskan waktu untuk mengeluhkan apa yang hilang dan lepas dari kita. Kata nenek moyang kita: “Gugur satu, tumbuh seribu.” Salam, AIM. [*]