Doa Sholat Dhuha dan Pedomannya Sesuai Sunnah

Ada beberapa pertanyaan yang sering muncul mengenai shalat dhuha, mulai dari  waktunya (dari jam berapa sampai jam berapa), jumlah rakaat dalam pelaksanaannya (apakah 2 – 2 rakaat dengan dua salam atau 4 rakaat 1 salam), dan doa-doanya.

Ada sumber yang mengatakan waktunya dari 08.00 – 12.00 dan ada juga 08.00 – 10.00, dan ada juga yang melaksanakan di bawah jam 08.00 setelah shalat sunah shuruq.

Kemudian, apakah benar ada shalat sunah shuruq?

 

Waktu Shalat dhuha

Telah terjadi perbedaan di kalangan fuqaha di dalam batasan shalat dhuha secara umum. Jumhur ulama berpendapat bahwa waktu shalat dhuha dimulai dari saat matahari mulai meninggi hingga sedikit sebelum tergelincir selama belum masuk waktu yang dilarang.

Imam Nawawi di dalam “ar Raudhah” mengatakan, “Para sahabat kami (madzhab Syafi’i) berpendapat, waktu shalat dhuha berawal dari terbit matahari dan dianjurkan agar mengakhirkannya hingga ia meninggi.”

Hal itu ditunjukkan oleh riwayat Imam Ahmad dari Abu Murrah ath Thoifi berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kalian lemah dari melaksanakan empat rakaat dari permulaan siangmu yang akan mencukupkanmu di akhir siangnya.”

Namun al Adzra’i berpendapat bahwa apa yang dinukil itu dari para sahabatnya (madzhab Syafi’i) itu tedapat catatan, yang terkenal dari pendapat pertama mereka “yaitu pendapat jumhur” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 9730)

Dengan demikian waktu shalat dhuha dimulai kira-kira sejak matahari mulai naik kira-kira sepenggalah hingga sedikit sebelum masuknya waktu zhuhur atau sekitar 15 menit setelah waktu syuruq hingga 15 menit sebelum masuk waktu zhuhur.

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha

Adapun tentang rakaatnya maka tidak ada perbedaan di kalangan fuqaha yang mengatakan sunnahnya shalat dhuha berpendapat bahwa paling sedikit rakaat shalat dhuha adalah dua rakaat.

Diriwayatkan dari Abu Dzarr bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahi munkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha.”

Namun terjadi perbedaan di kalangan mereka tentang maksimal rakaatnya :

Para ulama Maliki dan Hambali berpendapat bahwa maksimal rakaat shalat dhuha adalah delapan rakaat berdasarkan riwayat Ummu Hani’ bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memasuki rumahnya pada saat penaklukan Makkah, kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam shalat delapan raka’at” seraya menjelaskan, “Aku belum pernah sekalipun melihat Beliau melaksanakan shalat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun Beliau tetap menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”

Para ulama Maliki ini juga menegaskan makruh melebihkan dari delapan rakaat jika seseorang meniatkan shalat dhuha bukan niat sunnah mutlak. Mereka juga menyebutkan bahwa yang paling moderat dari shalat dhuha adalah enam rakaat.

Sedangkan para ulama Hanafi dan Syafi’i —pendapat yang marjuh— serta Ahmad —dalam satu riwayat darinya— bahwa maksimal dari shalat dhuhah adalah dua belas rakaat, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan an Nasa’i dengan sanadnya yang di dalamnya terdapat kelemahan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua belas rakaat maka Allah (akan) membangunkan baginya istana dari emas di surga.” Ibnu Abidin menukil dari “Syarh al Maniyah” dan menegaskan bahwa hadits lemah bisa diamalkan didalam perkara-perkara keutamaan.

Al Hashkafi dari kalangan Hanafi menukil dari ‘adz Dzakha’ir al Asyraqiyah” menyebutkan bahwa yang moderat adalah delapan rakaat dan inilah yang paling utama, berdasarkan perbuatan dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan tentang maksimalnya hanyalah melalui perkataaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam saja.

Adapun di kalangan para ulama Syafi’i telah terjadi perbedaan di dalam berbagai ungkapan mereka tentang maksimal rakaat shalat dhuha.

Imam Nawawi di dalam “al Minhaj” menyebutkan bahwa maksimalnya adalah dua belas rakaat sementara dia menyalahinya di dalam kitab “Syarh al Muhadzab”, dia menyebutkan dari kebanyakan ulama bahwa maksimal adalah delapan rakaat. Beliau menyebutkan juga didalam “Raudhah ath Thalibin” bahwa yang paling utama adalah delapan rakaat sedangkan maksimalnya adalah dua belas rakaat dengan mengucapkan salam di setiap dua rakaat.” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 9730 – 9731)

Doa Khusus Pada Shalat Dhuha

Tidak ada doa-doa khusus pada shala dhuha. Dibolehkan bagi setiap muslim untuk berdoa dengan doa-doa yang dikehendakinya selama tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan silaturahim baik doa-doa yang ma’tsur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau doa-doa yang mudah bagi dirinya. Akan tetapi doa yang matsur lebih utama jika ia hafal. (Markaz al Fatwa No. 65406)

Shalat Isyraq

Para ulama menyamakan antara shalat isyraq dengan shalat dhuha. Meksipun ada yang sedikit membedakan diantara keduanya yaitu jika shalat itu dikerjakan diawal waktu yaitu ketika matahari mulai terangkat kira-kira sepenggalah maka ia disebut shalat isyraq sedangkan jika dikerjakan di tengah-tengah atau akhir waktu maka ia disebut shalat dhuha.

 

Wallahu A’lam

Ustadz Sigit Pranowo,Lc

sumber: ERAMUSLIM

Subhanallah, Faedah Salat Duha Sangat Menakjubkan

SALAT Duha memiliki keutamaan yang luar biasa.

Berikut ini 6 keutamaan salat Duha sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis sahih:

1. Diwasiatkan Rasulullah agar dikerjakan setiap hari, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata: “Kekasihku (Muhammad) shallallahu alaihi wasallam mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan (ayyamul bidh), salat Duha dua rakaat dan salat witir sebelum tidur” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

“Kekasihku mewasiatkan tiga hal yang tidak akan kutinggalkan hingga mati yakni berpuasa tiga hari setiap bulan, salat Duha dan salat witir sebelum tidur” (HR. Al Bukhari)

2. Salat Duha adalah salat Awwabin, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata:

“Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah melakukan salat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat salat Duha karena ia adalah salat Awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih) Awwabin adalah orang-orang yang taat. Merutinkan salat dhuha, dengan demikian, berarti menjadikan seseorang dicatat sebagai orang-orang yang taat.

3. Salat Duha 2 rakaat senilai 360 sedekah

“Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan salat Duha dua rakaat.” (HR. Muslim).

“Di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan sedekahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?” Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah sedekah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah sedekah. Maka jika engkau tidak menemukannya (sedekah sebanyak itu), maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud)

4. Salat Duha 4 rakaat membawa kecukupan sepanjang hari. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)

5. Salat Duha merupakan ghanimah terbanyak. Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendengar para sahabatnya membicarakan tentang ghanimah (harta rampasan perang), maka beliau menunjukkan amal yang lebih banyak dari pada ghanimah-ghanimah itu.

“Barangsiapa berwudhu kemudian pergi pada waktu pagi ke masjid untuk melaksanakan salat Duha, maka hal itu adalah peperangan yang paling dekat, ghanimah yang paling banyak, dan kembalinya lebih cepat” (HR. Tirmidzi dan Ahmad; hasan shahih).

Penjelasan hadis ini mengisyaratkan dengan keutamaan salat Duha dan hubungannya dengan rezeki. Bahwa siapa yang mengamalkan salat Duha, ia mendapatkan lebih banyak dari harta rampasan perang; baik dalam hal kuantitas harta atau keberkahannya.

6. Pahala salat Duha senilai dengan pahala umrah untuk keutamaan keenam ini, penjelasannya bisa dibaca di “Salat Duha Berpahala Umrah”.

Demikian enam keutamaan salat Duha, semoga semakin memotivasi kita dalam mengamalkan sunah Nabi ini, serta menjadikan salat Duha sebagai salah satu kebiasaan rutin.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323318/subhanallah-faedah-salat-duha-sangat-menakjubkan#sthash.8qIVBaEy.dpuf

Rahasia Dibalik Shalat Dhuha

Shalat Dhuha, salah satu shalat sunnat yang banyak dilaksanakan kaum Muslim. Banyak yang meyakini bahwa dengan mendirikan Shalat Dhuha akan memperlancar rezeki. Betulkah demikian?

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengatakan di dalam Alquran disebutkan jika manusia bertawakal kepada Allah SWT, akan diberikan rezeki oleh Allah. Kiai Cholil mengatakan, secara khusus, tidak ada amalan yang memperlancar rezeki. Namun, hendaknya manusia selalu berdoa kepada Allah, perbanyak Shalat Malam serta Shalat Dhuha.

Terkait Shalat Dhuha ini, ia mengatakan, Shalat Dhuha adalah shalat yang dilakukan di pagi hari dengan berdoa kepada Allah untuk meminta rezeki. Tujuannya untuk memuji Allah yang Maha Kaya dan Maha Baik. Meminta rezeki yang ada di langit untuk diturunkan dan rezeki yang ada di bumi agar dikeluarkan.

“Shalat Dhuha memang untuk minta rezeki kepada Allah, untuk dibukakan pintu rezeki. Tapi untuk mendapatakannya harus dengan mencari dan berkerja keras,” jelas Cholil saat dihubungi Republika.co.id Jumat (16/10).

Di samping itu, untuk memudahkan rezeki, hendaknya seorang Muslim menghindari berbuat bohong, bermalas-malasan apalagi meninggalkan shalat. Kiai Cholil menekankan, rezeki diatur Allah tapi harus diambil. Orang yang akan mendapat rezeki itu ada tanda-tandanya. Orang yang bekerja mempunyai tanda-tanda akan mendapat rezeki. Seperti halnya orang yang belajar akan menjadi pintar.

Dalam buku //The Power of Sholat Dhuha// yang ditulis Zezen Zainal Alim, disebutan Shalat Dhuha dilakukan dua rakaat, tidak langsung dilakukan 4 rakaat. Sinar waktu Dhuha merupakan pertanda dimulainya aktivitas kehidupan di belahan bumi yang terkena pancarannya.

Waktu Dhuha adalah waktu ketika kondisi sinar matahari berada pada puncak konduktivitasnya untuk mendukung segala bentuk kegiatan manusia dan cita-cita yang diraih. Shalat Dhuha dilakukan untuk meneguhkan langkah dan perwujudan dari doa-doa saat Shalat Tahajud di tengah malam, ditengah aktifitas yang kita jalankan.

Shalat Dhuha, seperti ditulis Zezen, untuk menemani kita saat kelelahan bekerja di terik siang, sebelum Dhalat Dhuhur dilakukan. Shalat Dhuha dilakukan merupakan ucapan syukur dari siang yang telah dilakukan dan aktivitas yang tengah dilakukan.

Adapun keutamaan Shalat Dhuha, orang yang melakukan dua rakaat tercatat sebagai orang yang tidak lalai. Orang yang melakukan empat rakaat sebagai ahli ibadah dan gemar melakukan hal-hal kebaikan. Lalu orang yang melakukan enam rakaat akan terjaga dari perbuatan dosa sepanjang hari itu. Orang yang melakukan delapan rakaat tercatat sebagai orang-orang taat dan sukses dan orang yang melakukan 12 rakaat akan dibuatkan rumah indah didalam surga.

 

sumber: Republika Online

Manfaat Shalat Dhuha

Ass Ustad,,,,

saya mau bertanya apa manfaat sholat dhuha & apa saja makna dari sholat dhuha tersebut???

oya satu lagi ustad,,,apakah di perbolehkan jika kita jarang untuk sholat subuh tapi untuk sholat dhuha kita sering melakukannya….(hampir tiap hari sholat dhuha )

sekian dulu pertanyaan dari saya ustad,,,

Ass…

Hamba Allah

Waalaikumussalam Wr Wb

 

 

Jawab:

Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.

Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.

Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”

Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”

Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”

Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.

Berbeda dengan shalat shubuh maka tidak ada perbedaan dikalangan ulama bahwa ia adalah wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dan berdosa jika ditinggalkan. (baca : Cara Mengganti Shalat Yang Ditinggalkan).

Dengan demikian tidak dibenarkan bagi seorang yang hanya mengerjakan shalat dhuha yang kedudukannya sunnah sementara dirinya meninggalkan shalat shubuh yang kedudukannya lebih tinggi darinya yaitu wajib.

Wallahu A’lam

-Ustadz Sigit Pranowo Lc-

 

 

sumber: EraMuslim.com

Sudahkah Kalian Membiasakan Sholat Dhuha?

Sahabatku, bacalah berita gembira dari Rasulullah, bagi penikmat dhuha. “Setiap pagi setiap persendian salah seorang diantara kalian harus (membayar) sadhaqah, maka setiap tasbih adalah sadhaqah, setiap tahmid adalah sadhaqah, setiap tahlil adalah sadhaqah, setiap takbir adalah sadhaqah, amar ma’ruf adalah sadhaqah, mencegah kemungkaran adalah sadhaqah, setiap dua raka’at dhuha sudah mencukupi semua hal tersebut” (HR Muslim).

Dari Abu Hurairoh, kekasihku Rasulullah telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan witir sebelum tidur. ((Bukhari, Muslim, Abu Dawud).“ Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tarmiji dan Abu Majah). “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan.” (H.R Turmudzi). “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak akan bangun karena mulai panas tempat berbaringnya”. (HR Muslim).

Allah memberkahi waktu dhuha dengan surah Adh Dhuha… Ayoo semangat membiasakannya walau hanya dua rakaat!

 

sumber: Republika Online

Keutamaan Sholat Dhuha

Sholat Dhuha adalah salah satu sholat sunnah, yang waktunya dimulai dari matahari terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur, meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.

Diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda:

”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”

Termasuk juga yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda:

”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.”

Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?”

Beliau saw menjawab,

”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”

Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,

”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”

Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.

 

 

Dikutip dari Era Muslim/Ustadz Sigit Pranowo Lc