Sudah Berdoa dan Shalat Dhuha, Tapi Rejeki Masih Sempit, Apa yang Salah?

Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha merupakan shalat yang dapat melancarkan rejeki. Dari mana asal pemahaman ini? Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah karena ada sandaran hadistnya.

Dari Nu’aim bin Hammar al-Ghatha faniu, Rasulullah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, 5: 286; Abu Daud, no. 1289; At Tirmidzi, no. 475; Ad Darimi, no. 1451).

Hadist tersebut seringkali dijadikan sandaran tentang keistimewaan shalat dhuha. Shalat Dhuha dilakukan dari jam 7 pagi sebelum seseorang mulai melakukan kegiatan duniawi hingga sebelum dhuhur.

Meski diidentikkan dengan ibadah pembuka rejeki, namun pada kenyataannya banyak kita jumpai seseorang yang melakukan ibadah shalat dhuha dan berdoa tiada henti, tetapi masih dalam keadaan kekurangan.

Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi, bukankah apapun yang telah dijanjikan Allah maka akan dipenuhi-Nya?

Seorang hamba tentu dilarang untuk berprasangka buruk kepada Allah, terlebih jika tidak mempercayai apapun yang telah dijanjikannya. Karena itulah penting memahami dan mengerti maksud dari apa yang telah dijanjikan olehNya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, mengapa seseorang meski telah berdoa dan menjalankan ibadah shalat dhuha, namun tetap saja rejeki yang didapatkan terbilang biasa aja atau bahkan kurang.

Faktor pertama, karena umat tersebut mengharapkan sesuatu pada selain Allah.

Masih ada keraguan dan ketidakyakinan sehingga menggantungkan harapan kepada selain Allah.  Dalam al-Quran Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Al-Insyirah: 8)

Sebagai manusia kita hendaknya menggantungkan semua harapan hanya kepada Allah. Jadi jika menjalankan Shalat Dhuha hanya bertujuan untuk melapangkan rejeki harta atau uang belaka, maka ketahuilah kalian termasuk umat yang tidak memasrahkan urusan kepada Allah.

Kedua, masih mengkonsumsi makanan yang haram untuk dikonsumsi sebagai umat muslim.

Tentu saja, sebagai seorang muslim kita memiliki larangan-larangan akan apa makanan yang boleh kita makan dan tidak boleh kita makan. Memakan makanan yang haram entah dalam bentuk fisiknya maupun cara memperolehnya akan membuat terhambatnya doa harapan rejeki yang kita dapatkan.

Hadits dari Ibnu Abbas bahwa Sa’ad bin Abi Waqash berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, doakanlah aku agar menjadi orang yang dikabulkan doa-doanya oleh Allah”. Apa jawaban Rasulullah SAW, “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya.

Ketiga, menyinggung perasaan orang tua 

Tentu kita tahu bahwasanya ridha Allah merupakan ridha orang tua. Dengan menyinggung dan menyakiti hati orang tua terlebih ibu akan mampu memutuskan rejeki kita.

Itulah mengapa kita sebagai seorang anak penting untuk menghormati, menjaga, menyayangi, dan merawat orang tua dengan sepenuh hati. Jika kita mendapatkan rejeki lebih, ingatlah kepada orang tua, berikan sebagian rejeki yang kita dapatkan kepada orang tua, dengan membahagiakan orang tua insyaallah, Allah akan membuka pintu rejeki kita lebar-lebar.

ISLAMKAFFAH

Doa Sesudah Sholat Dhuha Beserta Niat dan Keutamaan

Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan di pagi hari.

Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan di pagi hari. Berikut ini bacaan doa sesudah sholat dhuha dan lafadz niatnya.

Doa Sesudah Sholat Dhuha

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka walbahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quw watuka wal qudrata qudratuka wal ‘ishmatta ‘ishmatuk. Allaahumma in kaana rizqii fissamaa-i fa anzilhu wa in kaanafil ardhi fa-akhrijhu wa in kaana mu’assaran fayas sirhu wa in kaana haraaman fathahhirhu wa in kaana ba’iidan faqarribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quuwatika wa qudratika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shalihiin.

Artinya:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan kekuasaan adalah kekuasaan-Mu serta penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, jika rizqiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah. Jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Niat sholat dhuha

أصلي سنة الضحى ركعتين لله تعالى الله أكبر

Ushallii sunnatadh dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa. Allaahu akbar.

Artinya:

“Aku niat mengerjakan sholat sunah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala. Allah Mahabesar.”

photo

Lima fakta penting tentang sholat dhuha. – (republika)

Keutamaan Sholat Dhuha

• Menjadi sedekah semua tulang manusia

 عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى. (رواه مسلم)

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Dzar ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: ‘Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan dua rakaat sholat Dhuha mencukupi semuanya itu’,” (HR Muslim).

• Menjadi sholat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ. قَالَ: وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ. (رواه الحاكم وقال: هذا حديث صحيح على شرط مسلم)

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga sholat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’

Rasulullah SAW juga pernah bersabda: ‘Sholat Dhuha adalah sholat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).

• Setiap dua rakaat sholat Dhuha mempunyai keutamaan khusus

Hal ini sebagaimana dalam riwayat berikut:

 عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah SAW sebagaimana Kamu bertanya kepadaku.

Lalu beliau bersabda: ‘Bila Kamu sholat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu sholat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila Kamu sholat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu sholat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu sholat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu sholat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi).

Dilansir di laman resmi PBNU, ada ketentuan waktu utama melaksanakan sholat dhuha. Waktu sholat Dhuha sebenarnya adalah mulai matahari terbit seukuran satu tombak sampai waktu zawâl sebagaimana telah disebutkan.

Namun, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Dalam fiqih diistilahkan dengan rumus: ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh). Kira-kira mulai sekitar jam 9 pagi

Imam Muslim meriwayatkan:

 عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رضي اللهُ عنه: أَنَّهُ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى، فَقَالَ: أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ في غَيْرِ هذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ؟ إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِيْنَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ (رواه مسلم)

Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anh, sungguh ia pernah melihat segolongan orang melakukan sholat Dhuha, lalu ia berkata: ‘Tidakkah kalian tahu, bahwa sholat dalam waktu ini lebih utama? Sungguh Rasulullah SAW bersabda: ‘Sholat kaum awwâbîn (sholat Dhuha) adalah saat kaki anak-anak unta merasakan panasnya bumi karena terik matahari’” (HR Muslim; lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alâ Shahîh Muslim, [Bairut, Dâr Ihyâ’it Turâtsil ‘Arabi, 1292 H], juz VI: 30).

Hikmah sholat Dhuha pada waktu utama ini adalah agar setiap seperempat siang tidak kosong dari sholat. Seperempat siang pertama ada sholat Shubuh, seperempat siang kedua ada sholat Dhuha, seperempat siang ketiga ada sholat Dhuhur, dan seperempat siang keempat ada sholat Ashar. (Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr), halaman 102).

REPUBLIKA

3 Manfaat Shalat Dhuha Menurut Hadis Rasulullah

Dalam Islam, salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan ialah shalat sunnah Dhuha. Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang Rasullah wasiatkan kepada para sahabat untuk dikerjakan. Tiga manfaat shalat Dhuha menurut hadis Rasulullah.   

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in;

   ويسن الضحى لقوله تعالى “يسبحن بالعشي والإشراق” قال ابن عباس صلاة الإشراق صلاة الضحى. روي الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أوصاني خليلي بثلاث: صيام ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الضحى، وأن أوتر قبل أن أنام

Artinya, “Shalat dhuha disunnahkan berdasarkan firman Allah SWT, ‘Bertasbih bersama dia di waktu petang dan pagi.’ Ibnu Abbas menafsirkan shalat isyraq adalah shalat dhuha. Bukhari-Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ‘Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.’”

Kenapa shalat Dhuha dianjurkan oleh Rasulullah? Sebab di dalamnya terdapat kandungan yang sangat bermanfaat. [Baca juga: Ini Jumlah Rakaat Shalat Dhuha yang Biasa Dikerjakan Rasulullah]

3 Manfaat Shalat Dhuha

Pertama, mendapatkan perlindungan dari Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, yang bersumber dari sahabat  Nabi yakni Abu Dzar dan Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa betapa agungnya kedudukan shalat Dhuha di hadapan Allah Swt. Nabi bersabda berikut ini,

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ و أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنهما عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، أَكْفِكَ آخِرَهُ

Artinya: Dari Abu Darda dan Abu Dzar dari Rasulullah saw dari Allah Swt, bahwa Dia berfirman, “Wahai anak Adam shalat empat rakaat di awal hari, Aku akan melindungi engkau hingga akhirnya.” (HR. Tirmizi).

Kedua, orang yang mengamalkan senantiasa shalat Dhuha, maka ia  akan mendapatkan title sebagai hamba yang taat dan ampunan dari Allah. Hal ini sebagai keistimewaan khusus yang diberikan Allah pada hamba-Nya yang mengamalkan shalat Dhuha.  

عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radhiyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah sebagaimana Kamu bertanya kepadaku. 

Lalu beliau bersabda: “Bila Kamu shalat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu shalat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik;

Bila Kamu shalat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu shalat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung;

Bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi) 

Ketiga, shalat Dhuha sebagai kunci untuk membuka rezeki. Sebagian ulama mengatakan bahwa manfaat dari shalat dhuha ialah membuat rezeki menjadi lancar. Pandangan ini pula telah mewabah di tengah masyarakat Indonesia. Hal itu berdasarkan suatu hadis Rasulullah yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang bersumber dari sahabat Uqbah bin Amir al-Juhani, Nabi sahabat;

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِى أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ

Artinya: Sesungguhnya Allah berfirman: “Wahai ‎anak adam, laksanakan untukKu 4 rakaat di awal siang, Aku akan cukupi ‎dirimu dengan shalat itu di akhir harimu.”

Padangan Shalat Duha untuk melancarkan rezeki juga, diamini masyarakat sebab adanya doa khusus shalat Dhuha yang untuk menambahkan rezeki dari Allah. Berikut teks doa shalat dhuha.

اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu,

Wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.

Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu.

Wahai Tuhanku, jika rezekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”

Dalam hal ini, penting juga dicatat bahwa berdoa termasuk hal yang penting bagi seorang muslim, namun tidak cukup itu saja, harus diimbangi dengan berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan rezeki, misalnya dengan bekerja. Artinya, doa dan ikhtiar harus seimbang dalam hal ini, tidak boleh timpang sebelah. 

Demikian 3 manfaat shalat Dhuha menurut Hadis Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Benarkah Shalat Dhuha Pembuka Pintu Rezeki?

Shalat Dhuha adalah salah satu ibadah yang masuk kategori sunnah muakkad. Artinya, Rasulullah tidak pernah meninggalkan ibadah ini kecuali sesekali. Ada banyak keutamaan jika istiqomah dalam melaksanakan shalat Dhuha, salah satu yang populer adalah bahwa shalat dhuha menjadi pembuka pintu rezeki. Sebagian orang tentu beranggapan rezeki yang dimaksud adalah harta. Benarkah demikian?

Ada beberapa hadis yang menceritakan keutamaan shalat Dhuha, salah satunya adalah hadis,

عنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ الْغَطَفَانِيِّ رضي الله عنه أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ ، لَا تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Artinya: Dari Nu’aim bin Hammar al-Ghathafanni radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman, wahai anak Adam, janganlah engkau meninggalkan shalat 4 rakaat di awal hari maka aku akan mencukupkanmu di akhir harimu (HR. Ahmad no. 22469)

Sebelum membahas apa makna “cukup” di sini, penulis akan memaparkan perbedaan pendapat ulama tentang makna shalat di “awal hari:. Sebagian ulama seperti Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam ‘Iraqi, Imam Ibnu Rajab, dan Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat maksudnya adalah shalat dhuha. Tapi juga sebagian lainnya seperti Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim berpendapat yang dimaksud adalah shalat sunnah sebelum subuh dan solah shubuh.

Imam as-Syaukani mengatakan, mengapa hadis ini berpotensi menunjukkan makna shalat sunnah sebelum subuh dan shalat subuh karena pada hakikatnya awal hari (awwal an-Nahr) hakikatnya adalah waktu subuh dan sunnahnya.

Tapi Imam al-‘iraqi mengunggulkan pendapat maksud dari Awwal an-Nahr adalah thulu’ul fajri yang dikemukakan oleh ulama bahasa dan syariah. Artinya, hadis ini meliputi keutamaan shalat sunnah Subuh, fardhu Subuh dan shalat Dhuha.

Sedangkan makna “Akfika Akhirahi” (aku cukupkan engkau di akhir harimu) sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam al-Iraqi adalah selamat dari bahaya dan perbuatan dosa. Senada dengan Syekh Abadi Abu Abdirrahman penyusun kitab ‘Awnul Ma’bud ‘ala Syarhi Sunan Abi Daud, beliau menyebutkan,

يَحْتَمِل أَنْ يُرَاد كِفَايَته مِن الْآفَات وَالْحَوَادِث الضَّارَّة ، وَأَنْ يُرَاد حِفْظه مِنْ الذُّنُوب وَالْعَفْو عَمَّا وَقَعَ مِنْهُ فِي ذَلِكَ أَوْ أَعَمّ مِنْ ذَلِكَ

Artinya: Makna “cukup” berpotensi pada makna cukup dijauhkan dari penyakit dan kejadian-kejadian berbahaya. Bisa juga bermakna dijaga dari perbuatan dosa dan mendapat ampunan dari perbuatan yang dilakukan di hari itu atau lebih dari hari itu.

Ternyata makna cukup lebih luas dari makna rezeki yang seringkali diasumsikan sebagai materi. Tapi semua lebih dari itu. Jika dosa diampuni, dilindungi oleh Allah dari bahaya di sepanjang hari tentulah ikhtiyar mencari rezeki atau menjemput nafkah juga akan mudah. Ibadah dan aktifitas lainnya akan lancar atas izin Allah. Begitulah kiranya makna dicukupkan yang menjadi keutamaan shalat Dhuha.

BINCANG MUSLIMAH

Rahasia Shalat Dhuha, Waktu yang Sangat Penting

Benar, waktu Dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara doa Rasulullah ﷺ: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.”

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu Subuh dan Dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.

Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadits. Rasulullah ﷺ bersabda, “Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha,” (HR Muslim).

Rahasia Shalat Dhuha, 4 sampai 8 Rakaat

Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani, “Kadang Rasulullah ﷺ melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat,” (HR Muslim).

Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu Dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.

Rahasia Shalat Dhuha, Penting bagi Orang Beriman

Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena seperti yang banyak dipersepsikan bahwa shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Al-Quran.

Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha. []

ISLAMPOS

Ini Jumlah Rakaat Shalat Dhuha yang Biasa Dikerjakan Rasulullah

Di antara shalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan adalah shalat sunnah Dhuha. Di kalangan ulama Syafi’iyah, shalat Dhuha disebut sunnah muakkadah atau shalat sunnah yang sangat dianjurkan sekali untuk dilakukan.

Shalat Dhuha ini termasuk di antara perbuatan sunnah yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah Saw. Bahkan beliau sendiri merutinkan melakukan salat Dhuha setiap hari hingga seakan merupakan sebuah kewajiban. Dalam sebuah sabdanya, beliau menegaskan bahwa shalat Dhuha bagi dirinya adalah wajib, sedangkan bagi umatnya adalah sunnah.

Ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;

 ثَلاثٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضُ وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ : النَّحْرُ وَالْوِتْرُ وَرَكْعَتَا الضُّحَى

Tiga hal bagiku dan bagi kalian sunnah, yaitu berkurban, shalat Witir dan dua rakaat shalat Dhuha.

Bahkan beliau juga mewasiatkan kepada sahabatnya, Abu Hurairah, agar senantiasa melasanakannya. Disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah, dia berkata;

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْروَصَلاَةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (Rasulullah Saw) mewasiatkan padaku tiga nasihat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan shalat Dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum tidur.

Adapun jumlah rakaat shalat Dhuha yang biasa dilakukan Rasulullah Saw adalah empat rakaat. Menurut Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Rasulullah Saw terkadang shalat Dhuha dua rakaat, terkadang empat rakaat, terkadang enam rakaat, terkadang delapan rakaat, dan terkadang juga dua belas rakaat. Namun umumnya beliau melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat.

Dalam kitab Muhammad Al-Insan Al-Kamil, Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki berkata sebagai berikut;

وكان صلى الله عليه وسلم يواظب على صلاة الضحى وكان تارة يصليها ركعتين وهو اقلها وتارة اربعا وهو الاغلب وتارة ستا وتارة ثمانية وتارة اثنتي عشرة ركعة وذلك افضلها واكثرها

Rasulullah Saw senantiasa melaksanakan shalat Dhuha. Beliau terkadang shalat Dhuha dua rakaat, dan itu jumlah rakaat yang paling sedikit. Terkadang empat rakaat, dan itu yang paling sering dilakukan.

Terkadang enam rakaat, terkadang delapan rakaat, dan terkadang dua belas rakaat. Jumlah dua belas rakaat itu merupakan yang paling utama dan paling banyak.

Demikian penjelasan jumlah rakaat shalat dhuha yang biasa dikerjakan Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

5 Rahasia Shalat Dhuha

KEUTAMAAN dan rahasia shalat Dhuha merupakan salah satu di antara shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ.

Banyak sekali penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya.

Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad ﷺ yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Rahasia Shalat Dhuha: Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala,” (HR Muslim).

2. Rahasia Shalat Dhuha: Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad ﷺ: “Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga,” (Shahih al-Jami`: 634)

3. Rahasia Shalat Dhuha: Memperoleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ berkata: Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

4. Rahasia Shalat Dhuha: Pahala Umrah

Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).

5. Rahasia Shalat Dhuha: Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan,” (HR Tirmidzi).

Untuk itu, yuk! Yang belum melaksanakan sholat duha. Mulai sekarang kita sama-sama belajar menjalankan sunah-sunah Rasulullah ﷺ. []

ISLAMPOS

Salat Duha, Salat Orang yang Gemar Bertobat

Semua hamba pasti mengharapkan agar mendapatkan cinta dan rida Allah Ta’ala. Semua hamba pasti ingin mendapatkan kasih sayang Allah Ta’ala. Hanya saja, cinta dan kasih sayang Allah Ta’ala tidaklah bisa diraih oleh seorang hamba, kecuali jika ia telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada serta melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Allah Ta’ala perintahkan.

Salah satu ibadah yang Allah jelaskan bahwa pelakunya berhak mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah Ta’ala adalah bertobat, yaitu ketika seorang hamba senantiasa kembali kepada Allah Ta’ala, mengakui kesalahan-kesalahannya dan berkeinginan kuat untuk tidak mengulangi kesalahannya tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Di antara karakteristik orang yang gemar bertobat adalah semangat di dalam mengerjakan amal ketaatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan bahwa salat Duha merupakan salah satu amal ibadah yang biasa dilakukan dan menjadi tanda Al-Awwabin, orang-orang yang gemar bertobat dan kembali kepada Allah Ta’ala. Di dalam salah satu hadisnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صَلَاةُ الأوَّابِينَ إذَا رَمِضَتِ الفِصَالُ.

“Salat awwabin adalah ketika anak unta merasakan terik matahari.” (HR. Muslim no. 748)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan menegaskan,

لا يحافِظُ علَى صلاةِ الضُّحى إلَّا أوَّابٌ

“Tidaklah seseorang itu (konsisten) menjaga salat Duha, kecuali ia termasuk orang-orang yang gemar bertobat (dan kembali kepada Allah Ta’ala).” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1224 dan dihasankan oleh Syekh Albani dalam kitabnya, Shahih Al-Jami’ no. 7628)

Allah Ta’ala di dalam hadis qudsi juga menegaskan bahwa konsistennya seorang hamba di dalam melaksanakan amalan-amalan sunah akan mendatangkan rasa cinta-Nya kepada hamba tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Hamba–Ku senantiasa mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan–amalan nafilah (sunah) hingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari no. 6502)

Saudaraku yang dirahmati Allah Ta’ala, marilah sejenak bersama-sama mengenal lebih jauh tentang salat Duha ini, salatnya hamba-hamba yang gemar bertobat kepada Allah Ta’ala.

Keutamaan salat Duha sangatlah banyak

Selain menjadi identitas orang-orang yang gemar bertobat dan kembali kepada Allah Ta’ala, salat Duha memiliki keutamaan lain yang begitu besar, di antaranya:

Pertama: Orang yang melaksanakannya, maka akan Allah Ta’ala cukupkan kebutuhan hidupnya.

Allah Ta’ala di dalam hadis qudsi berfirman,

ابنَ آدمَ اركعْ لي أربعَ ركَعاتٍ من أولِ النهارِ أكْفِكَ آخِرَه

“Wahai anak Adam, rukuklah (salatlah) karena Aku pada awal siang (salat Duha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari.” (HR. Tirmidzi no. 475)

Kedua: Salat Duha merupakan sedekah bagi yang melaksanakannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُصْبِحُ علَى كُلِّ سُلَامَى مِن أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّتَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بالمَعروفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ المُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِن ذلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُما مِنَ الضُّحَى

“Setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian, pada pagi hari harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah. Setiap tahmid adalah sedekah. Setiap tahlil adalah sedekah. Setiap takbir adalah sedekah. Menyuruh kebaikan adalah sedekah. Dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan salat Duha sebanyak dua rakaat.” (HR. Muslim no. 720)

Ketiga: Pahala melaksanakannya setara dengan melaksanakan ibadah umrah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلَاةٌ عَلَى أَثَرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ

“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan salat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sedang ihram. Dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan salat Duha, dia tidak mempunyai niat kecuali itu, maka pahalanya seperti orang yang sedang umrah. Dan menunggu salat hingga datang waktu salat yang lain yang tidak ada main-main di antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘Iliyyin.” (HR. Abu Dawud no. 558 dan Ahmad no. 22304, hadis ini dihasankan oleh Syekh Albani).

Keempat: Salat Duha lebih mulia dari harta rampasan perang.

Di dalam sebuah hadis disebutkan,

بعَث رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم سَرِيَّةً فغنِموا وأَسرَعوا الرَّجعَةَ فتحَدَّث الناسُ بقُربِ مَغزاهم وكثرَةِ غَنيمَتِهم وسُرعَةِ رَجعَتِهم فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ألَا أدُلُّكم على أقرَبَ منه مَغزًى وأكثرَ غَنيمَةً وأَوشَكَ رَجعَةً مَن توَضَّأ ثم غَدا إلى المَسجِدِ لِسُبحَةِ الضُّحَى فهو أقرَبُ مَغزًى وأكثَرُغَنيمَةً وأَوشَكُ رَجعَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus pasukan perang kemudian pasukan itu mendapatkan harta rampasan dan pulang cepat. Maka, para sahabat banyak yang membicarakan tentang pasukan tersebut yang tujuannya dekat, rampasan perangnya banyak, dan cepat kembali.

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Maukah kalian aku tunjukkan kepada yang lebih dekat tempat perangnya, lebih banyak harta rampasan perang, dan lebih cepat kembali?’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang berwudu kemudian berangkat ke masjid untuk melakukan salat Duha, maka itulah yang lebih dekat tempat perangnya, lebih banyak harta rampasan perangnya, dan lebih cepat kepulangannya.” (HR. Ahmad no. 6638 dan Thabrani no. 14684)

Waktu terbaik untuk melaksanakan salat Duha

Waktu yang paling baik untuk melaksanakan salat Duha adalah ketika matahari benar-benar telah meninggi dan panasnya mulai terasa, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

صَلَاةُ الأوَّابِينَ إذَا رَمِضَتِ الفِصَالُ.

“Salat awwabin (salat dhuha) adalah ketika anak unta merasakan terik matahari.” (HR. Muslim no. 748)

Para ulama memperkiraan bahwa waktunya adalah ketika telah berlalu seperempat siang, yaitu pertengahan waktu antara terbitnya matahari dan waktu salat zuhur sebagaimana perkataan Imam At-Thahawi rahimahullah,

وَوَقْتُهَا الْمُخْتَارُ إِذَا مَضَى رُبُعُ النَّهَارِ

“Waktu yang terpilih darinya (salat Duha) adalah ketika telah berlalu seperempat siang.”

Jika di sebuah daerah matahari terbit jam 05.30 dan masuknya waktu zuhur pada jam 11.40, maka waktu terbaik untuk melaksanakan salat Duhanya adalah sekitar jam 08.30 sampai jam 09.00. Karena jam 08.30 sampai jam 09.00 adalah pertengahan waktu antara terbitnya matahari dan waktu salat Zuhur di daerah tersebut.

Beberapa hukum terkait salat Duha yang harus kita ketahui

Pertama: Hukum melaksanakannya adalah sunah muakkadah (sunah yang sangat ditekankan), karena salat ini termasuk salah satu wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya. Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

أَوْصَانِي حَبِيبِي – صلَّى اللهُ عليه وسلَّم – بِثَلَاثٍ، لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ: «بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلَاةِ الضُّحَى، وَبِأَن لَا أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan selama aku masih hidup: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Duha, dan aku tidak tidur sehingga salat witir terlebih dahulu.” (HR. Muslim no. 722)

Kedua: Jumlah rakaat minimalnya adalah 2 rakaat. Adapun jumlah maksimalnya, maka tidak ada batasannya. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Syekh Binbaz dan Syekh Ibnu Utsaimin rahimahumallah. Sebagaimana wasiat Nabi kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang artinya,

“Kawan karibku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepadaku tiga hal: puasa tiga hari pada setiap bulan, salat Duha dua rakaat, dan salat witir sebelum tidur.” (HR. Muslim)

Pada hadis tersebut disebutkan bahwa jumlah rakaatnya adalah 2 rakaat, sedang tidak ada riwayat lain yang menyebutkan bahwasannya beliau salat Duha kurang dari 2 rakaat.

Adapun dalil tidak ada batasan maksimal pada rakaatnya, maka itu adalah pertanyaan Muadzah Al-Adawiyyah rahimahallah kepada istri Nabi, Aisyah radhiyallahu ‘anha,

سألتُ عائشةَ أَكانَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ يصلِّي الضُّحى قالَت نعَم أربعًا ويزيدُ ما شاءَ اللَّهُ

“Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan salat Duha?’ Maka, ia pun menjawab, ‘Iya, 4 rakaat, lalu beliau menambahnya dengan jumlah yang tak terbatas.’” (HR. Muslim no. 719, An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 479 dan Ibnu Majah no. 1381)

Ketiga: Jika salatnya lebih dari 2 rakaat, maka yang lebih utama baginya adalah menjadikannya dua rakaat-dua rakaat; yaitu dengan melakukan salam di setiap dua rakaat. Dalilnya adalah sabda nabi,

صلاةُ الليلِ مَثْنَى مَثْنَى

“Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat.” (HR. Bukhari no. 472 dan Muslim no. 749).

Hadis di atas hanya menyebutkan perihal salat sunah malam, karena salat sunah lebih banyak dilakukan di malam hari. Hanya saja hukum dua rakaat-dua rakaat ini berlaku di malam hari dan juga di siang hari, sehingga salat Duha pun termasuk di dalamnya.

Sebagai kesimpulan, salat Duha adalah amalan yang ringan, namun dapat mendatangkan cinta Allah Ta’ala kepada kita. Amalan yang bisa kita selesaikan hanya dengan beberapa menit saja, namun akan menjadikan kita sebagai pribadi yang gemar bertobat kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu, mari bersemangat untuk konsisten di dalam mengamalkannya. Sempatkanlah barang 5 menit untuk mengambil 2 rakaat Duha ini.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik untuk bisa terus menerus mengamalkannya, merebut ghanimah yang paling mulia. Semoga Allah Ta’ala menumbuhkan rasa cinta kita kepada ibadah yang mulia ini. Wallahu a’lam bisshowaab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/79456-salat-dhuha-salat-orang-yang-gemar-bertobat.html

Ini 5 Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha

ADA banyak sekali keutamaan dan manfaat Sholat Dhuha, terlebih terkait masalah rezeki. Kebanyakan umat Muslim melaksanakan shalat ini karena punya keinginan atau ingin rezekinya dilancarkan oleh Allah.

Pada dasarnya, shalat duha merupakan salah satu shalat sunnah yang dilaksanakan pada pagi hari, lebih tepatnya di waktu dhuha.

Waktu ini adalah ketika matahari mulai naik dari peraduannya kurang lebih sebanya 7 hasta sampai menjelang waktu dzuhur. Meskipun begitu, ada beberapa anjuran yang menyebutkan bahwa shalat dhuha ini lebih baik dilakukan pada akhir waktu dhuha.

Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha,  Dijanjikan Pahala dan Surga

Orang-orang yang menjalankan salat dhuha secara rutin akan dijanjikan oleh pahala dan surga sesuai hadis yang berbunyi : “Barang siapa yang shalat dhuha dua rakaat, maka tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakan sebanyak empat rakaat, maka ditulis sebagai orang yang ahli ibadah.

Barangsiapa yang secara rutin mengerjakan sholat dhuha juga akan mendapatkan istana megah di surga kelak kemudian hari. Adapun sabda mengenai keutamaan sholat dhuha ini yaitu sebagai berikut, “Barang siapa sholat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Berikut keutamaan dan rahasia sholat Dhuha bagi yang mengerjakan:

1). Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha: Dibuatkan Istana di Surga

Nabi Muhammad ﷺ dalam hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah bersabda mengenai keutamaan sholat dhuha 12 rakaat. Bagi yang mengerjakan akan diberikan Allah SWT istana di surga. “Barang siapa sholat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga.”.

2). Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha:Diampuni Dosanya

Allah SWT akan mengampuni umat-Nya yang mengerjakan sholat Dhuha di pagi harinya. Hal itu sesuai dalam hadist Rasulullah dalam riwayat Tirmidzi,

“Siapapun yang melaksanakan sholat Dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.”

3). Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha: Mencegah Penyakit

Dikutip dari buku ‘Berkah Shalat Dhuha’ karya M Khalilurrahman Al Mahfani, seorang profesor medis Dr Ha Ali Saboe dan Prof Dr Vanshreber mengatakan bahwa setiap gerakan sholat memiliki manfaat kesehatan agi tubuh yang tak terhingga.

Ia melihat bahwa gerakan sholat dapat mengurangi, dan bahkan dapat mencegah penyakit jantung. “Setiap penyimpangan dari gerakan sholat akan mengubah fungsi dan manfaat yang ada, dan dalam syariat, hal itu tidak dibenarkan.” tulis dia.

4). Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha: Dua rakaat sholat dhuha senila dengan 360 sedekah

“Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan sholat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim).

5). Keutamaan dan Manfaat Sholat Dhuha: Pahala seperti bersedekah

Mengerjakan sholat dhuha memiliki nilai yang sama seperti nilai amalan sedekah. Sedekah yang dimaksud adalah sedekah yang diperlukan oleh 360 persendian tubuh kita. []

Doa Sesudah Sholat Dhuha

Sesudah melaksanakan sholat sunnah, dianjurkan bagi umat Islam untuk bermunajat. Tujuannya adalah untuk menambah keimanan, ketakwaan, dan juga memohon agar segala harapan dapat diijabah oleh Yang Maha Kuasa.

Dalam kitab Irsyad At-Thalabah karya kumpulan santri Pondok Pesantren Daarul Rahman disebutkan bacaan doa sesudah sholat dhuha di pagi hari. Berikut doanya:

“اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَاَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ”

Allahumma inna ddhuha-a dhuha-uka walbaha-a baha-uka, wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal qudrata qudratuka wal ishmata ishmatuka, allahumma in kaana rizqiy fi as-samaa-i fa-anzilhu wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu wa in kaana mu’siran fayassirhu wa in kaana haraaman fathahirhu wa kn kaana baidan faqarribhu bihaqqi dhuhaaika wa bahaaika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika aatinii maa ataita bihi ibadaka as-shaalihin,”

Yang artinya, “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku ada di langit maka turunkanlah, apabila dia ada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila dia sulit bagiku maka mudahkanlah, apabila dia haram sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, dan kekuatan-Mu. Berikanlah kepdaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih,”.

Sholat dhuha juga dikenal oleh mayoritas umat Muslim sebagai sholat yang identik dengan permohonan rezeki. Namun tetap saja di dalam hati dan niat, setiap apapun ibadah yang dilakukan harus diniatkan dengan dalam hanya untuk Allah SWT.

IHRAM