Tata Cara Shalat Gerhana Lengkap

Berikut ini tata cara shalat gerhana lengkap.  Shalat gerhana merupakan salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Shalat sunnah yang satu ini disunnahkan ketika terjadi gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana rembulan.

Syekh Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam salah satu kitabnya mendefinisikan gerhana (kusuf) dengan arti hilangnya sinar matahari, atau hilangnya cahaya rembulan secara keseluruhan atau sebagiannya saja. Dalam keadaan tersebut, dalam Islam disunnahkan untuk melakukan shalat sunnah yang dikenal dengan shalat sunnah gerhana.

Dalil yang menganjurkan untuk melakukan shalat sunnah gerhana ialah firman Allah swt. dalam Al-Qur’an, yaitu:

وَمِنْ آياتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ، وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.

Artinya, “Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, mata-hari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS Fussilat: 37).

Dalam hadist juga disebutkan, Rasulullah bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حتَّى تَنْكَشِفَ.

Artinya, “Matahari dan bulan merupakan setengah dari beberapa tanda kekuasaan Allah, bukan karena matinya seseorang atau bukan (pula) karena hidupnya, maka ketika kalian melihat gerhana, berdoalah dan shalatlah sampai gerhana tersebut hilang (terang).” (HR Al-Bukhari).

Hukum dan Waktu Shalat Gerhana Matahari

Para ulama sepakat bahwa melaksanakan shalat sunnah gerhana hukumnya sunnah, baik bagi laki-laki dan perempuan, bepergian (musafir) dan orang yang diam di rumah (muqim), sesuai dengan dua dalil di atas.

Intinya, semua umat Islam yang sudah mempunyai kewajiban (khitab) untuk melakukan shalat lima waktu, maka sunnah baginya ikut serta dalam melaksanakan shalat gerhana. Bahkan, kesunnahan ini merupakan sunnah yang sangat dianjurkan (mu’akkad) untuk dilakukan ketika terjadi gerhana. Dan, makruh hukum meninggalkannya.

Sedangkan waktu pelaksanaan shalat gerhana matahari sebagaimana yang dijelaskan oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, ialah mulai dari awal gerhana sampai terang kembali, atau sampai terbenamnya matahari jika berupa gerhana matahari, meskipun masih dalam keadaan gerhana.

Artinya, jika matahari sudah kembali normal, atau masih gerhana namun sudah terbenam, maka waktu disunnahkannya shalat gerhana sudah tidak ada. (Habib Zain bin Smith, Taqriratus Sadidah fil Masailil Mufidah, [Darul Mirats an-Nabawi, 2003), halaman 347).

Tata Cara dan Teknis Pelaksanaan Shalat Gerhana

Shalat gerhana dilakukan tanpa didahului dengan adzan atau iqamah. Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafadz “Asshalatu Jami’ah.”

Dalam kitab Syarah Yaqutun Nafis disebutkan bahwa shalat gerhana bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga cara, yaitu:

  1. Shalat dua raka’at seperti shalat sunnah tahiyatal masjid, dengan memperpendek bacaan-bacaannya, dan cara ini merupakan cara paling gampang dan ringan.
  2. Shalat dua raka’at dengan dua kali berdiri, dua kali ruku’, dalam setiap raka’at tanpa memperpanjang bacaan-bacaannya.
  3. Shalat dua raka’at dengan dua kali berdiri, dua kali ruku’ dalam setiap raka’atnya, serta memperpanjang bacaan-bacaan di dalam shalat. Dan cara inilah yang paling utama.

Teknis pelaksanaan atau tata cara shalat gerhana dengan cara yang pertama adalah sebagaimana shalat biasanya yang terdiri dari dua raka’at, yaitu dimulai dengan niat. Adapun lafadz niatnya shalat gerhana matahari, yaitu:

أُصَلِّي سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan likusufisy syamsi rak’ataini lillahi ta’ala

Artinya, “Saya niat shalat sunnah gerhana matahari dua raka’at karena Allah ta’ala.”

Sedangkan lafal niat shalat gerhana rembulan, yaitu:

أُصَلِّي سُنَّةً لِخُسُوْفِ القَمَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan likhusyufil qamari rak’ataini lillahi ta’ala

Artinya, “Saya niat shalat sunnah gerhana rembulan dua raka’at karena Allah ta’ala.”

Setelah itu takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca ta’awudz, dan surat Al-Fatihah, dilanjut dengan membaca surat-surat pendek, rukuk, i’tidal, berdiri untuk melakukan sujud, selanjutnya sujud, tahiyat, membaca dua kalimat syahadat, membaca shalawat ibrahimi, dan diakhiri dengan salam.

Adapun teknis pelaksanaan shalat gerhana dengan cara yang kedua yaitu melaksanakan shalat dengan cara dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali rukuk. Begini penjelasannya, setelah melaksanakan rukuk (sebagaimana teknis awal), ia melakukan i’tidal dan kembali pada posisi tegak (berdiri) serta kedua tangan ditaruh kembali di bawah dada dan di atas pusar untuk berdiri yang kedua kalinya.

Setelah itu, ia kembali membaca surat Al-Fatihah kedua kalinya serta membaca surat pendek sebagaimana bacaannya yang pertama. Dilanjut dengan rukuk dan i’tidal, kemudian sujud dua kali dan melakukan thuma’ninah di setiap sujudnya. Setelah tahapan ini selesai, ia kembali berdiri untuk mengerjakan rakaat yang kedua, sesuai dengan cara yang telah dijelaskan.

Begitupun dengan teknis yang ketiga, sebenarnya cara yang ini sama dengan cara yang kedua, hanya saja yang membedakan adalah bacaan-bacaannya dalam pelaksanaan shalat, yaitu:

  1. Setelah membaca surat Al-Fatihah pada rakaat yang pertama, ia membaca surat Al-Baqarah. Namun, jika tidak memungkinkan dibaca secara keseluruhan, maka cukup membaca separuhnya.
  2. Ketika melaksanakan rukuk yang pertama, membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca seratus ayat Al-Qur’an.
  3. Ketika berdiri untuk kedua kalinya (setelah melakukan rukuk) dan membaca Al-Fatihah maka membaca surat Ali-‘Imran.
  4. Ketika melaksanakan rukuk yang kedua, membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca delapan puluh ayat Al-Qur’an.
  5. Ketika berdiri untuk ketiga kalinya, setelah membaca surat Al-Fatihah ia membaca surat An-Nisa’.
  6. Ketika melaksanakan rukuk yang ketiga, membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca tujuh puluh ayat Al-Qur’an.
  7. Ketika berdiri untuk terakhir kalinya (yang keempat), setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Maidah.
  8. Dan ketika melaksanakan rukuk yang terakhir (empat), membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca lima puluh ayat Al-Qur’an.
  9. Ketika sujud yang pertama ia membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca seratus ayat Al-Qur’an, sujud kedua delapan puluh ayat, sujud ketiga tujuh puluh, dan sujud keempat lima puluh ukuran ayat Al-Qur’an. (Habib Muhammad bin Ahmad asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Darul Hawi, 1997], halaman 271-272).
Anjuran Dalam Shalat Gerhana 
  1. Disunnahkan mandi sebelum melaksanakan shalat gerhana, tanpa berhias, dengan niat sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِصَلَاةِ الْكُسُوْفِ/لِخُسُوْفِ القَمَرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla lishalatil kususfi/likhusyufil qamari sunnatan lillahi ta’ala

Artinya, “Aku niat mandi untuk gerhana matahari/gerhana rembulan sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Tidak disunnahkan mengeraskan bacaan jika berupa shalat sunnah gerhana matahari, dan sunnah untuk mengeraskan jika berupa gerhana rembulan.
  2. Jika dilakukan secara berjama’ah, maka disunnahkan bagi Imam untuk berkhutbah, sebagaimana khutbah shalat jum’at.  Namun, dalam hal ini hendaklah bagi khatib memotivasi para jama’ah terhadap kebaikan, berupa tobat, sedekah, dan kebaikan lainnya, serta mengajak untuk meninggalkan kemaksiatan dan segala kejelekan lainnya. Anjuran khutbah ini tidak berlaku bagi orang yang melakukan shalat gerhana secara sendiri.
  3. Disunnahkan untuk tidak dilakukan secara berjamaah apabila terjadi gempa, petir yang menakutkan, dan angin kencang. (Habib Zain, Taqriratus Sadidah fil Masailil Mufidah, , 2003), halaman 348).
Hikmah Disyariatkannya Shalat Gerhana

Menurut Habib Ibrahim bin Smith, hikmah disyariatkannya shalat gerhana adalah sebagai peringatan kepada orang-orang yang menyembah dan mempertuhankan matahari dan bulan, bahwa keduanya tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun.

Tidak bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan, tidak pula memberikan manfaat dan mudharat, keduanya sama-sama makhluk Allah yang tidak boleh disembah, tentunya, sebagai makhluk tidak boleh diperlakukan sebagaimana khalik (pencipta).

Karena seandainya matahari dan bulan memiliki kekuatan maka ia akan menolak kekurangan yang ada pada dirinya, dan sinarnya tidak akan pernah hilang. (Habib Zain, Taqriratus Sadidah fil Masailil Mufidah, 2003, halaman 347). Wallahu A’lam.

Demikian penjelasan tata cara shalat Gerhana lengkap. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Tata Cara Shalat Gerhana Matahari, Niat, dan Sunnah-Sunnahnya

Shalat gerhana matahari disyariatkan ketika terjadi gerhana matahari. Apa hukumnya, bagaimana tata cara dan niatnya, adakah doa khusus dan contoh khutbah dari Rasulullah? Berikut ini pembahasannya.

Hukum Shalat Gerhana

Gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanda kebesaran-Nya. Ketika terjadi gerhana, Islam mensyariatkan shalat gerhana.

وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 37)

Syaikh Wahbah az Zuhaili ketika menafsirkan ayat ini dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, yakni melaksanakan shalat ketika terjadi gerhana.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai gerhana dan shalat gerhana:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)

Dari ayat dan hadits tersebut serta hadits lainnya, para ulama menjelaskan bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

Tata Cara Shalat Gerhana Matahari

Shalat gerhana matahari boleh dilakukan sendiri-sendiri, boleh pula dilakukan secara berjama’ah, dengan khutbah atau tanpa khutbah.

Namun, berjamaah di Masjid yang ditempati shalat Jumat lebih utama karena dulu Rasulullah mengerjakannya secara berjamaah di Masjid. Imam mengeraskan bacaannya (surat Al Fatihah dan surat lainnya) dan ada khutbah setelah shalat gerhana.

Shalat gerhana matahari dikerjakan dua rakaat, dalam setiap rakaat dua kali ruku’. Waktu pelaksanaannya terbentang sejak mulainya gerhana (matahari mulai tertutupi) hingga gerhana berakhir (matahari kembali ke kondisi semula).

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, sebelum shalat gerhana dimulai, hendaklah muadzin mengumandangkan lafadz “ash shalaatu jaami’ah.”

1. Ringkasan Tata Cara

Secara ringkas, berikut ini tata cara shalat gerhana matahari:

  1. Niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya (imam membaca jahr)
  4. Ruku’. Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri.
  5. Berdiri lagi, baca Al Fatihah dan surat lainnya (disunnahkan lebih pendek dari sebelumnya)
  6. Ruku’ lagi (disunnahkan lebih pendek dari ruku’ pertama)
  7. I’tidal
  8. Sujud
  9. Duduk di antara dua sujud
  10. Sujud kedua
  11. Berdiri lagi (rakaat kedua), membaca surat Al Fatihah dan lainnya
  12. Ruku’. Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri.
  13. Berdiri lagi, baca Al Fatihah dan surat lainnya (disunnahkan lebih pendek dari sebelumnya)
  14. Ruku’ lagi (disunnahkan lebih pendek dari ruku’ pertama)
  15. I’tidal
  16. Sujud
  17. Duduk di antara dua sujud
  18. Sujud kedua
  19. Duduk tasyahud akhir
  20. Salam

Setelah selesai shalat gerhana, khatib memberikan khutbah.

2. Hadits Tata Cara Nabi Shalat Gerhana

Ringkasan tata cara shalat gerhana matahari di atas berdasarkan hadits shahih yang terjemahnya sebagai berikut:

Pada saat Nabi hidup, terjadi gerhana matahari. Rasulullah keluar ke masjid, berdiri dan membaca takbir. Orang-orang pun berdatangan dan berbaris di belakang beliau. Beliau membaca surat yang panjang. Selanjutnya beliau bertakbir dan ruku’. Beliau memanjangkan waktu ruku’ hampir menyerupai waktu berdiri.

Selanjutnya beliau mengangkat kepala dan membaca “Sami’allaahu liman hamidah, rabbanaa walakal hamdu”. Lalu berdiri lagi dan membaca surat yang panjang, tapi lebih pendek daripada bacaan surat yang pertama. Kemudian beliau bertakbir dan ruku’. Waktu ruku’ ini lebih pendek daripada ruku’ pertama. Setelah itu beliau sujud.

Pada rakaat berikutnya, beliau melakukan perbuatan yang sama hingga sempurnalah empat ruku’ dan empat sujud.

Setelah itu matahari muncul seperti biasanya, yaitu sebelum beliau pulang ke rumah. Beliau terus berdiri dan menyampaikan khutbah, memuji Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya. Tak lama kemudian, beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)

Baca juga: Shalat Istikharah

Niat Shalat Gerhana Matahari

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafalkan niat hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jika menjadi makmum, lafadz niat shalat gerhana matahari adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini ma’muuman lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat shalat gerhana matahari dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala”

Artinya: “Aku niat shalat gerhana matahari dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala”

niat shalat gerhana matahari imam

Jika menjadi imam, lafadz niat shalat gerhana matahari adalah sebagai berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْكُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini imaaman lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat shalat gerhana matahari dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala”

niat shalat gerhana matahari

Khutbah Shalat Gerhana

Disunnahkan ada khutbah setelah shalat gerhana berjamaah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkannya dalam hadits di atas.

Isi khutbah Rasulullah adalah memuji Allah dengan puji-pujian kepadaNya, lalu beliau bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain beliau bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ

“Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan itu bukanlah karena kematian atau kehidupan seeorang. Maka jika engkau melihatnya, ingatlah dan berzikirlah kepada Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dalam khutbah shalat gerhana hendaknya disampaikan kepada jamaah tentang taubat dari segala dosa, berbuat kebaikan seperti sedekah, berdoa dan beristighfar.

Sunnah-Sunnah Saat Terjadinya Gerhana

Selain shalat gerhana, ada beberapa amal lain yang disunnahkan saat terjadinya gerhana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai amal-amal sunnah ketika terjadi gerhana:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan tidaklah terkait kematian atau kehidupan seseorang. Karenanya jika kalian melihat gerhana itu, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah dan bersedekahlah. (HR. Bukhari)

Dalam Fiqih Sunnah, Sayid Sabiq menyebutkan hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Pada suatu ketika, terjadi gerhana matahari, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri untuk mengerjakan shalat dan bersabda, “Jika engkau melihat gerhana, segeralah berzikir kepada Allah, berdoa dan memohon ampunan kepadaNya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan dua hadit itu, selain shalat gerhana matahari, ada empat amal yang disunnahkan saat terjadinya gerhana matahari:

1. Berdoa

Pada saat gerhana matahari, kita dianjurkan untuk banyak berdoa kepada Allah. Di antara keutaman doa ketika gerhana ini, doa-doa tersebut insya Allah mustajab. Dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

2. Dzikir dan takbir

Sunnah saat terjadinya gerhana yang kedua adalah berdzikir. Dzikir apa? Dzikir apa saja yang termasuk kalimat thayyibah, terutama takbir karena disebutkan secara khusus dalam hadits tersebut. Yang perlu dipahami, membaca takbir ketika terjadi gerhana tak perlu keras-keras. Cukup didengar oleh dirinya sendiri.

3. Istighfar

Sunnah saat terjadinya gerhana matahari berikutnya adalah bersitighfar. Memohon ampun kepada Allah. sebagaimana doa yang dikabulkan, memohon ampunan pada momen ini insya Allah membuat dosa-dosa diampuni.

4. Sedekah

Sunnah saat terjadinya gerhana matahari yang keempat adalah bersedekah. Jika amal-amal sunnah sebelumnya terkait amal fisik, yang keempat ini adalah amal maliyah. Amal finansial. Perbanyak sedekah saat terjadinya gerhana.

Demikian panduan shalat gerhana matahari mulai dari hukum, tata cara, niat hingga sunnah-sunnah saat terjadinya gerhana. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]