Apakah Istri Rasulullah Dijamin Masuk Surga? 

Apakah istri Rasulullah dijamin masuk surga? Pasalnya ada beberapa orang sahabat yang dikabarkan mendapat jaminan masuk surga. Ini merupakan nash langsung dari Rasulullah Saw, berikut adalah redaksi hadisnya;

وعن أبي ذر قال: دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- منزل عائشة فقال: “يا عائشة ألا أبشرك؟ ” قالت: بلى يا رسول الله, قال: “أبوك في الجنة ورفيقه إبراهيم, وعمر في الجنة ورفيقه نوح, وعثمان في الجنة ورفيقه أنا, وعلي في الجنة ورفيقه يحيى بن زكريا, وطلحة في الجنة ورفيقه داود, والزبير في الجنة ورفيقه إسماعيل, وسعد بن أبي وقاص في الجنة ورفيقه سليمان بن داود, وسعيد بن زيد في الجنة ورفيقه موسى بن عمران, وعبد الرحمن بن عوف في الجنة ورفيقه عيسى ابن مريم, وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة ورفيقه إدريس عليه السلام”

“Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar ra, bahwa Rasulullah masuk kerumah Aisyah ra dan bersabda:

“Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?”

Aisyah menjawab : “Tentu, ya Rasulullah.”

Lalu Nabi SAW bersabda, ”Ada sepuluh orang yang mendapat kabar gembira masuk surga, yaitu : Ayahmu masuk surga dan kawannya adalah Ibrahim, Umar masuk surga dan kawannya Nuh, Utsman masuk surga dan kawannya adalah aku, Ali masuk surga dan kawannya adalah Yahya bin Zakariya, Thalhah masuk surga dan kawannya adalah Daud, Azzubair masuk surga dan kawannya adalah Ismail, 

Sa’ad masuk surga dan kawannya adalah Sulaiman, Said bin Zaid masuk surga dan kawannya adalah Musa bin Imran, Abdurrahman bin Auf masuk surga dan kawannya adalah Isa bin Maryam, Abu Ubaidah ibnul Jarrah masuk surga dan kawannya adalah Idris as.” (Muhibbuddin Al-Thabari, Al-riyadh al-nadhrah fi Manaqib al-asyrah Juz 1 Hal. 35)

Demikian adalah beberapa nama yang dinash masuk surga, Salah seorang ulama’ membahasnya secara rinci dalam satu kitab. Judulnya adalah Riyadh al-nadhrah fi manaqib al-asyrah, karya dari Muhibbuddin al-Thabari.

Lalu bagaimana dengan nasib dari ummahat al-mukminin, apakah Rasulullah saw juga menjamin istri-istrinya masuk surga? Syekh Ali al-Shabuni membahas ini dalam salah satu karya tafsirnya, beliau mengatakan;

الحكم السابع: هل يقطع لأمهات المؤمنين بدخول الجنة؟

“Apakah istri-istrinya Rasulullah saw juga dipastikan masuk surga?”

اتفق العلماء على أن العشرة المبشرين بالجنة، الذين أخبر عنهم الرسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الأحاديث الصحيحة، يقطع لهم بدخول الجنة، لأنّ خبر الرسول حق وهو بوحي من الله تعالى، وقد ألحق بعض العلماء أمهات المؤمنين بالعشرة المبشرين، بأن يقطع لهن بدخول الجنة، واستدلوا بقوله تعالى: {لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ} بناءً على أن الآيات الكريمة نزلت في أزواج النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ عامة وفي شأن عائشة خاصة، والرزق الكريم الذي أشارت إليه الآية يراد منه الجنة بدليل قوله تعالى في مكان آخر {وَمَن يَقْنُتْ مِنكُنَّ للَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحاً نُؤْتِهَآ أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقاً كَرِيماً} [الأحزاب: 31] وهو استدلال حسن.

“Ulama’ konsensus bahwasanya ada 10 orang yang dijamin masuk surga, yaitu figur-figur yang telah Rasulullah saw nash dalam hadis. Sebab sabdanya Rasulullah saw merupakan kalam yang haq, yang diwahyukan oleh Allah azza wa jalla kepadanya. 

Sebagian ulama’ ada yang menganalogikan ummahatul mukminin atau istri-istrinya Rasulullah saw dengan 10 orang yang dijamin masuk surga. Mereka bertendensi pada firman Allah swt dalam ayat yang berarti “mereka akan mendapat ampunan dan rezeki yang mulia”. 

Ayat tersebut turun untuk istri-istri nabi saw umumnya, dan Sayyidah Aisyah RA khususnya. Adapun rezeki mulia yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah surga, sebagaimana firmannya Allah swt dalam al-quran surat al-Ahzab ayat 31 

“Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia”, ini merupakan istidlal yang bagus”. (Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i al-bayan, https://al-maktaba.org/book/12347/707#p5 Juz 2 Hal. 115)

Ketika mengutarakan pendapat ini, Syekh Ali al-Shabuni menyitir pendapatnya 2 Imam agung dalam bidang exegesis, yaitu Imam Fakhruddin al-Razi dan Imam Al-Alusi. Beliau berdua juga berpendapat bahwa istri-istri Rasulullah saw masuk surga bersama beliau. Tentunya ini berbeda pendapat dengan kalangan Rafidhah yang menganggap bahwa Aisyah RA masuk neraka, atas konflik perang jamal.

Dengan demikian, bisa kita ketahui bahwasanya ternyata ada lagi beberapa figur lain yang dijamin masuk surga. Mereka itu adalah istri-istri Rasulullah saw, semoga kita juga mendapatkan nikmat yang mulia ini.

Demikian penjelasan terkait apakah istri Rasulullah dijamin masuk surga? Semoga bermanfaat. Amin ya robb.

BINCANG SYARIAH

Khadijah

Khadijah binti Khuwailid menenangkan kegelisahan suaminya, Muhammad SAW, manakala menerima wahyu pertama di gua Hira`. Saat itu, Muhammad mengalami ketakutan karena didekap oleh Malaikat Jibril dan disuruh membaca, padahal beliau tidak dapat membaca. Muhammad pulang dengan membawa ketakutan seraya meminta Khadijah untuk menyelimutinya.

Khadijah menghibur suaminya tercinta seraya berkata, ”Sekali-kali tidak. Demi Allah. Allah tidak akan menghinakan engkau selamanya. Sesungguhnya engkau selalu menyambung hubungan keluarga, engkau memikul beban tanggungan orang lain, engkau mengusahakan kerja bagi para penganggur, engkau memuliakan tamu, dan engkau juga mengerjakan berbagai kebaikan.” (Shahih Al-Bukhari 1/5).

Muhammad SAW adalah lelaki terbaik sepanjang zaman dan manusia yang paling bertakwa kepada Allah. Walau demikian, beliau adalah manusia biasa yang mungkin saja mengalami ketakutan. Pada saat itulah, peran seorang istri shalihah sangat diperlukan di dalam menstabilkan keguncangan psikis yang dialami sang suami.

Khadijah adalah istri teladan. Dia adalah wanita yang menafkahkan dirinya dan hartanya untuk perjuangan Islam. Dia senantiasa setia menemani suaminya dalam segala keadaan, bahkan dalam kondisi tersulit sekalipun. Pantaslah bila Nabi SAW merasa sangat kehilangan ketika Khadijah wafat, dan beliau terus mengenang istrinya itu sepanjang hayat.

Khadijah adalah gambaran keteladanan seorang istri. Ia mendampingi suaminya dalam usaha untuk meraih surga, dan mereka berdua berhasil meraihnya. Khadijah mendorong suaminya untuk bangkit berdakwah, manakala sang suami mengalami ”trauma psikologis” saat menerima wahyu pertama.

Allah menghargai peran serta Khadijah di dalam perjuangan Islam. Sebuah rumah di surga telah disediakan untuk Khadijah, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadis. ”Nabi SAW memberi kabar gembira kepada Khadijah berupa rumah yang terbuat dari permata, tiada suara bising di sana, dan tiada pula keletihan.” (Shahih Al-Bukhari 12/188, hadis no. 3535).

Para istri, mari berkaca lagi. Sudahkan Khadijah ada dalam jiwa kita? Sudahkan kita menjadi Khadijah bagi suami kita? Ataukah kita masih menjadi istri yang berdiri di samping suami tapi tidak mampu menenangkan kegelisahan suami dan justru menjadi sebab kegelisahan suami?

Oleh: Erwan Roihan

IHRAM