Bedanya Iblis, Setan, dan Jin?

Mengenal musuh merupakan bagian dari perlawanan terhadapnya. Bagi orang beriman, iblis dan setan merupakan musuh yang nyata (QS Yasin [36]: 60).

Lantas, siapakah iblis dan setan itu? Kemudian, bagaimana pula perbedaannya?

Iblis

Iblis dalam etimologi bahasa Arab diambil dari kata balasa yang artinya tidak mempunyai kebaikan sedikit pun (man la khaira ‘indah). Sebagian pakar bahasa Arab ada pula yang mengatakan diambil dari kata ablasa yang berarti putus asa. Hal ini dimaksudkan karena iblis telah berputus asa dari rahmat Allah. Menurut riwayat, dahulu iblis bernama Naail atau sebagian riwayat mengatakan Azazil. Setelah dikutuk Allah, ia dipanggil dengan nama iblis.

Jadi, iblis merupakan nama sesosok makhluk. Ia adalah nenek moyang dari bangsa jin, sebagaimana Adam merupakan nenek moyang umat manusia. Seperti jin yang lain, iblis diciptakan Allah dari nyala api (QS al-A’raaf [7]: 12). Jadi, iblis sebangsa dengan jin sebagaimana firman Allah, “Dia (iblis) adalah dari golongan jin.” (QS al-Kahfi [18]: 50).

Dahulu, makhluk yang sebelumnya bernama Naail atau Azazil ini sebenarnya makhluk yang paling saleh di antara para malaikat. Secara penciptaan, ia lebih mulia dari malaikat yang hanya diciptakan dari cahaya. Sedangkan, ia diciptakan dari biang cahaya itu, yakni api.

Ketika Allah mengatakan, ada di antara makhluknya yang akan menjadi iblis, seluruh malaikat meminta kepada Naail agar didoakan tidak dijadikan Allah menjadi iblis. Ia mendoakan seluruh malaikat, tapi lupa mendoakan dirinya sendiri. Akhirnya, dirinyalah yang ternyata menjadi iblis.

Naail inilah yang dilaknat dan diusir dari surga karena membangkang kepada Allah ketika diperintahkan sujud kepada Adam (QS al-Baqarah [2]: 34). Setelah dilaknat, ia diberi nama iblis. Ia berdoa agar dipanjangkan umur untuk bisa menyesatkan manusia. Jadi, hingga saat ini iblis masih terus ada bersama anak keturunannya untuk menyesatkan umat manusia.

Setan

Adapun setan merupakan sifat dari iblis. Setan bukanlah makhluk, melainkan sifat. Sama halnya dengan kata munafik atau fasik. Jadi, sebutan setan tidak hanya berasal dari golongan jin, tetapi juga dari golongan manusia. Sebagaimana firman Allah, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin.” (QS al-An’am [6] :112).

Dalam Majma’ al-Bahrain, klausul sya-thana disebutkan, setan secara etimologi bahasa Arab diambil dari kata sya-tha-na yang bermakna menjauh. Ini dimaksudkan mereka yang disebut setan jauh dari Allah dan menjauhkan orang beriman dari Rabb mereka. Ja’far Syariatmadari dalam Syarh wa Tafsir Lughat Qur’anmendefinisikan, setiap makhluk yang sangat susah menerima kebenaran dan hakikat baik dari golongan manusia atau jin atau dari kalangan hewan sekalipun, maka ia termasuk setan.

Jadi, manusia bisa disebut setan jika ia menjauhkan orang dari Allah. Setan merupakan sebuah entitas dan laqab (gelar) yang memiliki makna pembangkang atau penentang. Setan dimaknai pula sebagai penyebar fitnah dan menyesatkan.

Muhammad Bistuni dalam bukunya Syaithan Syinasi az Didghae Qur’an Karim menyebutkan, setan memiliki makna yang beragam, yakni salah satu contoh yang paling nyata dari makna itu, iblis dan serdadunya. Contoh lain dari makna setan ini, yaitu manusia-manusia perusak dan menyesatkan. Dan, juga pada sebagian perkara bermakna mikroba-mikroba pengganggu.

Bagi orang beriman, iblis dan setan merupakan musuh yang nyata.

Jin

Sedangkan, jin adalah satu bangsa seperti halnya bangsa manusia. Kendati iblis berasal dari golongan jin, tidak seluruh jin menyesatkan. Ada pula di antara jin yang saleh dan beriman. Jadi, makhluk berakal dari bangsa jin dan manusia sama-sama berpotensi untuk bisa menjadi setan.

Allah telah menciptakan jin terlebih dahulu sebelum menciptakan Adam yang menjadi manusia pertama (QS al-Hijr [15]: 27). Jin telah menjadi penghuni pertama di muka bumi sebelum manusia. Namun, bangsa jin sering melakukan pertumpahan darah dan kerusakan.

Berdasarkan riwayat al-Baihaqi dari Tsa’labah al-Khasyani, Rasulullah pernah memberikan spesifikasi bangsa Jin. “Jin terdiri atas tiga jenis. Ada yang bersayap, mereka terbang di udara. Ada yang berupa ular dan anjing. Ada pula jin yang menempati (suatu tempat) dan berjalan (seperti manusia).” Selain riwayat ini, ada pula yang menyebutkan jenis jin yang disebut al-Ghilan yang mampu berubah berbagai rupa dan bentuk. Kaum cendekiawan dan bangsawan dari golongan jin disebut dengan ifrit. Kaum ini dikenal pula dengan kecerdikan dan kekuatannya. (QS an-Naml [27]: 39).

Jin

Sedangkan, jin adalah satu bangsa seperti halnya bangsa manusia. Kendati iblis berasal dari golongan jin, tidak seluruh jin menyesatkan. Ada pula di antara jin yang saleh dan beriman. Jadi, makhluk berakal dari bangsa jin dan manusia sama-sama berpotensi untuk bisa menjadi setan.

Allah telah menciptakan jin terlebih dahulu sebelum menciptakan Adam yang menjadi manusia pertama (QS al-Hijr [15]: 27). Jin telah menjadi penghuni pertama di muka bumi sebelum manusia. Namun, bangsa jin sering melakukan pertumpahan darah dan kerusakan.

Berdasarkan riwayat al-Baihaqi dari Tsa’labah al-Khasyani, Rasulullah pernah memberikan spesifikasi bangsa Jin. “Jin terdiri atas tiga jenis. Ada yang bersayap, mereka terbang di udara. Ada yang berupa ular dan anjing. Ada pula jin yang menempati (suatu tempat) dan berjalan (seperti manusia).” Selain riwayat ini, ada pula yang menyebutkan jenis jin yang disebut al-Ghilan yang mampu berubah berbagai rupa dan bentuk. Kaum cendekiawan dan bangsawan dari golongan jin disebut dengan ifrit. Kaum ini dikenal pula dengan kecerdikan dan kekuatannya. (QS an-Naml [27]: 39).

Jin

Sedangkan, jin adalah satu bangsa seperti halnya bangsa manusia. Kendati iblis berasal dari golongan jin, tidak seluruh jin menyesatkan. Ada pula di antara jin yang saleh dan beriman. Jadi, makhluk berakal dari bangsa jin dan manusia sama-sama berpotensi untuk bisa menjadi setan.

Allah telah menciptakan jin terlebih dahulu sebelum menciptakan Adam yang menjadi manusia pertama (QS al-Hijr [15]: 27). Jin telah menjadi penghuni pertama di muka bumi sebelum manusia. Namun, bangsa jin sering melakukan pertumpahan darah dan kerusakan.

Berdasarkan riwayat al-Baihaqi dari Tsa’labah al-Khasyani, Rasulullah pernah memberikan spesifikasi bangsa Jin. “Jin terdiri atas tiga jenis. Ada yang bersayap, mereka terbang di udara. Ada yang berupa ular dan anjing. Ada pula jin yang menempati (suatu tempat) dan berjalan (seperti manusia).” Selain riwayat ini, ada pula yang menyebutkan jenis jin yang disebut al-Ghilan yang mampu berubah berbagai rupa dan bentuk. Kaum cendekiawan dan bangsawan dari golongan jin disebut dengan ifrit. Kaum ini dikenal pula dengan kecerdikan dan kekuatannya. (QS an-Naml [27]: 39).

Jalan Masuk Setan ke Dalam Diri Manusia

SETAN adalah musuh yang nyata.
Maka perangilah setan itu.

Bagaimana cara memerangi setan?
Dengan cara memahami dan mengetahui jalan-jalan setan masuk ke dalam diri.

Apa jalan-jalan setan itu?
Ialah mazmumah atau sifat-sifat buruk dalam diri.

Sebagai contoh ialah sifat hasad atau dengki.
Ketika seseorang dengki pada orang lain, ia akan buruk sangka.
Buruk sangka bisa mendatangkan dosa ghibah (menggunjing) bahkan namimah (adu domba).

Lebih jauhnya lagi adalah membuat tuduhan palsu atau memfitnah.
Lebih jauhnya lagi dosa lahir menyakiti, mencelakakan bahkan menghabisi nyawa orang lain.

Bakhil juga termasuk mazmumah dalam diri.
Bagaimana cara mendidik diri dari sifat bakhil?
Hendaklah memberi di saat susah dan senang. Di waklu lapang dan sempit.
Di waktu miskin dan kaya. Di saat berlebih dan kekurangan.

Jika memberi di saat berlimpah rezki itu cari fadhilat atau pahala.
Tapi memberi di saat rasa diri sedang kekurangan dan juga memerlukan, maka di dalamnya ada didikan.
Didikan untuk nafsu, nafsu memang tidak suka kesusahan.
Namun itulah cara mendidiknya

 

INILAH MOZAIK

Setan Makhluk Lemah, Kenapa Takut?

SAYA yakin semua dari kita pernah mengucapkan taawaudz, yaitu ungkapan, “A’dzubillhiminasysyaithnirrojm.” Dan saya yakin semuanya sudah hafal dan kalau ditanya tentang artinya sekilas mungkin banyak yang sudah tahu.

A’dzubillhiminasysyaithnirrojm, Aku memohon perlindungan kepada Allh dari godaan atau setan yang terkutuk.

Tapi:

  • Sudahkah kita mendalami makna dari kalimat yang mulia ini?
  • Sudahkan kita mengetahui kenapa kita diperintahkan oleh Allh Subhnahu wa Ta’la untuk memohon perlindungan kepadanya?
  • Apakah setan adalah makhluk yang kuat sehingga kita perlu bantuan Allh Subhnahu wa Ta’la?
  • Kalau memang setan makhluk yang lemah, kenapa kita perlu meminta bantuan Allh Subhnahu wa Ta’la?

Pertanyaan pertama tentunya adalah kenapa kita minta perlindungan kepada Allh, apakah setan adalah sosok makhluk yang begitu kuat sehingga kita perlu untuk meminta perlindungan kepada Allh, kalau memang setan itu makhluk yang lemah terus kenapa kita tidak mengandalkan kekuatan diri kita saja.

Anda misalnya dirampok oleh sepuluh perampok, yang mana sepuluh perampok itu adalah orang yang kuat-kuat, saya yakin saat itu anda perlu bantuan, anda perlu meminta pertolongan kepada orang lain untuk menghadapi sepuluh perampok yang kuat-kuat tersebut.

Namun sekarang kalau misalnya ada perampok datang kepada anda dia orangnya kurus, lemah bahkan mungkin anak kecil katakanlah, dia anak kecil akan merampok anda dan anda tidak perlu bantuan kepada orang lain karena anda merasa bisa menangani perampok itu sendiri.

Setan adalah makhluk yang lemah, silahkan anda dalam AlQuran surat An Nisa ayat 76 disitu Allah subhanahu watala berfirman, “Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah”

Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah, jadi sejatinya setan adalah makhluk yang lemah, setan adalah makhluk yang lemah, terus kenapa kita perlu bantuan dari Allah subhanahu wataala untuk menghadapi makhluk yang lemah tersebut?

Apakah kita tidak cukup dengan kekuatan yang kita miliki sendiri, mengapa kita perlu butuh bantuan Allah subhanahu wataala?

Jawabannya adalah karena kita sebagai manusia juga makhluk yang lemah, makannya dalam AlQuran surat An Nisa juga, dan ini menarik, surat An Nisa juga di ayat berbeda yaitu ayat ke 28 Allah subhanahu wataala menegaskan, “Manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang lemah”

Berarti setan lemah dan manusia juga lemah, berarti sekarang lemah versus lemah, ah kalau lemah ketemu sama lemah siapa yang menang, yang jadi pertanyaan siapa yang menang?

Yang menang adalah yang minta pertolongan kepada yang maha kuat yaitu Allh Subhnahu wa Ta’la, dari sinilah kemudian Allh Subhnahu wa Ta’la berfirman di dalam surat yang lainnya yaitu dalam Alquran surat Al Araf ayat 200, Allh Subhnahu wa Ta’la berfirman:

“Seandainya kalian sedang diganggu oleh setan maka mintalah perlindungan kepada Allh Subhnahu wa Ta’la. Sesungguhnya Allh Subhnahu wa Ta’la Maha Mendengar dan Maha Melihat”

Jadi dalam ayat ini Allh Subhnahu wa Ta’la memerintahkan kita untuk meminta perlindungan kepada Allh jala wa ala karena Allh Subhnahu wa Ta’la punya kemampuan supaya kita menang melawan setan kita harus minta perlindungan dan pertolongan serta bantuan dari Dzat yang Maha Kuat yaitu Allh Subhnahu wa Ta’la.

Dari sinilah kita diperintahkan untuk beristiadzah, maka jangan sampai diantara kita terlalu mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, mentang-mentang saya udah salat lima waktu dengan rajin, saya sudah berdzikir, saya sudah berpuasa, saya sudah berhaji tidak mungkin setan akan menang melawan saya, ini semuanya adalah penyakit yang sangat berbahaya. Baca juga: Haram Menggantungkan Diri pada 3 Hal ini.

[catatan kajian/Ustadz Abdullah Zaen, MA]

INILAH MOZAIK