Oleh Agung Sasongko dari Madinah, Arab Saudi
Sebanyak 58.981 jamaah haji Indonesia dari 153 kloter telah diberangkatkan ke Madinah. Sementara, 48.603 Orang jamaah haji masih berada di Madinah menunggu jadwal keberangkatan menuju Makkah.
Untuk hari ini dijadwalkan, 6.573 jamaah haji dari 17 kloter berangkat ke Makkah. Adapun jadwalnya, ada 11 kloter dijadwalkan berangkat pukul 8.00 Waktu Arab Saudi (WAS), dua kloter pada pukul 14.00 WAS, dan empat kloter pada pukul 18.00 WAS.
Nana Sudiana, jamaah haji dari SOC 10 berbagi kiat bagi Jamaah haji dari Madinah yang bari tiba di Makkah :
Pertama, hapalkan nama dan lokasi pemondokan (hotel).
Begitu sampai di pemondokan (hotel), jamaah haji bisa langsung meminta kartu nama hotel dan mencatat nama hotelnya.
Catat, bila perlu memfoto nama hotel di bagian depan gedung tersebut.
Jamaah juga bisa memastikan men-tag nama hotel di peta digital yang ada di telepon seluler masing-masing. Dari peta digital ini juga bisa dilihat, bangunan apa saja yang berada di sekitar hotel.
Tak lupa, dalam peta digital tadi, lihat juga arah, rute serta jarak tempuh hotel ke masjidil haram, baik bila dengan berjalan kaki atau dengan mobil.
Mengenal dengan baik nama hotel dan letaknya, di tengah bangunan yang hampir serupa akan menjadi kunci jamaah haji tak tersesat ketika menuju atau pulang dari masjidil haram.
Kedua, kenali pintu masuk masjid dengan baik.
Menurut Nana yang juga Direktur Akademizi ini, Masjidil haram memiliki luas bangunan yang sangat besar. Luasnya sekitar 365 ribu meter persegi. Sebelum dilakukan revitalisasi, keseluruhan pintu masuk Masjidil Haram berjumlah 120 buah.
Dari semua pintu, mengelompok menjadi lima pintu utama. Perinciannya mulai dari pintu bernama Bab King Fahad, nama ini mencakup pintu masuk nomor 70 hingga 93. Bab Umrah, King Abdul Aziz, King Abdullah, dan Safa Marwah mencakup pintu-pintu bernomor 20 sampai 25.
Kelompok pintu King Fahd, King Abdul Aziz dan King Abdullah akan mengarahkan pada masjid baru hasil revitalisasi Masjidil Haram. Posisinya tepat menghadap Hotel Dar at Tauhid Continental serta Zam-zam Tower.
“Penamaan pintu ini sebenarnya ditujukan agar mudah dihafal jamaah,” kata dia.
Agar tak tersasar, jamaah haji bisa menghafalkan atau mencatat pintu masuk-nya. Bila sempat, foto saja dengan gadget masing-masing, nama pintu masuk dan nomor pintunya yang dilewati agar bisa dilihat kembali saat akan keluar masjid.Â
Ketiga, temui petugas haji saat ada kendala.
Jamaah haji dari Indonesia dianggap paling beruntung, mengingat demikian banyaknya petugas dan pendamping haji yang disediakan untuk membantu jamaah.
Para petugas di Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bekerja selama 24 jam di masjid di Masjidil haram, bahkan sejak dari hotel tempat jamaah haji menginap hingga di terminal-terminal bus shalawat serta di titik-titik tertentu pada rute-rute yang jamaah haji lalui.
“Kadang ada sejumlah petugas yang memang sengaja menyisir jamaah yang tersesat atau tertinggal dari kelompoknya,” kata Nana.
Jadi bagi jamaah haji yang memiliki kendala, seperti lupa jalan kembali ke hotel, atau tertinggal dengan rombongan, pastikan bisa menemukan petugas haji Indonesia dan mintalah pertolongan mereka. Petugas haji ini mudah dikenali kerena mereka mengenakan seragam lengkap dan rompi dengan tulisan “Petugas Haji Indonesia Tahun 2023”.
Disebut Nana, keberadaan mereka juga tersebar di titik-titik strategis sekitar masjidl Haram, terminal bus shalawat serta sekitar pemondokan jamaah haji.
Apabila di antara jamaah haji juga mengalami kendala, seperti hilang barang, bingung mencari hotel dan lainnya, bisa segera temui petugas dan melaporkannya. Para petugas ini nanti dengan sigap akan membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Keempat, Kalau ragu dan tidak menguasai situasi dan kondisi, jangan pergi sendirian
Bagi jamaah haji, Nana menyarankan pergi berombongan atau berkelompok akan lebih aman. Karena sejatinya, pergi sendirian memiiki potensi tersasar lebih tinggi. Apalagi bagi jamaah haji yang berkategori lansia.
Mengingat banyaknya jamaah lansia, disarankan ketika mereka hendak pergi ke masjidil Haram ajaklah beberapa orang dalam regu atau rombongan.
“Dan kalaupun ketika bersama-sama ini juga tersasar, situasinya akan lebih aman,” kata Nana.
Pertama akan saling mengingatkan rute yang telah dilewati, dan kedua, bisa tenang secara psikologis, karena walau tersasar ada yang menemani.
“Jamaah yang berkelompok tidak akan mudah jatuh pada kepanikan atau stres. Dengan adanya beberapa orang, mereka lebih mudah mencari solusi bersama,” kata Nan
Kelima, selalu membawa serta alas kaki
Alas kaki atau sandal perlu mendapat perhatian khusus jamaah haji saat masuk ke masjid. Ini terkadang menjadi sumber kepanikan ketika jamaah hanya menaruh di rak yang ada di dekat pintu masuk masjid.
Sebaiknya, kata Nana, sandal atau alas kaki dimasukan dalam kantong khusus dan dibawa kemanapun jamaah berada saat di dalam masjid.
Begitu jamaah haji keluar masjid, ia tak perlu lagi mencari dimana posisi sandalnya berada. Ini juga sekaligus mengantisipasi bila ternyata pintu keluar dari masjid berbeda dengan pintu ketika masuk.
Beberapa kejadian, karena jamaah menemukan sandalnya, ia terpaksa keluar masjid tanpa alas kaki. Bila dipaksakan, apalagi untuk berjalan kaki menuju terminal bus shalawat yang agak jauh, kaki jamaah bisa terluka atau melepuh. Apalagi ketika kejadian-nya di siang hari yang panas.