Bagi Muslim yang berkunjung ke Kota Nabi, Raudhah adalah idola. Bagaimana tidak, Rasulullah Muhammad SAW menyebut area seluas 22 kali 15 meter tersebut adalah salah taman di antara taman-taman surga.
Area “taman surga” di Masjid Nabawi menempati ruangan antara kamar Nabi (sekarang menjadi makam Nabi Muhammad dan khalifah Abu Bakar Sidiq dan Umar bin Khatab) dan mimbar untuk berdakwah di dalam masjid lama. Tentu, luasnya yang hanya 144 meter itu tak sebanding dengan ribuan bahkan jutaan jamaah yang ingin berebut masuk ke sana.
Kamis (20/8), barulah saya bergegas menuju Masjid Nabawi sebelum azan berkumandang. Saya dan teman satu kamar di penginapan, Sunu Hasto Fahrurrozi (Koran Sindo) dan Wawan Isab Rubiyanto (Liputan6.com), berjalan kaki menuju Nabawi.
Saat mencapai dekat area Raudhah, kami menabrak bentangan tirai putih setinggi dua meter yang ujungnya terikat tali tembaga (sling) di pilar masjid.
Tak tampak oleh kami tiang-tiang putih dengan ornamen kaligrafi yang khas dan juga karpet berwarna hijau sebagai penanda Raudhah. Semua karpet di Masjid Nabawi berwarna merah. Satu-satunya area yang memiliki warna karpet berbeda adalah Raudhah.
Saya hampir putus asa. “Ahh…ternyata belum bisa ke Raudhah saat ini,” begitu batin saya berbunyi. Saya lantas menghukum diri saya dengan kesimpulan, “Mungkin inilah “hukuman” yang diberikan Allah SWT karena saya tiba di masjid saat iqamah. Saya tidak mendapatkan kaki saya di dalam Masjid Nabawi sebelum atau saat azan berkumandang!”
Tapi, saya ingat betul, sejak keluar kantor misi haji Indonesia sampai Masjid Nabawi, saya tak berhenti membatin, “Assalamu’alaika Ya Rasulullah… Assalamu’alaika Ya Rasulullah...”
Tiba-tiba, saya melihat di ujung tirai di sebelah kanan saya menghadap arah Raudhah ada petugas kebersihan yang membuka sedikit tirai untuk dia berjalan. Beberapa jamaah mengambil kesempatan ikut masuk melalui celah itu sambil berpegang ke pilar masjid.
Saya ikut di belakangnya dan akhirnya berhasil masuk. Begitu juga dua kawan saya. Melihat jamaah mulai berdesakan ingin masuk juga melalui celah itu, seorang askar kemudian menutup dan meminta jamaah menjauhi tirai itu.
Alhamdulillah, saya ternyata sudah berada di atas karpet merah yang hanya berjarak beberapa meter dengan area Raudhah. Di situ, sudah penuh jamaah. Apalagi di area karpet hijau. Sudah tidak ada tempat yang bisa digunakan untuk tambahan jamaah lainnya shalat di sana.
Saya dan dua kawan saya masih berdiri tepat di sisi karpet hijau menunggu ruang kosong. Tidak sampai setengah menit, saya melihat di bagian depan Raudhah ada yang kosong.
Saya pun masuk dan langsung shalat dua rakaat di sana. Dua kawan saya menyusul. Saya dan Sunu duduk bersebelahan. Sedangkan Wawan mendapatkan tempat di belakang saya. Berjarak satu shaf.
Saya bisa merampungkan shalat sunah dua rakaat di Raudhah. Saya pun melanjutkan dengan berdoa kira-kira 40 menit. Saya pun menyampaikan salam dari keluarga, para tetangga, dan kenalan di Tanah Air kepada Rasulullah SAW seperti yang diamanahkan mereka. Setelah itu, saya berpindah tempat dan melanjutkan berdoa.
Selesai berdoa, saya membaca Alquran. Belum usai 56 ayat surat Albaqarah, kemudian ada petugas yang menepuk pundak saya dan mengatakan, Ya Hajj.. Khair…Khair...sambil memberi kode tangan dan meminta saya keluar.
Usai merampungkan bacaan ayat ke 56 Al Baqarah, saya pun beranjak dan pindah ke bawah pilar yang lurus dengan mimbar nabi. Saya menyempatkan shalat dua rakaat lagi dan berdoa. Setelah itu, barulah saya keluar dari Raudhah.
Tak terasa, satu jam saya berada di Raudhah. Menangis bermunajat dan memohon ampun atas semua khilaf dan dosa. Meminta semua keluarga saya diberi kesempatan bisa datang ke Tanah Suci. Terima kasih, Ya Allah atas kesempatan tak terbayangkan ini.
Salam alaika, Ya Rasulullah. Sambungkan kerinduan diri ini atas dirimu dengan kembali mengizinkan saya berada di dalam taman surgamu kelak.