Target Pasca Ramadhan

Munajat dan doa agar amalan diterima mesti terus dipanjatkan pasca Ramadhan

Ramadhan telah berlalu. Beragam kebaikan telah terlaksana di dalamnya. Hanya saja, kita tidak bisa memastikan diterima tidaknya amalan itu. Karena itu, munajat dan doa agar amalan diterima mesti terus dipanjatkan.

Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, “Jadikanlah terkabulnya amalan lebih kalian prioritaskan dari beramal itu sendiri.” (Al-Ikhlas Wanniyah, Ibnu Abi Dunya, Atsar No 7).

Berdoa agar amalan dikabulkan adalah sunah para anbiya. Dalam Alquran dikisahkan tentang Nabi Ibrahim Alaihissalam. Pasca-menyelesaikan pembangunan Ka’bah bersama putranya, Ismail, ia segera berdoa, “Rabbanan taqabbal minna innaka antassamiul alim (wahai Tuhan kami, kabulkanlah dari kami amalan kami, sesungguhnya engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).” (Al-Baqarah: 127).

Doa pada ayat di atas sangat besar manfaatnya. Selain menjadi sebab terkabulnya amalan, doa ini juga bisa mengikis benih-benih ujub yang kerap muncul disebabkan prestasi kebaikan yang kita lakukan. Ujub karena torehan kebaikan adalah sumber keburukan. Jika ini terjadi, tentu sangat fatal dan berbahaya. Bukankah iblis dijangkiti oleh keangkuhan hingga meremehkan Adam dan enggan bersujud kepadanya hanya karena merasa lebih hebat dan senior dalam kebaikan.

Selain berdoa (agar amalan terkabul) kita juga diperintahkan memperbanyak istighfar setelah menuntaskan kebaikan. Istighfar tidak saja berkaitan dengan dosa dan keburukan. Setelah melakukan kebaikan, kita juga diperintahkan istighfar.

Dalam shahih Muslim, Tsauban Radhiallahuanhu berkata, “Nabi Shallallahualaihi wasallam setelah shalat mengucapkan istighfar tiga kali.”

Hikmah dari istighfar ini adalah untuk menutupi kekurangan dalam amalan yang kita lakukan. Saat shalat, misalnya, secara lahiriah kita memang sedang melakukan kebaikan. Tapi, kekhusyukan yang merupakan ruh shalat terkadang tidak hadir secara maksimal.

Inilah bentuk kekurangan yang membutuhkan istighfar. Demikian pula dalam puasa dan ibadah yang lain, tidak luput dari kekurangan. Diterimanya amalan adalah target lanjutan setelah menuntaskan kebaikan. Target ini mesti dicapai. Sebab, hanya amalan yang dikabulkan yang akan menambah perolehan pahala.

Selain menambah pahala, amalan yang dikabulkan akan melahirkan efek positif dalam keseharian. Efek paling mencolok tentunya adalah akitivitas kebaikan yang terus berlanjut. Baik amalan berkaitan ibadah mahdhah, seperti puasa, membaca Alquran, shalat malam, atau ibadah ghaira mahdhah semisal sedekah, membantu sesama, dan lainnya.

Apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang belum berlalu, tingkat kebutuhan kita akan eksisnya nilai kebaikan warisan Ramadhan sangat-sangat tinggi. Karena eksisnya kebaikan adalah sumber solusi dan sebab turunnya pertolongan Allah.

Ramadhan boleh berakhir, tapi kebaikan pantang berhenti. Bulan Syawal dan bulan-bulan setelahnya adalah momen pembuktian berhasil tidaknya kita di bulan Ramadhan. Karena itu, mari kuatkan azam kita untuk mempertahan kan kebaikan pasca-Ramadhan.

Semoga Allah menganugrahi kita keistiqamahan. Amin ya Rabbal Alamin.

Oleh Ahmad Rifai

KHAZANAH REPUBLIKA