Ar-Rabi bin Sulaiman berkata, “Aku mendengar Asy Syafii berkata, “Aku ingin bahwasanya manusia mempelajari ilmu ini dan tidak dinisbatkan kepadaku sedikitpun darinya.” Ar-Rabi juga menuturkan, “Aku masuk menemui Asy-Syafii ketika ia sakit, lantas ia menanyakan keadaan sahabat-sahabat kami, lalu ia berkata, Hai anakku, sungguh aku sangat ingin, bahwasanya manusia semuanya mempelajari maksudnya kitab-kitabnya dan tidak dinisbatkan kepadaku sedikitpun darinya.”
Dari Harmalah ia berkata, “Aku mendengar Asy Syafii berkata, “Aku ingin bahwasanya setiap ilmu yang kuajarkan kepada kepada manusia aku diberi pahala atasnya dan mereka tidak memujiku.” (Hilyatul Awliya oleh Abu Nuaim: 9/118)
Semoga Allah merahmatimu wahai Imam Asy Syafii. Perjuangannya untuk membela dan menyebarkan sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallama sehingga ia digelari Naashirus Sunnah (pembela sunnah). Perjuangannya membukukan sendi-sendi ilmu ushul fiqh untuk pertama kali dalam sejarah, sehingga terbukalah kunci-kunci ilmu fiqh bagi orang-orang sesudahnya. Namun ia tidak ingin orang memujinya, tidak ingin manusia menyebut-nyebut jasanya sedikitpun. Demikianlah ketulusan para ulama, jauh dari keinginan tenar dan tersohor, jauh dari ujub dan sumah.
Adapun penuntut ilmu hari ini. Tidak sedikit yang bangga hanya karena menulis satu, dua atau beberapa artikel yang itupun isinya mencomot (copy paste) dari sana dan sini. Bangga karena gelar kesarjanaan yang telah diraih. Semoga Allah Taala melimpahkan kepada kita keikhlasan dalam beramal, dan menjauhkan kita dari penyakit riya, ujub dan hubbusy syuhrah (cinta ketenaran) , amin. [Ustadz Abu Zubair Al-Hawary, Lc.]