8 Tips Hidup Sehat Ala Rasul

“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21).

Banyak yang mengatakan sehat itu mahal, padahal justru sehat itu murah, sakit lah yang mahal! Penting bagi kita untuk melakukan tindakan pencegahan sebelum sakit. Salah satunya adalah dengan mencontoh apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah.

“Dua nikmat yang sering kali manusia tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari no. 6412).

Ketika Kaisar romawi mengirimkan bantuan dokter ke Madinah, ternyata selama setahun dokter tersebut kesulitan menemukan orang yang sakit. Dokter tersebut bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang rahasia kaum muslimin yang sangat jarang mengalami sakit.

Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali sakit. Pertama, ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di Madinah. Kedua, ketika menjelang wafatnya.

Apa sajakah tips kesehatan Rasulullah?

1.Rasulullah SAW cepat tidur dan cepat bangun

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya untuk begadang. Hal itu yang melatari beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan makan sesudah waktu isya.

Jika sudah waktunya tidur, maka Rasulullah SAW akan cepat tidur. Tidur yang tepat di malam hari kira-kira adalah seusai istirahat setelah shalat Isya, kurang lebih pukul 21.30. Kemudian kira-kira pukul 03.00 sudah bangun di pertiga malam untuk shalat malam.

Dengan demikian waktu yang digunakan untuk tidur adalah kurang dari delapan jam. Dalam konteks ini, penggunaan waktu 24 jam dalam satu hari satu malam, adalah sepertiga untuk bekerja, sepertiga untuk beribadah kepada Allah, dan sepertiga lagi adalah untuk tidur yang cukup. Tentu saja, perbandingan ini tidaklah kaku, melainkan dalam pengertian dalam keseimbangan.

 

2. Rasulullah sering berpuasa

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa… Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Puasa luar biasa ajaib karena dapat menyembuhkan ratusan jenis penyakit lainnya seperti:

– Tekanan darah tinggi

– Penyakit diabetes

– Penyakit asma dan saluran pernapasan

– Penyakit jantung dan pengerasan arteri

– Puasa menyembuhkan penyakit hati tanpa efek samping

– Menyembuhkan penyakit kulit khususnya alergi dan al-okzma kronis

– Puasa mencegah penyakit paru-paru

– Mencegah penyakit kanker

– Puasa dianggap sejata paling ampuh dalam dunia kedokteran

 

3. Tidak pemarah

Nasihat Rasulullah:”Jangan marah”, diulangi tiga kali. Ini menunjukkan hakikat kekuatan seseorang bukanlah terletak pada jasad, tetapi pada kebersihan jiwa. Tidak mudah marah juga terbukti menyehatkan tubuh.

4. Jaga kebersihan

Rasulullah SAW senantiasa tampak bersih dan rapi. Setiap kamis atau jumat, beliau mencukur rambut halus di pipi, memotong kuku, bersiwak, serta memakai minyak wangi . Rosul juga sangat menjaga kebersihan mulut dan gigi melalui sunah Beliau bersiwaq sampai sekarang dianut oleh umatnya.

5. Menjaga Pola Makan

Di pagi hari pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli. Pada dasarnya, madu bisa menjadi obat berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.

“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang dingin.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma ajwa’ (matang). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun”.

Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selamat dari racun tersebut.

“Rasulullah saw bersabda: “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak langsung tidur setelah makan malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa dengan shalat.

6. Berolahraga

Rasulullah pun melakukan berbagai jenis olahraga yang menunjukkan bahwa tubuh beliau tidak hanya sehat tetapi juga kuat. Beliau pernah berlomba lari, bertanding gulat, juga memanah.

Rasulullah bersabda : “Ketahuilah bahwa yang dimaksud kekuatan itu adalah memanah, beliau mengucapkannya tiga kali.” (HR. Muslim). Di dalam hadits lain juga dijelaskan : “Kamu harus belajar memanah, karena memanah itu termasuk sebaik-baik permainanmu.” (HR. Bazzar dan Thabrani).

7. Bersosialisasi
Sebuah studi di Harvard School of Public Health menemukan bahwa pria berusia 70-an tahun yang memiliki hubungan sosial yang baik memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami kerusakan atau penyakit jantung.

Kita semua mengetahui bahwa Rasulullah memiliki banyak sahabat dan senantiasa menjaga silaturahim dengan karib kerabat serta bertetangga dengan baik, bersosialisasi juga merupakan salah satu tips menjaga kesehatan ala Rasulullah yang patut kita tiru.

8. Berbekam

Said bin Jubir  berkata dari Ibn Abbas r.a bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Kesembuhan dapat diperoleh dengan tiga cara: pertama dengan meminum madu (dengan obat herbal), kedua dengan berbekam/hijamah, dan ketiga dengan (terapi) besi panas. Dan aku tidak menganjurkan umatku untuk melakukan pengobatan dengan besi panas.” (HR. Bukhori)

Begini Cara Nabi Muhammad Menyantap Madu

Sangat amanah, Nabi Muhammad saw, pun dikenal sebagai orang pandai menjaga kesehatan. Bagi beliau tubuh pun adalah titipan.

Ketika bangun tidur, Nabi selalu mengambil madu. “Cara Rasul minum madu mungkin berbeda dengan kita, kebanyakan kita mungkin minum madu yang sudah dicairkan dengan air,” ujar penulis buku sehat ala Rosul, Dr Brilianto M Soenarwo di acara Bincang Kesehatan ala Rosululloh, Sabtu (31/12) di Masjid At-tin.

Ternyata, cara Nabi minum madu tidaklah demikian. Praktisi kesehatan yang akrab disapa dokter Toni itu menjelaskan bahwa Nabi mengambil madu lalu mengulum di mulutnya hingga lumer ketika bercampur dengan air liur. Penulis berbagai buku kesehatan ini menjelaskan bahwa madu yang mengandung fruktosa lebih baik dicampur dengan air liur agar mudah larut dan dicerna oleh lambung.

Ia juga menjelaskan mengkonsumsi madu di pagi hari bisa menjegah seseorang terkena sakit maag. “Pada pagi hari perut kosong karena Nabi makan malam ringan sekitar jam 8 malam. Madu dapat melapisi dinding lambung sehingga Nabi tidak terkena maag,” ujar dia.

Nabi saw biasanya makan malam dengan porsi yang sedikit. Untuk porsi makan yang lebih banyak Nabi biasa melakukannya ketika makan siang.

 

sumber: Republika Online

DIET (did I eat that?) Ala Rasulullah SAW

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dalam satu literatur saya menemukan singkatan dari diet. Disebutnya dalam bahasa inggris “DIET” stands for: Did I Eat That?. Tapi pemahaman diet yang umum adalah mengatur pola makan.

Menurut istriku, adiknya yang kembar Hilma pernah jatuh lemas dan sekujur tubuhnya berkeringat dingin dikarenakan pola “Diet” yang salah, begitu juga saudara kembarnya Hilda sakit perut yang berkepanjangan, bahkan sampai sesak nafasnya. Awalnya dikarenakan pola makan yang tidak teratur.

Memang agar kurus banyak hal yang diupayakan oleh banyak orang, bukan hanya kaum hawa saja tetapi juga banyak juga para pria yang ingin menjaga penampilannya. Dari mulai Atkins diet, Rawfood diet, Food combaining, diet macan, diet mediterania, acai berry dan berbagai nama diet sampai laris manisnya alat-alat penurun berat badan di tv media.

Biayanya pun beragam dari yang murah sampai yang mahal banget. Tapi saya agak ragu apakah metoda dan pola-pola diet itu banyak berhasilnya atau justru lebih banyak gagalnya.

Jika menela’ah kehidupan Rasulullah SAW, beliau jarang sekali sakit. Pola hidupnya sangatlah sehat. Dari mulai pola makan, istirahat, berolahraga dan sebagainya. Dan mungkin saja bisa dibuat metoda Diet syar’i yang mengikuti pola beliau.

Tentu perlu kajian lebih lanjut dikarenakan makanan-makanan yang berbeda jenisnya dengan makanan kita. Namun ada baiknya kita simak bagaimana islam menuntun umatnya, sebagaimana Alloh swt berfirman; “Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah, 2 : 168).

Sesungguhnya pangkal penyakit kebanyakan bersumber dari makanan. Maka tak heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam masalah ini. Prinsip pertama makanan dan minuman harus halal dan thoyib (baik).

Maksudnya selain masuk kategori halal, maka makanan dan minuman kaum muslimin juga harus bersih dan mengandung kandungan gizi yang cukup. Juga menghindari dari pola makan yang berlebihan. Sebagaimana ayat ; Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al A’raf, 7 : 31).

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk nafas.” (HR. Ibnu Majah no. 3349 dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah no. 2720).

Al Fudhail bin Iyyadh mengatakan, “Ada dua hal yang menyebabkan hati menjadi beku dan keras yaitu banyak berbicara dan banyak makan.”“Orang beriman itu makan dengan menggunakan satu lambung sedangkan orang yang kafir makan dengan menggunakan tujuh lambung.” (HR. Bukhari no. 5393, dan Muslim no. 2060).

Mengkonsumsi makanan berlebih selain menyebabkan berbagai macam penyakit juga memotivasi keinginan terhadap dunia yang berlebih. Menurut kajian tasawuf sumber malapetaka yang menimpa manusia itu disebabkan oleh kerakusan terhadap dunia, yang memotivasinya adalah perut dan alat kelamin.

Syahwat kelamin berkaitan dengan perut yang kekenyangan, sedang lapar adalah satu sarana menutup pintu kebinasaan. Ilmu tidak akan masuk kedalam perut yang terisi penuh makanan, banyak makan, banyak minum dan banyak tidur.

Nabi selalu mengambil makanan yang terdekat, memberikan keteladanan kepada orang yang beriman agar tidak diperkenankan “rakus” dan serakah dalam soal makanan.

Rasul lebih sering makan Nabati meski juga memakan daging tapi sesekali saja dan tidak banyak. Daging yang disukai nabi adalah daging yang mudah dicerna yaitu daging bagian lengan. Makanan favorit Rasul adalah labu.

Dari Anas bin Malik mengisahkan, “Seorang tukang jahit mengundang Rasulullah SAW untuk menikmati hidangan makan yang disajikannya. Maka aku mendatangi undangan makan itu bersama Rasulullah. Dia pun menghidangkan di hadapan Rasulullah roti gandum serta kuah berisi labu dan daging. Lalu aku melihat Rasulullah menjumputi labu dari pinggiran pinggan. Maka sejak hari itu aku selalu menyukai labu.”(HR Bukhari).

Berikut secara ringkas pola sehat kebiasaan Rasulullah SAW. Beliau bangun di sepertiga malam sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Rasulullah SAW juga biasa bersiwak.

Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda “Seandainya tidak memberatkan ummatku, maka sungguh aku sudah memerintahkan mereka Untuk bersiwak (sikat gigi) setiap kali berwudlu” (HR.Malik, Ahmad, dan Nasai dan dinilai Shohih oleh Ibnu Khuzaimah).

Menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan madu. Tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan Rasulullah saw Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan hadits dari Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi SAW, bahwa beliau pernah bersabda.“Artinya : Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir”.

Hal ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Sementara itu Bisyir ibnu Al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah saw selamat dari racun tersebut.

Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah Khol (cuka) adalah sejenis cairan. Jika kurma dimasukkan ke dalamnya, cairan tersebut akan terasa manis sehingga bisa diminum,dan minyak zaitun dikonsumsi dengan makanan pokok seperti roti gandum. Manfaatnya banyak sekali, di antara mencegah lemah tulang, kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan.

Di malam hari, menu utama makan malam adalah sayur- sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit. Sayyidina Umar ra, berkata : Jangan kau jadikan perutmu sebagai binatang ternak. Maka makanan Komposisi terbaik adalah : 10 % Hewani, 60 % biji-bijian, 30 % Sayuran dan buah.

Nabi makan dari berbagai makanan karena sesungguhnya bila makanan yang satu panas akan dipadamkan oleh makanan lain yang dingin. Sebagaimana hadist dari Abdullah bin Ja’far ra, ia menceritakan, bahwasanya ia melihat Rasulullah SAW menyantap kurma dengan mentimun. (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas seperti sholat terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah dicerna. Nabi bersabda: “Hancurkan makanmu dengan dzikir dan shalat serta Janganlah tidur setelah makan maka hatimu menjadi keras.” (HR. Ibnu Sunni, Thabrani dan Baihaqi).

Dengan pola seperti itu belum lagi ditambah, pengelolaan hati yang sempurna seperti tidak mudah marah, tidak terganggu stress, selalu berbaik sangka, selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan, jika sakit minum obat-obatan herbal, seperti habbats, madu, juz kurma, dan banyak lagi faktor yang membuat Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa pola hidup sehat adalah pola hidup islami.

Karenanya diet syar’i menjadi salah satu persyaratan dari sekian banyak persyaratan agar menjadi sehat yang terintegrasi. Bukan hanya jasadnya saja tetapi juga sekaligus sehat secara ruhiyah. Semoga duo kembar Hilda dan Hilma, juga kita semua dapat mengambil hikmah diet syar’i ‘ala sunnah ini. Insya Allah.

Ini 10 Teladan Pola Makan Sehat a la Rasulullah

BANYAK orang yang mengeluh tentang kondisi tubuh mereka yang sering bermasalah, ada yang mengeluh tentang penyakit yang sedang dideritanya, ada yang menjaga dari makanan yang tidak sehat, ada yang menjaga pola makan nya saja meskipun asupan yang disuplai kedalam tubuh sedikit. Tak jarang pula orang melakukan diet ekstrem untuk dapat menurunkan berat badan mereka.

Namun apakah cara-cara yang dilakukan itu sesuai dengan syariat Islam? Atau sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW?

“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” (Al-Ahzab [33]: 21).

Dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan Rasulullah SAW, memang sudah dirancang oleh Allah SWT sebagai contoh teladan yang baik (uswah hasanah) bagi semua manusia. Teladan ini mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk dalam hal pola makan yang bermuara pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Kesehatan merupakan aset kekayaan yang tak ternilai harganya. Ketika nikmat kesehatan dicabut oleh Allah SWT, maka manusia rela mencari pengobatan dengan biaya yang mahal bahkan ke tempat yang jauh sekalipun. Sayangnya, hanya sedikit orang yang peduli dan memelihara nikmat kesehatan yang Allah telah anugerahkan sebelum dicabut kembali oleh-Nya.

Karena Allah telah menegaskan kepada kita bahwa Beliau (Rasulullah) adalah teladan, inilah teladan yang bisa kita ikut bagaimana pola makan Rasulullah SAW agar Sehat, berkah dan mendapatkan amal.

Asupan awal kedalam tubuh Rasulullah adalah udara segar pada waktu subuh. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Para pakar kesehatan menyatakan, udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh.

Rasulullah SAW pernah bersabda : “Dua nikmat yang sering kali manusia tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang,” (HR. Bukhari no. 6412).

 

Dalam hadist lain disebutkan Rasulullah SAW bersabda : “Nikmat yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah ketika dikatakan kepadanya, “Bukankah Aku telah menyehatkan badanmu serta memberimu minum dengan air yang menyegarkan?,” (HR. Tirmidzi: 3358. dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani).

Menurut Indra Kusumah SKL, S.Psi dalam bukunya “Panduan Diet ala Rasulullah”, kesehatan sering dilupakan, padahal ia seakan-akan bisa diumpamakan sebagai mahkota indah di atas kepala orang-orang sehat yang tidak bisa dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit.

Sepintas masalah makan ini tampak sederhana, namun ternyata dengan pola makan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau terbukti memiliki tubuh yang sehat, kuat dan bugar.

Ketika Kaisar romawi mengirimkan bantuan dokter ke Madinah, ternyata selama setahun dokter tersebut kesulitan menemukan orang yang sakit. Dokter tersebut bertanya kepada Rasulullah SAWtentang rahasia kaum muslimin yang sangat jarang mengalami sakit.

Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali sakit. Pertama, ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada Rasulullah SAWdi Madinah. Kedua, ketika menjelang wafatnya.

Pola makan seringkali dikaitkan dengan pengobatan karena makanan merupakan penentu proses metabolisme pada tubuh kita. Pakar kesehatan selama ini mengenal dua bentuk pengobatan yaitu pengobatan sebelum terjangkit penyakit atau preventif (ath thib Al wiqo’i) dan pengobatan setelah terjangkit penyakit (at thib al’ilaji).

Dengan mencontoh pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kita sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan (attadawi bil ghidza).

Hal itu jauh lebih baik dan murah daripada harus berhubungan dengan obat-obat kimia senyawa sintetik yang hakikatnya adalah racun, berbeda dengan pengobatan alamiah Rasulullah SAW melalui makanan dengan senyawa kimia organik.

 

Beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut:

  1. Di pagi hari, Rasulullah SAW menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi.

Organ tubuh tersebut merupakan organ yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.

  1. Di pagi hari pula Rasulullah SAW membuka menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli.

Khasiatnya luar biasa. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya, bisa menjadi obat berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.

“Sesungguhnya Rasulullah saw minum air zamzam sambil berdiri, “(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya,dari Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau bersabda : “Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad,keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang dingin,” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  1. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah SAWsenantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma ajwa’ (matang).

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun”.

Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh Rasulullah SAWkemudian dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah SAWselamat dari racun tersebut.

  1. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti.

Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.

“Keluarga Nabi saw tidak pernah makan roti sya’ir sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw wafat.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Basyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

Sya’ir,khintah dan bur, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “gandum” sedangkan sya’ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang terbuat dari sya’ir kurang baik mutunya sya’ir lebih dekat kepada jelai daripada gandum.

Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.”Rasulullah saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang halus, hingga wafatnya ,”(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari’Abdullah bin `Amr –Abu Ma’mar-,dari `Abdul Warits, dari Sa’id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”

Abdullah bin `Abdurrahman berkata : “Saus yang paling enak adalah cuka, ”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw bersabda : “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkah,”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

  1. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran.

Beberapa riwayat mengatakan, Rasulullah SAW selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir deudanya mirip dengan sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi orang di luar Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.

  1. Rasulullah SAW tidak langsung tidur setelah makan malam.

Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa dengan shalat.

  1. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai Rasulullah tetapi tidak rutin mengonsumsinya.

Diantaranya, tsarid yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan buah anggur dan hilbah (susu).

“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma (yang baru masak).”(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)

Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis) “Sesungguhnya Nabi saw memakan semangka dengan kurma (yang baru masak)”(Diriwayatkan oleh Ubadah bin `Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

 

  1. Rasulullah SAW sering menyempatkan diri untuk berolahraga.

Terkadang beliau berolahraga sambil bermain dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Pernah pula Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya, Aisyah radiyallahu’anha.

  1. Rasulullah SAW tidak menganjurkan umatnya untuk begadang.

Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan makan sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi. Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh.

     10. Pola makan Rasulullah SAW ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia  yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis).

Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).

Selain itu, ada beberapa makanan yang dianjurkan untuk tidak dikombinasikan untuk dimakan secara bersama-sama. Makanan-makanan tersebut antara lain:

  • Jangan minum susu bersama makan daging.
  • Jangan makan ayam bersama minum susu.
  • Jangan makan ikan bersama telur.
  • Jangan makan ikan bersama daun salad.
  • Jangan minum susu bersama cuka.
  • Jangan makan buah bersama minum susu.

Rasulullah memang suri tauladan bagi umat muslim seluruh dunia, semoga Allah SWT senantiasa memberikan cinta dan kasihnya kepada kita semua. Aamiin Ya Allah Yarobbal ‘alamiin. [yherdiansyah/islampos]

Sumber : Islam Pos

Inilah Pola Makan Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21).

Dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memang sudah dirancang oleh Allah subhaanahu wa ta’ala sebagai contoh teladan yang baik (uswah hasanah) bagi semua manusia. Teladan ini mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk dalam hal pola makan yang bermuara pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Kesehatan merupakan aset kekayaan yang tak ternilai harganya. Ketika nikmat kesehatan dicabut oleh Allah subhaanahu wa ta’ala, maka manusia rela mencari pengobatan dengan biaya yang mahal bahkan ke tempat yang jauh sekalipun. Sayangnya, hanya sedikit orang yang penduli dan memelihara nikmat kesehatan yang Allah subhaanahu wa ta’ala telah anugerahkan sebelum dicabut kembali oleh-Nya.

Karena Allah telah menegaskan kepada kita bahwa Beliau (Rasulullah) adalah teladan, inilah teladan yg bisa kita ikut bagaimana pola makan Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam agar Sehat dan berberkah dan mendapatkan amal.

Asupan awal kedalam tubuh Rasulullah adalah udara segar pada waktu subuh. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Para pakar kesehatan menyatakan, udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda :

“Dua nikmat yang sering kali manusia tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari no. 6412).

Dalam hadist lain disebutkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda,

“Nikmat yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah ketika dikatakan kepadanya, “Bukankah Aku telah menyehatkan badanmu serta memberimu minum dengan air yang menyegarkan?”

(HR. Tirmidzi: 3358. dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani).

Menurut Indra Kusumah SKL, S.Psi dalam bukunya “Panduan Diet ala Rasulullah”, kesehatan sering dilupakan, padahal ia seakan-akan bisa diumpamakan sebagai mahkota indah di atas kepala orang-orang sehat yang tidak bisa dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit.

Sepintas masalah makan ini tampak sederhana, namun ternyata dengan pola makan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau terbukti memiliki tubuh yang sehat, kuat dan bugar.

Ketika Kaisar romawi mengirimkan bantuan dokter ke Madinah, ternyata selama setahun dokter tersebut kesulitan menemukan orang yang sakit. Dokter tersebut bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang rahasia kaum muslimin yang sangat jarang mengalami sakit.

Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali sakit. Pertama, ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di Madinah. Kedua, ketika menjelang wafatnya.

Pola makan seringkali dikaitkan dengan pengobatan karena makanan merupakan penentu proses metabolisme pada tubuh kita. Pakar kesehatan selama ini mengenal dua bentuk pengobatan yaitu pengobatan sebelum terjangkit penyakit atau preventif (ath thib Al wiqo’i) dan pengobatan setelah terjangkit penyakit (at thib al’ilaji).

Dengan mencontoh pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kita sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan (attadawi bil ghidza).

Hal itu jauh lebih baik dan murah daripada harus berhubungan dengan obat-obat kimia senyawa sintetik yang hakikatnya adalah racun, berbeda dengan pengobatan alamiah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melalui makanan dengan senyawa kimia organik.

Beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut:

1. Di pagi hari, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi. Organ tubuh tersebut merupakan organ yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.

2. Di pagi hari pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membuka menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya, bisa menjadi obat berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.

“Sesungguhnya Rasulullah saw minum air zamzam sambil berdiri. “(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya,dari Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau bersabda : “Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan.” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad,keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang dingin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma ajwa’ (matang). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun”.

Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selamat dari racun tersebut.

4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.

“Keluarga Nabi saw tidak pernah makan roti sya’ir sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw wafat.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Basyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

Sya’ir,khintah dan bur, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “gandum” sedangkan sya’ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang terbuat dari sya’ir kurang baik mutunya sya’ir lebih dekat kepada jelai daripada gandum.

Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.”Rasulullah saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang halus, hingga wafatnya.”(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari’Abdullah bin `Amr –Abu Ma’mar-,dari `Abdul Warits, dari Sa’id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”
Abdullah bin `Abdurrahman berkata : “Saus yang paling enak adalah cuka.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw bersabda : “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir deudanya mirip dengan sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi orang di luar Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.

6. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak langsung tidur setelah makan malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa dengan shalat.

7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai Rasulullah tetapi tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan buah anggur dan hilbah (susu).

“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma (yang baru masak).”(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)

Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis) “Sesungguhnya Nabi saw memakan semangka dengan kurma (yang baru masak)”(Diriwayatkan oleh Ubadah bin `Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

8. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sering menyempatkan diri untuk berolahraga. Terkadang beliau berolahraga sambil bermain dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Pernah pula Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya, Aisyah radiyallahu’anha.

9. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya untuk begadang. Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan makan sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi. Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh.

10. Pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis).

Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).

Selain itu, ada beberapa makanan yang dianjurkan untuk tidak dikombinasikan untuk dimakan secara bersama-sama. Makanan-makanan tersebut antara lain:

Jangan minum susu bersama makan daging.
Jangan makan ayam bersama minum susu.
Jangan makan ikan bersama telur.
Jangan makan ikan bersama daun salad.
Jangan minum susu bersama cuka.
Jangan makan buah bersama minum susu
Demikianlah Pola makan Rasulullah, semoga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wassalam —dikutip dari daulahislam.com (dp/dais)/kh)

 

sumber: Era Muslim

Yang Boleh dan Tidak di Dalam Masjid

Masjid merupakan sarana ibadah umat Islam. Di masjid, umat Islam bersujud, memanjatkan doa, dan dzikir mengingat Allah.

Pertanyaan yang muncul adakah kegiatan yang dilarang dan dibolehkan dalam masjid?

Perdagangan

Secara tegas, Rasulullah menyampaikan sebuah pernyataan: “Bila kamu melihat orang bertransaksi di dalam masjid, doakanlah mudah-mudahan Allah SWT tak menguntungkan perdaganganmu.” Ini terangkum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nasai dan Tirmidzi. Rasulullah melarang Muslim berjual beli di dalam masjid.

Aam Amiruddin dalam bukuya, Bedah Masalah Kontemporer, mengatakan, bila di luar masjid, misalnya di halaman masjid, kegiatan itu tidaklah dilarang. Ia menambahkan, merujuk pada keterangan dalam hadis, ada dua hal yang tak diizinkan dilangsungkan di dalam masjid.

 

Pengumuman Kehilangan

Selain melarang berdagang di dalam masjid, Rasulullah juga tak memperbolehkan mengumumkan kehilangan.
Misalnya, seorang pengurus masjid menyampaikan pengumuman di depan jamaah, siapakah yang menemukan jam tangan merek Y.

Tetapi kalau mengumumkan penemuan barang yang hilang, itu tak mengapa. Seperti merespons transaksi perdagangan di dalam masjid, Rasulullah juga melakukannya terhadap pengumuman kehilangan.

Menurut beliau, siapa yang mendengar di masjid mengumumkan barangnya yang hilang, doakanlah semoga Allah tak mengembalikan barang-barang yang hilang itu. Sebab, masjid tak didirikan untuk itu.

 

Bersyair

Abdullah bin Umar yang di kutip Sayyid Sabiq lewat bukunya, Fikih Sunnah, mengisahkan cerita lainnya. Dia mengungkapkan, Rasul melarang jual beli, mencari barang hilang, dan bersyair. Sabiq mengatakan, maksud dari larangan melantunkan syair adalah apabila berisi ejekan terhadap Muslim, pujian bagi orang zalim, serta perkataan kotor. Sebaliknya, syair yang mengandung hikmah, pujian terhadap Islam, dan anjuran berbuat baik, silakan saja.

Abu Hurairah menuturkan pengalamannya. Umar, jelas dia, menghampiri Hassan yang sedang bersyair di dalam masjid. Umar memperhatikannya. Hassan pun berkata, dulu ia pernah bersyair di tempat itu, maksudnya masjid, dan dihadiri oleh orang yang lebih baik dari Umar, yaitu Rasulullah.

 

Meminta-Minta

Cendekiawan Muslim Ibnu Taimiyah menambahkan satu hal lagi yang tak dibolehkan di masjid, yaitu meminta-minta. Pada dasarnya, jelas dia, memintaminta di dalam masjid atau di tempat yang lain dilarang kecuali dalam keadaan terpaksa dan mengganggu orang lain, seperti melangkahi bahu orang yang sedang duduk, tidak berdusta atas apa yang disampaikan, dan tak mengeraskan suara hingga orang lain terganggu.

Misalnya, seseorang meminta-minta waktu khatib berkhotbah atau orangorang sedang mendengarkan pengajian. Di sisi lain, mengeraskan suara hingga mengganggu orang lain yang sedang shalat hukumnya haram, walaupun membaca Alquran. Abu Said al-Khudri mengatakan, Rasul sedang beriktikaf dan mendengar kaum Muslim saling mengeraskan suara bacaan Alquran.

Nabi kemudian membuka tirai dan mengatakan, “Ingatlah sesungguhnya kalian sedang bermunajat kepada Tuhan, maka janganlah saling mengganggu dan jangan sebagian kalian mengeraskan bacaan Alquran terhadap yang lainnya.

 

Wewangian Masjid

Selanjutnya, Muslim diminta untuk membersihkan dan memberikan wewangian di masjid. Aisyah menyatakan, Muhammad SAW memerintahkan pembangunan masjidmasjid di perkampungan dan menyuruh agar masjid itu dibersihkan dan diberi wewangian. Terkait perintah ini, Abdullah membakar kayu gaharu untuk wewangian di masjid saat Umar bin Khattab duduk di atas mimbar menyampaikan khotbah.

Lebih jauh, Nabi Muhammad menegaskan, pahala-pahala umatnya dihadapkan kepadanya hingga pahala seseorang yang mengeluarkan kotoran dari dalam masjid. Sayyid Sabiq memaparkan, masjid merupakan tempat ibadah, maka harus dirawat dan dibersihkan dari segala bentuk kotoran serta bau yang tak sedap.

Suatu ketika, dalam salah satu khotbahnya di hari Jumat, Umar mengingatkan, manusia suka sekali memakan dua jenis tumbuhan padahal berbau menyengat, yaitu bawang merah dan bawang putih. Rasul, imbuh dia, pernah menyuruh seseorang ke Baqi, tempat bersuci, saat tercium dari orang itu bau kedua tumbuhan tersebut.

Oleh karena itu, siapa saja yang memakannya hendaknya dia menghilangkan terlebih dahulu baunya sebelum memasuki masjid. Imam Nawawi juga angkat bicara. Ia tak mempersoalkan pembicaraan di dalam masjid meski bersangkut-paut dengan masalah duniawi dan menimbulkan tawa asalkan isi pembicaraan tak bertentangan dengan agama.

Ia bersandar pada hadis yang disampaikan Jabir bin Samurah. Jabir menjelaskan, Rasulullah tidak meninggalkan tempat shalatnya setelah shalat Subuh sampai matahari terbit. Sementara para sahabat membicarakan hal-hal yang mereka alami pada masa jahiliah. Terkadang, mereka tertawa dan Rasulullah tersenyum mendengarnya.

 

Tidur di Masjid

Imam Nawawi mengutip Ibnu Umar. Pada masa Rasulullah, Ibnu Umar dan sahabat lainnya kala masih muda tidur siang di dalam masjid. Dari sini, urai Imam Nawawi, dapat dipahami bahwa ashabus shuffah atau sahabat yang tinggal di dalam masjid adalah Ali, Shafwan bin Umayyah, dan sejumlah sahabat lainnya sering tidur di dalam masjid.

Sebelum masuk Islam, Tsumamah pernah tidur di dalam masjid. Itu terjadi di masa Rasul. Imam Syafii dalam al-Umm mengatakan, seorang musyrik saja diizinkan tidur di masjid, apalagi Muslim. Pada buku Al-Mukhtashar, ada penjelasan seorang musyrik boleh tidur di masjid pada sisi mana pun, kecuali di Masjidil Haram.

Makan di Masjid

Sedangkan permasalahan makan di dalam masjid, Abdullah bin Harits mengatakan, “Pada masa Rasulullah kami pernah makan roti dan daging di dalam masjid.”

Sumber: Pusat Data Republika

Tiga Warisan Kegemilangan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai yang berdiri pada abad ke-13 M di Lhoksumawe, Aceh Utara, telah berhasil membangun peradaban gilang di bumi nusantara, tepatnya di tanah berjuluk “Serambi Makkah” itu.

Menurut Marco Polo, raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah Marah Silu atau Sultan Malik al-Saleh (1285-1297).  Dalam catatan petualang Muslim Ibnu Batutah pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Saleh, Samudera Pasai telah mempunyai hubungan diplomatik dengan Cina. Hal itu diberitakan dalam sejarah Dinasti Yuan dan Cina.

Kerajaan ini memiliki letak geografis yang strategis. Berbatasan dengan Selat Malaka dan berada pada jalur perdagangan internasional melalui Samudra Hindia antara Jazirah Arab, India, dan Cina. Berikut ini sejumlah peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang masih diakses sampai sekarang.

Mata Uang Emas

Dalam Ying Yai Sheng Lan karya Ma Huan, sang juru tulis dan penerjemah Laksamana Muslim Cheng Ho, disebutkan mata uang Samudera Pasai adalah dinar emas dengan kadar 70 persen dan mata uang keueh dari timah (1 dinar = 1.600 keueh). Pasai telah mencetak dinar pertamanya pada masa Sultan Muhammad (1297-1326) dengan satuan emas yang sepadan dengan 40 grains atau 2,6 gram.

Dirham ini tetap berlaku sampai bala tentara Nippon mendarat di Seulilmeum, Aceh Besar pada 1942. Sampai hari ini pun, di Sumatra Barat masih dijumpai pemakaian satuan mas (1 mas = 2,5 gram) sebagai unit jual beli, terutama untuk tanah.

 

Batu Nisan Malik as-Saleh

Batu Nisan Sultan Malikus Saleh terletak di Kompleks Makam Sultan Malikus Saleh, Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Batu nisan lain yang juga terdapat di dalam kompleks ini adalah batu nisan Sultan Malikus Zahir, putra dan penerusnya. Batu nisan Sultan Malikus Saleh memperlihatkan peralihan dari pengaruh arsitektur Buddhis ke pengaruh arsitektur Islam.

Dari ornamen Nisan Malikus Saleh terlihat bahwa batu nisan tersebut berasal dari Gujarat (India). Hal ini berarti Kerajaan Samudera Pasai bersifat terbuka dalam menerima budaya lain, yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan budaya India.

 

Hikayat Raja Pasai

Hikayat Raja Pasai merupakan karya sastra sejarah. Hikayat ini merupakan satu-satunya peninggalan sejarah zaman kerajaan Pasai. Dalam naskah diceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara 1250-1350 M. Zaman ini adalah masa pemerintahan Raja Meurah Siloo yang kemudian masuk agama Islam dan mengganti namanya dengan Mâlik al-Shâlih.

Menurut perkiraan Dr Russel Jones, hikayat ini ditulis pada abad ke-14. Hikayat ini mencakup masa dari berdirinya Kesultanan Samudera Pasai sampai penaklukannya oleh Kerajaan Majapahit. Hikayat Raja Pasai merupakan salah satu sumber tentang cerita masuknya Islam ke Sumatra.

 

 

sumber: Republika Online

Enam Ketangguhan Ulama Terdahulu Menuntut Ilmu

Kisah-kisah tentang pengalaman dan peristiwa yang dialami para ulama, seperti kisah perjalanan Jabir dari Hijaz menuju Syam, tertuang secara apik dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abdul Fattah Abbu Ghaddah. Dalam kitabnya Shafahat min Shabr Al-Ulama, Abu Ghaddah mengangkat peristiwa dan pengalaman hidup para ulama.

Boleh jadi, tema yang diangkat ulama dari tanah Arab itu belum pernah disentuh oleh sejumlah penulis, bahkan ulama salaf (zaman dulu) sekalipun. Melalui kitabnya yang sederhana itu, Abbu Ghaddah berupaya menggambarkan keteladanan dan kesungguhan para ulama pada zaman dulu dalam mencari ilmu. Harapannya, tentu saja agar dicontoh generasi Muslim di era modern ini.

Abu Ghaddah mengaku menulis kitab itu bukan tanpa alasan. Semua berawal dari rasa penasaran dan rasa ingin tahunya tentang kiprah ulama dalam mencari ilmu. “Apa tujuan dan manfaat para ahli fikih membahas kasus-kasus yang dalam hitungan akal sehat—atau bahkan, menurut fakta sehari-hari dan kacamata agama—tak pernah dan tak mungkin terjadi?” ujarnya. Dalam istilah fikih, kerap disebut dengan fikih nawadir.

“Apa gunanya mereka (para ulama) bersusah payah?” tulis Abu Ghaddah. Dari rasa penasaran itulah, ia melakukan penelusuran. Ia dibuat takjub ketika membaca karya Jurji Zaidan yang berjudul Ajaib Al-Makhluqat, sebuah buku yang mengisahkan tentang keunikan dan peristiwa luar biasa dari makhluk yang hidup di alam semesta. Terlebih, dalam buku itu sang penulis menyertakan beberapa gambar untuk memperkuat informasi yang disajikan.

Satu pernyataan Abu Ghaddah pun terjawab. Ternyata, apa yang dibahas oleh para ulama di berbagai disiplin ilmu itu adalah salah satu dari fenomana yang ada di alam semesta. Abu Ghaddah merasa, betapa seorang ahli fikih pada zaman dulu mampu memprediksikan dan membahas kasus-kasus lalu menjelaskan hukumnya. Sebuah langkah besar yang tentu memerlukan kesungguhan dan ketelatenan.

Konkretnya, tema ini sengaja dipilih oleh Abu Ghaddah tatkala tempatnya mengajar memberikan amanat kepadanya untuk memberikan pelajaran dan ceramah umum pada Fakultas Syariah di Universitas Ibnu Su’ud, Riyadh. Tema utama yang mesti dikupas dalam ceramahnya tersebut seputar kondisi saat para ulama dan cendekiawan Muslim masa dulu sewaktu mencari ilmu.

Abu Ghaddah mengelompokkan bentuk kesungguhan para ulama dalam dunia keilmuan ke dalam enam aspek yang berbeda. Pertama, ia mengelompokkan kisah-kisah ketangguhan para ulama untuk melakukan “wisata ilmu” atau rihlat fi thalab al ilm. Kedua, ia menceritakan tentang keseriusan para ulama dengan meninggalkan segala bentuk kenikmatan, baik tidur di waktu siang dan malam hari maupun rasa nikmat lainnya.

Ketiga, kesabaran dan penerimaan mereka terhadap kondisi perekonomian dan sulitnya hidup. Keempat, Abu Ghaddah menceritakan ketangguhan para ulama untuk menahan lapar dan dahaga selama menuntut ilmu. Kelima, para ulama yang kehabisan bekal dan ongkos saat menuntut ilmu dan perjuangan mereka dalam keterasingan. Keenam, mengisahkan tentang kesulitan yang dialami oleh para ulama tatkala buku mereka raib atau hilang, dicuri, serta terbakar.

 

sumber: Republika Online

Begini Kegigihan Ulama Terdahulu Mencari Ilmu

Jabir bin Abdullah sangat tertarik dengan sebuah hadis yang menggambarkan suasana Padang Mahsyar. Ahli hadis terkemuka pada abad ke-1 H itu pun mencoba menelusuri kebenaran sabda Nabi SAW itu. Sayangnya, orang yang meriwayatkan hadis itu telah hijrah dan menetap di Syam (kini Suriah). Padahal, Jabir menetap di Hijaz, sekarang masuk wilayah Arab Saudi.

Periwayat 1.540 hadis itu tak patah semangat. Jarak antara Hijaz dan Syam yang begitu jauh tak menciutkan tekadnya untuk menelisik kebenaran hadis itu. Jabir lalu membeli sebuah unta. Ia pun mengarungi ganasnya padang pasir demi mencapai Syam. Perjalanan menuju kota itu tak cukup sepekan. Ia menghabiskan waktu selama satu bulan untuk bertemu sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadis yang ingin diketahuinya.

Kisah yang termuat dalam kitab al-Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari itu menggambarkan betapa seriusnya para ulama pada zaman dulu dalam mengejar ilmu dan kebenaran. Jarak yang jauh tak menjadi halangan. Jabir merasa bertanggung jawab untuk mengungkap kebenaran dari sebuah hadis yang diketahuinya. Ia mengaku khawatir tak akan cukup umur bila tak segera membuktikannya.

Begitu banyak kejadian luar biasa yang dialami oleh para ulama saat mereka menuntut ilmu. Bahkan, ada kalanya peristiwa yang dialami para ulama itu di luar kemampuan nalar manusia. Peristiwa yang mereka hadapi pun cukup beragam. Kadang kala berupa kejadian fisik, bisa pula nonfisik. Beragam peristiwa dalam kehidupan dicatat oleh para ulama melalui karya-karya mereka.

Kisah-kisah tentang pengalaman dan peristiwa yang dialami para ulama, seperti kisah perjalanan Jabir dari Hijaz menuju Syam, tertuang secara apik dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abdul Fattah Abbu Ghaddah. Dalam kitabnya Shafahat min Shabr Al-Ulama, Abu Ghaddah mengangkat peristiwa dan pengalaman hidup para ulama.

Boleh jadi, tema yang diangkat ulama dari tanah Arab itu belum pernah disentuh oleh sejumlah penulis, bahkan ulama salaf (zaman dulu) sekalipun. Melalui kitabnya yang sederhana itu, Abbu Ghaddah berupaya menggambarkan keteladanan dan kesungguhan para ulama pada zaman dulu dalam mencari ilmu. Harapannya, tentu saja agar dicontoh generasi Muslim di era modern ini.

 

sumber: Republika Online

Geliat Percetakan Islam Terjadi pada Era Ustmani

Perkembangan percetakan di dunia Islam terlambat. Lalu, sejak kapan percetakan karya-karya bertema Islam mulai berkembang?

Percetakan buku-buku bertema agama Islam baru terjadi pada paruh kedua abad ke-19 M. Geliat aktivitas percetakan Islam itu mulai terjadi di Kesultanan Usmaniyah di Turki dan Iran. Bahasa Arab, Persia, dan Turki menjadi bahasa utama yang digunakan dalam mencetak buku-buku keislaman.

Menurut Esposito, fenomena serupa juga terjadi di Mesir. Di Negeri Piramida itu, percetakan lebih fokus dalam mencetak karya-karya bertema teknik modern. “Karya bertema sejarah dan sastra juga dicetak,” kata Esposito.

(Baca Juga:Perkembangan Percetakan Dunia Islam Tertinggal)

Pada 1822 M, Muhammad Ali Pasha (1770-1849) mendirikan percetakan Bulaq. Lewat percetakannya itu, ia tak lagi bergantung kepada Istanbul, cenderung praktis, dan tak berorientasi teologis. Ali Pasha menggunakan teknologi percetakan untuk membangun sebuah negara yang modern agar mampu menghadapi kekuatan Eropa serta sultan.

Percetakan Bulaq tak mencetak buku bertema Islam. Hanya karya-karya yang berorientasi nilai-nilai praktis saja yang dicetak di penerbitan yang berjaya selama 18 tahun dari 1822-1840 M itu.

Fenomena yang lebih menarik muncul di Iran. Di negeri para Mullah itu, percetakan buku-buku keislaman berlangsung lebih awal dibandingkan di Turki dan Mesir. Menurut sejumlah sarjana, percetakan buku di Iran sudah dimulai sejak 1812 M.

“Ada bukti bahwa seseorang yang bernama Manuchihr Khan sudah mencetak buku-buku keislaman di Teheran pada 1820-an,” ungkap Esposito. Selain itu, ada pula buku panduan shalat dan ritual berjudul Zad Al-Ma’ad karya Muhammad Baqir al-Majlisi, pemimpin Syiah abad ke-17 yang produktif, dicetak sebanyak 20 kali selama abad ke-19 di Tabriz dan Teheran, Irak, serta di Lucknow, India.

Meski begitu, industri penerbitan buku di Iran dinilai berkembang sangat lamban. Bahkan, penerbitan buku baru mulai bergerak setelah berdirinya sekolah pertama yang memakai kurikulum Eropa, Dar Al-Funub, pada 1851. Penerbitan dan percetakan buku di dunia Islam bertambah marak ketika mesin cetak litografis diperkenalkan pada 1850 M. Sehingga, percetakan dan penerbitan buku menjadi lebih murah. Pada masa itulah, di Iran, Turki, dan Mesir, penerbitan buku-buku bertema agama berkembang pesat.

“Percetakan-percetakan yang ada pada saat itu mencetak buku-buku bertema agama dengan format yang sederhana,” papar Esposito. Tak heran jika kemudian buku-buku agama itu laris di pasaran. Sedangkan, buku-buku tebal dan besar yang diterbitkan pemerintah hanya dicari untuk koleksi perpustakaan.

 

sumber: Republika Online

————————————————————-

Dapatkan Papan Motivasi di sini!